Saat ini Diana sedang bersama Hengki di kamar mereka dulu. Keduanya tengah duduk berhadap-hadapan. Rasa canggung benar-benar terasa. Namun, Diana berusaha membuang perasaan itu jauh-jauh. Misinya datang ke rumah ini harus terlaksana dan tidak boleh gagal.
"Dian, aku merindukanmu." Kata-kata itu lolos dari bibir Hengki.
'Cih! Dia pikir aku akan luluh dengan gombalan buaya itu?'
"Sama, Mas. Aku juga rindu," balas Diana yang tidak ingin melewatkan kesempatan ini.
"Kenapa kamu tidak kembali saja ke rumah ini, Dian?" tanya Hengki, tetapi Diana hanya tersenyum.
"Aku tidak ingin merusak rumah tangga dan kebahagiaan kalian, Mas. Cukup aku saja yang menderita," jawab Diana seraya menundukkan wajah.
"Kamu masih istriku, Dian," ucap Hengki dengan nada menekan.
Lelaki itu mulai beranjak dari duduknya, lalu mendekati sang istri pertama. Dia mendaratkan bok*ngnya di samping sang istri, kemudian menggapai tangan lentik yang telah lama tidak dia genggam.
"Tapi ada Tsabina di antara kita, Mas," ucap Diana lirih.
"Kita bisa hidup damai bersama-sama, Dian. Mas janji akan adil terhadap kalian," ujar Hengki berusaha membujuk Diana.
Wanita itu tidak langsung mengiyakan. Sepertinya dia sedang berpikir tentang keputusan mana yang akan diambil. Namun, tiba-tiba saja Hengki menyerang bibir Diana dengan buas.
Sekian lama tidak bertukar sal*va dengan istri pertamanya, Hengki begitu bersemangat melakukan hal tersebut. Sementara itu, Diana sempat berusaha menolak.
'Diana, ini kesempatan kamu untuk melancarkan aksi kamu. Jangan lewatkan kesempatan ini.'
Si wanita yang awalnya hendak menolak, kini justru berusaha mengimbangi permainan si lelaki. Diana mengalungkan kedua tangannya di leher Hengki. Di saat itulah Diana mendapat kesempatan untuk mencabut beberapa helai rambut sang suami.
Terlalu asik dengan kegiatan itu, Hengki sampai tidak merasakan bahwa Diana telah mencabut rambutnya. Lelaki itu benar-benar tenggelam dengan servis sang istri pertama.
Hengki kini menempatkan Diana dalam Kungkungannya. Dia hendak melakukan kegiatan yang lebih mendalam lagi. Mengeksplorasi setiap jengkal tubuh sang istri pertama yang sudah lama dia campakkan.
Diana sebenernya merasa muak harus melakukan hal tersebut. Namun, dia tidak mungkin tiba-tiba menolak perlakuan Hengki saat ini. Ketika keduanya hendak melakukan kegiatan yang lebih lagi, pintu kamar itu dibuka secara paksa. Muncul sosok Tsabina yang menatap keduanya dengan sorot mata penuh amarah.
Keduanya tersentak ketika Tsabina masuk ke dalam sana. Hengki dengan cekatan langsung turun dari ranjang, kemudian membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan. Begitu juga dengan Diana.
"Jadi sejak tadi kalian di sini sedang bercinta, ya?"
Diana diam, dia sengaja ingin mendengar jawaban Hengki. Apakah lelaki itu benar-benar akan membujuk Tsabina agar mereka bisa tinggal bersama lagi. Namun, yang kini didengar oleh Diana hanyalah sebuah kekecewaan yang begitu dalam.
"Jangan salah paham, Bina. Aku dan Dian tidak melakukan apa-apa. Dia yang berusaha merayuku," ucap Hengki yang kini melemparkan kesalahan pada Diana.
'Ternyata kamu sepicik ini, Mas.'
Tsabina beralih pada Diana. Wanita yang baru saja melahirkan itu maju, mendekati Diana yang berdiri tegak di samping nakas. Tangannya terangkat, hendak menampar Diana. Namun, Diana lebih dulu berhasil menangkap tangan madunya yang bersikap lancang tersebut.
"Kenapa kamu marah? Mas Hengki masih resmi sebagai suamiku. Tidak salah jika kami bermesraan." Diana dengan sengaja memancing amarah Tsabina.
Tsabina menyentak kasar tangan Diana hingga terlepas dari tangannya. "Wanita tidak tahu malu. Kamu sendiri yang memutuskan untuk keluar dari sini, kenapa tiba-tiba datang lagi? Kau ingin menghancurkan kebahagiaan keluarga kami, ya!" Tsabina menuduh Diana dengan kata-kata frontal.
Diana justru tertawa lepas saat mendengar tuduhan yang dilontarkannya oleh Tsabina. "Kamu tidak sadar, sebenernya yang merusak kebahagiaan orang itu kamu, dasar Pelakor!"
Amarah dalam diri Tsabina semakin memuncak. Wanita itu kini menarik kasar tangan Diana dan menyeretnya keluar dari rumah. Ketika sampai di luar, Tsabina mendorong Diana hingga jatuh. "Pergi!" bentak Tsabina dengan amarah.
Sementara itu, Hengki sama sekali tidak membela Diana. Lelaki tidak memiliki harga diri itu membiarkan Tsabina melakukan hal buruk kepada Diana yang notabenenya masih sah istri pertama.
Diana hanya menatap kedua manusia tidak berhati nurani itu dengan seringai. 'Aku pasti akan membalas perbuatan kalian.'
Usai melakukan kegiatan tidak terpuji itu, Tsabina langsung menarik Hengki untuk masuk ke rumah. Wanita yang sudah merebut Hengki dari Diana itu seperti ketakutan jika suaminya akan kembali pada istri pertama.
Diana menatap benci pada kedua manusia kejam yang kini masuk ke dalam rumah. Kini, dendam Diana semakin membara. Wanita cantik itu bertekad akan membalas segala rasa sakit yang diterimanya.
Meski diperlakukan dengan sangat tidak baik, Diana sama sekali tidak gentar. Wanita itu kini bangkit, lalu masuk ke dalam mobilnya. Seringai licik terbit di wajah ayu itu ketika dua kotak berisi sesuatu yang akan membantu jalan balas dendamnya.
Diana tersenyum puas ketika memori otaknya kembali pada beberapa saat yang lalu. Ketika dia baru saja datang, Diana berhasil memangku bayi mungil anak Tsabina. Posisinya saat itu membelakangi Tsabina, Rohima, serta hengki. Diam-diam Diana mengeluarkan gunting, lalu memotong beberapa helai rambut si bayi, kemudian menyimpannya ke dalam tas.
"Untung saja aku melakukannya dengan cepat," gumam Diana, sambil kembali memasukkan dua kotak berisi beberapa helai rambut milik Hengki dan si bayi.
Tidak mau membuang waktu lagi, Diana segera menuju rumah sakit untuk melakukan tes DNA. Wanita cantik itu sudah tidak sabar untuk membalas segala rasa sakit dan kehancuran yang diberikan oleh Hengki dan keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
vie na Ai
knpa gk mngajukn gugatan cerai Diana
2024-02-29
0
Yunerty Blessa
mantap Diana.... tunggu kehancuran Hengki
2023-12-15
0
Tutik Susilowati
Mantap Diana,, balas dendam dengan elegan...
2023-12-05
0