Permulaan

Tsabina yang mulai tertekan dengan teror yang dikirim oleh Diana pun semakin sering melampiaskan amarahnya pada Hengki, tak jarang dia juga menjadikan bayinya sebagai sasaran emosi. Hengki yang pada saat itu melihat bagaimana Tsabina seolah menganggap anaknya sebagai musuh pun meradang.

"Kamu apa-apaan, sih, Bi? Anak kita masih bayi. Kenapa kamu menjadikan dia seperti musuh?" tanya Hengki geram. Namun, Tsabina justru menatap sengit anak yang saat ini berada di dekapan suaminya.

'Andaikan kamu tahu bahwa bayi itu bukan anak kamu, Hengki. Apakah kamu akan tetap membelanya? Tidak, 'kan? Kamu pasti akan membuangku bersama bayi si*lan itu.'

Hengki hanya menggeleng keras saat melihat respon Tsabina yang seolah tidak merasa bersalah. Lelaki itu segera menjauhkan sang anak dari jangkauan sang istri. Lelaki itu teringat dengan nasihat temannya yang mengatakan tentang baby blues.

'Mungkin Tsabina hanya sedang butuh waktu untuk berdamai dengan dirinya sendiri.'

Awalnya Hengki memaklumi sikap Tsabina. Namun, semakin hari wanita itu justru menunjukkan gelagat aneh. Hengki dan Rohima dibuat pusing oleh ulah Tsabina. Sejak wanita itu selalu berulah, Karina akhirnya mau tinggal dengan mertuanya demi ketenangan dan kewarasan diri.

Belum usai dengan kekesalannya terhadap Tsabina, Hengki justru mulai mendapat kejutan tak terduga. Suatu hari, dia tiba-tiba menerima kiriman foto sang istri tercinta bersama laki-laki lain.

Tentu saja Hengki meradang. Dia meminta penjelasan dari sang istri tentang status si laki-laki asing itu. Namun, Tsabina berkelit bahwa foto itu hanya editan orang kurang kerjaan.

"Mana mungkin ada orang yang kurang kerjaan sampai mengedit foto begini. Aku tidak bodoh, Bina. Ini kamu bersama siapa?" tanya Hengki geram.

"Sayang, itu benar-benar bukan aku," kata Tsabina berkelit.

Hengki menggeleng tidak percaya. "Dari postur tubuhnya saja, aku hapal kalau ini kamu, Bina. Jangan terus-terusan berbohong!" bentak Hengki murka.

'Astaga. Aku harus mengelak bagaimana lagi? Laki-laki ini sudah mulai curiga.'

"Bina!" bentak Hengki lagi, lelaki itu semakin geram. Sebab, Tsabina malah melamun.

Tsabina yang semakin terdesak dan merasa tertekan pun tak ayal membuat dirinya mengakui kesalahannya. Wanita itu justru mengamuk dan membanting beberapa barang di kamar hingga berserakan.

"Terserah kalau kamu tidak mau percaya, Hengki. Ceraikan saja aku," kata Tsabina dengan nada tinggi.

Mendengar permintaan sang istri agar dia menceraikannya, Hengki pun kelabakan. Lelaki itu tentu saja tidak ingin terjadi perceraian, terlebih lagi mereka telah memiliki anak.

"Ingat anak kita, Bina. Kamu jangan lupa diri," ucap Hengki mengingatkan.

"Aku tidak peduli. Jika kamu terus menekanku, aku akan pergi bersama anak kita," sahutnya mengancam.

Hengki dibuat bungkam oleh ancaman tersebut. Dia tentu tidak ingin kehilangan sang anak yang sudah lama dinantikan. Pada akhirnya, pertengkaran itu pun usai begitu saja setelah Hengki memilih untuk mengalah.

Sementara itu, di sebuah apartemen mewah seorang wanita sedang tersenyum puas setelah melihat rekaman percekcokan antara sang suami dan madunya. "Ini baru permulaan, Mas. Kamu akan menerima balasan itu secara perlahan-lahan," ucapnya, sambil menyeringai.

Diana bangkit, lalu berjalan santai menuju lemari kayu miliknya. Di samping lemari tersebut terpajang dua lembar foto orang yang sangat dibencinya saat ini. Wanita itu mengambil sebuah anak panah kecil dan membidik potret si wanita penghancur rumah tangganya.

"Kamu akan tamat, Tsabina!" teriak Diana lantang.

Hai, Gays. Jangan lupa tinggalkan jejak, Ya. Like, komen, bunga dan vote. Terima kasih. Dukungan kalian sangat berarti untukku. ❤

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***