Kacau Balau

'Astaga. Ternyata masih muda. Pantas saja dia tidak mau dipanggil bapak.'

"Hei, malah melamun!" tegur si pemilik butik, sebab Diana tidak bereaksi apapun selain terpaku di tempat.

Diana mengerjap, lalu berkata, "Maaf, Pak. Saya –"

"Terpana dengan ketampanan saya?" tanya si pemilik perusahaan memotong kata-kata Diana.

'Sial, percaya diri sekali dia.'

Diana pun hanya membalas dengan senyum. Meski hatinya merutuki sikap sombong sang calon bosnya.

"Kamu boleh bekerja mulai besok," ucap pria yang duduk di kursi putar itu.

"Baik, Pa–"

"Berani panggil saya dengan sebutan bapak lagi, saya pecat kamu sekarang juga," ancam si bos dengan ekspresi kesal.

"Ya ampun, Bos. Saya bahkan belum bekerja, loh! Masa udah mau di pecat aja, sih!"

"Salah sendiri kamu ngeselin," balas si bos.

...****************...

Esok harinya, Diana sudah mulai bekerja sebagai desainer di Wiratama Boutique. Dia berkenalan lebih dulu dengan beberapa karyawan di sana. Di butik Adrian ada lima karyawan. Namun, yang langsung dekat dengan Diana hanya Sulis dan Indri saja. Tiga yang lainnya terlalu kaku untuk dijadikan teman bercanda.

Di hari pertama bekerja, wanita itu sudah melayani tiga pelanggan yang memesan gaun pernikahan. Diana dengan sabar melayani pelanggan yang kadang banyak maunya.

Tidak terasa sudah masuk waktu makan siang. Beberapa karyawan di butik itu menghampiri Diana untuk mengajak wanita itu makan siang bersama.

"Mbak Diana, udah masuk waktu makan siang, loh! Makan bareng, yuk!" ajak Sulis yang bersikap akrab.

Diana merapikan kertas-kertas hasil coretan tangannya, lalu mengangguk setuju dengan ajakan Sulis. Dia beranjak setelah selesai merapikan pekerjaannya.

"Ayok!"

Diana, Sulis, dan Indri berjalan bersama keluar dari butik. Mereka memutuskan untuk makan di warung sederhana yang terletak tidak jauh dari tempat mereka bekerja.

Ketiga wanita cantik itu memesan makanan, kemudian menempati meja di bagian pojok dekat dengan jendela yang terbuka. Sambil menunggu makanan datang, ketiganya menikmati waktu dengan berbincang ringan.

"Mbak Diana tahu enggak? Sedari tadi Bos Adrian ngelihatin Mbak terus, loh," ucap Indri, sambil berbisik.

"Hah? Ngelihatin aku? Masa, sih?" tanya Diana tidak percaya.

"Iya, Mbak. Aku lihat tadi, kayaknya si bos suka sama kamu, Mbak."

"Ndri. Jangan sembarangan! Mbak Diana ini udah punya suami tahu!" tegur Sulis kepada temannya itu.

Raut wajah Diana langsung berganti usai mendengar Sulis membahas tentang suami. Sebenarnya Diana tidak mau membahas tentang urusan pribadi yang memang terlalu menyedihkan. Namun, wajar saja jika Sulis tahu tentang statusnya. Wanita itu yang kemarin memberikan surat lamaran kerjanya pada sang bos.

"Loh, beneran, Mbak? Kamu udah punya suami?" tanya Indri, sebelah tangannya menutup mulutnya sendiri.

"Iya, Ndri." Mau tidak mau Diana terpaksa menjawab pertanyaan Indri.

"Noh, apa gue bilang. Makanya jangan sok tahu," sahut Sulis, sambil mendorong pelan bahu Indri.

"Ih, enggak perlu dorong-dorong juga kali," balas Indri usai badannya terhuyung ke samping.

Perdebatan antara Indri dan Sulis terhenti saat dua orang pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Pelayan itu menata makanan serta minuman di meja. "Silahkan menikmati, Kak," kata si pelayan ramah.

"Terima kasih, Mbak Dini," balas Sulis yang memang sudah lebih kenal dengan salah satu pelayan itu.

"Sama-sama. Saya permisi dulu, Kak," pamit pelayan yang dipanggil dengan nama Dini oleh Sulis.

Usai kedua pelayan itu pergi, ketiga wanita cantik itu segera menikmati makanan pesanan mereka. Ketiganya makan sambil sesekali bersendau gurau. Mereka terlihat akrab meski sebenarnya Diana adalah anggota baru.

...****************...

Jika Diana tengah bahagia dengan kebebasannya saat ini. Berbanding terbalik dengan keadaan rumah. Baru dua hari Diana lepas tangan dari tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. Rumah itu sudah seperti kapal yang baru saja tersapu ombak besar. Semua berantakan dan banyak debu di mana-mana. Jangankan makanan, bahkan bahan masakan pun tidak ada di kulkas.

Hengki yang baru saja pulang dari kantor hanya bisa menggelengkan kepalanya, saat melihat kekacauan yang terjadi di rumah itu. Sungguh, rumah yang dulu selalu bersih dan rapi, kini tidak lagi bisa disebut sebagai rumah. Banyak barang-barang berserakan di ruang tamu.

"Astaga. Apa sama sekali tidak ada yang bisa menuntun sapu?" Hengki menggerutu kesal. Dia mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

Lelaki itu berjalan masuk, lalu melepaskan jas dan menaruh tas kerja serta jas mahalnya di sofa. kakinya terpaksa dia langkahkan menuju tempat di mana biasa Diana menyimpan alat-alat kebersihan. Hengki mengambil sapu, kemudian menyapu ruang tamu.

Cukup lama lelaki itu membersihkan ruang tersebut. Tubuhnya yang sudah lelah, semakin bertambah lelah. Peluh pun membanjiri seluruh tubuh Hengki. Namun, lelaki itu terpaksa melakukan itu, sebab matanya sangat terganggu dengan pemandangan ruang tamu saat ini.

"Ah. Akhirnya selesai juga," ujar Hengki setelah selesai menyapu ruang tamu. Lelaki itu menjatuhkan tubuh kekarnya di sofa.

Dia mengistirahatkan tubuh lelahnya di ruang tamu. Tidak terasa, dia pun larut ke alam mimpi. Hampir satu jam Hengki tertidur dengan posisi duduk bersandar di sofa ruang tamu.

Dering ponsel yang memekakkan telinga, mengganggu tidur nyenyak Hengki. Lelaki itu mengerjapkan matanya, kemudian menguceknya beberapa kali. Usai kesadarannya kembali, Hengki mengambil ponsel yang berada di saku jas miliknya.

"Bos, ngapain telepon malam-malam?" Tidak ingin bosnya naik pitam, Hengki pun buru-buru menekan gagang telepon berwarna hijau.

'Hallo, Bos.'

'Kau sudah pulang, Heng? Memangnya pekerjaan kamu sudah selesai?'

'Sudah, Bos. Semua sudah saya urus dengan baik.'

'Tolong re schedule meeting besok, Heng. Aku tiba-tiba ada acara sama keluarga istriku.'

'Baik, Bos.'

Panggilan berakhir usai dimatikan sepihak dari seberang sana. Hengki menghela napas berat, sebelum bangkit dari sofa. Dia mengambil tas kerja, kemudian berjalan menuju kamarnya. Namun, baru saja kakinya menginjak ruang keluarga, Hengki mendengkus kesal.

"Berantakan lagi," ujar Hengki frustasi.

Rasa lelah yang mendera tubuhnya membuat Hengki mengabaikan keadaan rumah. Dia bergegas masuk ke kamar untuk beristirahat. Ketika baru saja masuk, Hengki disambut dengan rengekan sang istri muda.

"Sayang, akhirnya pulang juga. Aku sudah lapar," rengek Tsabina yang langsung turun dari ranjang.

Wanita hamil itu langsung menghambur ke pelukan Hengki. Namun, baru sedetik dia mencium aroma tubuh suaminya, Tsabina langsung mendorong tubuh Hengki menjauh.

Dorongan Tsabina berhasil membuat Hengki limbung. Dia hampir terjatuh jika saja tidak sigap menyeimbangkan tubuhnya. "Kamu apa-apaan, sih, Bi!" bentak Hengki kesal.

"Kamu bau keringat. Ngapain aja, sih, sampai baunya nyengat gitu?" Tsabina sampai menutup hidung serta mulutnya agar tidak mencium aroma tubuh Hengki.

"Aku kerja, lah!"

"Kamu kerja di kantor, loh. Kenapa baunya seperti pembantu?"

"Kamu tidak lihat rumah sudah seperti kapal pecah? Aku capek-capek kerja. Pulang-pulang rumah berantakan dan harus bersih-bersih rumah. Kamu di rumah ngapain aja?" Hengki yang terbawa emosi tanpa sadar berkata dengan suara tinggi.

"Kamu tanya aku ngapain? Aku hamil anak kamu, Hengki. Kalau kamu mau marah, marah sama mama kamu sana!" Tsabina yang tidak terima dimarahi, balik mengomel.

Wanita itu menjejakkan kakinya di lantai dengan keras sebagai tanda kesal. Jengkel dengan ucapan sang suami, Tsabina berjalan meninggalkan Hengki. Wanita itu naik ke ranjang, kemudian masuk ke dalam selimut tebal. Menyembunyikan seluruh tubuhnya ke kain tebal itu.

Melihat reaksi sang istri baru yang merajuk, Hengki hanya bisa menjambak rambutnya sendiri. Dia sudah dibuat stres dengan urusan kantor, ditambah lagi keadaan rumah yang kacau balau membuatnya emosi dan melampiaskannya pada istri kesayangan.

'Bisa-bisa aku gila jika terus-terusan seperti ini.'

Terpopuler

Comments

Natha

Natha

wkwkwkwk
seandainya yang terjadi ini pada pemeran utamanya..
Readers pada bilang.. lumrah kan.. maklumlah lagi hamil 😁
kalau yg hamil peran antagonisnya.. yakin mau komen begitu?

2024-03-20

1

Yurniati

Yurniati

tetap semangat terus update nya thorr

2024-02-22

0

Yurniati

Yurniati

rasain kamu baru juga dua hari tak di urus ,sudah hancur,,,,,,

2024-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!