Zayn terkejut melihat Mimi ada di depan kelasnya. Biasanya selama ini dirinya lah yang selalu menghampiri Mimi ke kelasnya.
Tapi hari ini, tidak ada angin dan tidak ada hujan, Mimi datang menemuinya di kelasnya. Ada apakah gerangan?
"ada apa datang ke sini? kangen denganku ya...?", tanya Zayn heran sambil sedikit menyender di dekat pintu ruang kelasnya.
"enak aja! siapa juga yang kangen sama kamu. Aku datang ke sini mau ketemu sama Salma. Dimana dia?", tanya Mimi sambil menengok ke dalam kelas Zayn mencari keberadaan Salma.
"Salma? Jadi kamu datang kesini ingin bertemu dengan Salma? bukan denganku?", tanya Zayn serius.
"Hem.. awas minggir!! aku mau masuk", pinta Mimi.
Zayn menggelengkan kepalanya. "gak boleh!'
"kenapa?", tanya Mimi mengkerutkan keningnya heran.
"aku tak akan mengizinkanmu masuk ke dalam kelas dan bertemu Salma, jika kamu tidak mengatakan alasannya", jawab Zayn.
"aku ada urusan dengannya. Cepat minggir lah Zayn!!!", Mimi mulai kesal dengan sahabatnya itu.
"no...!!", Zayn tetap tak mengizinkan Mimi masuk.
"beritahu aku dulu urusan apa?"
"em..em..tidak bisa!! Ini urusan wanita, kamu gak boleh tahu", jawab Mimi.
"sejak kapan seorang sahabat bisa menyembunyikan sesuatu dari sahabatnya yang lain?"
"ayolah Zayn!! ini bukan tentang apapun. Aku hanya ingin bicara dengan Salma sebagai sesama wanita saja".
"memang sejak kapan kamu jadi wanita? aku pikir kamu selama ini laki-laki", balas Zayn sambil tertawa.
"Zayn gak lucu ya...!!! cepat panggilkan Salma sekarang. Atau aku yang akan menerobos masuk ke dalam", Mimi sedikit mengancam.
Zayn terdiam sejenak terlihat sedang berpikir. Sebenarnya ada urusan apa Mimi dengan Salma sampai tak mau memberitahunya? Urusan wanita apa yang akan mereka bicarakan?
"em...baiklah! aku akan panggilkan Salma sekarang juga! kamu tunggu di sini", balas Zayn.
"ya sudah cepat sana! aku tunggu di sini", balas Mimi.
Zayn masuk ke dalam kelasnya lagi dan langsung menghampiri Salma yang sedang duduk sambil membaca buku pelajarannya.
Zayn tiba-tiba berbuat iseng dengan menutup mata Salma menggunakan tangannya dari arah belakangnya.
"Zayn...lepaskan!", ucap Salma membuat Zayn langsung terkejut. Bagaimana ia bisa tahu kalau itu dirinya?
"kamu memang luar biasa! Bisa tahu kalau aku yang sedang menutup matamu tanpa melihatku sebelumnya", ucap Zayn setelah melepaskan tangannya dan langsung duduk di dekat Salma.
"ya aku tahu... bau badanmu saja aku sudah hapal", jawab Salma dengan sedikit tertawa bercanda.
"benarkah?? benarkah badanku bau?", tanya Zayn sambil mencium bau badannya sendiri.
Salma tertawa melihat tingkah lucu Zayn barusan. "tidak! sudah hentikan! aku cuma bercanda".
"hah...kamu ini! untung cantik, kalau enggak..."
"Zayn...jangan mengancam ku terus", pinta Salma.
"ah baiklah! Ngomong-ngomong ada yang ingin bertemu denganmu", ucap Zayn membuat Salma menoleh ke arahnya.
"siapa?"
"tuh...lihat sendiri!", jawab Zayn sambil melirik ke arah pintu masuk di mana Mimi sedang berdiri menunggu di sana.
Salma mengikuti arah pandang Zayn, dan seketika ia tersenyum melihat Mimi yang melambaikan tangan padanya.
Salma akan bangkit dari duduknya untuk menemui Mimi, tapi kemudian Zayn mencegahnya dengan mencengkal pergelangan tangannya.
"tunggu!", kata Zayn.
"jangan sampai kamu beritahu Mimi tentang kejadian semalam. oke!", pinta Zayn mengingatkan.
"aku akan berusaha tidak memberitahu Mimi tentang semalam. Tapi aku gak janji ya.. kalau tiba-tiba nanti aku keceplosan", balas Salma menggoda Zayn dengan menutup mulutnya, setelah itu ia langsung berjalan menghampiri Mimi.
"Mimi...ada apa?", tanya Salma setelah sampai di dekatnya.
"bisa kita ngobrol sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu", jawab Mimi sedikit malu-malu. Pasalnya ia masih bingung, bagaimana nanti menjelaskan pada Salma.
"tentu", balas Salma mengangguk.
Mimi mengajak Salma untuk mengobrol di dekat taman kampus saja. Karena di sana suasananya sepi sehingga tidak akan ada yang mendengar pembicaraan mereka berdua.
Mereka pada saat itu sedang duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap ke arah kolam kecil yang ada di depan mereka.
"Salma.. a a aku..", Mimi menggaruk-garuk kepalanya bingung harus dari mana memulai pembicaraan.
"iya kenapa?", tanya Salma melihat sikap Mimi yang sedikit aneh.
"ada yang ingin aku aku bicarakan sekaligus aku tanyakan padamu? tapi janji kamu jangan ngeledek aku ya...",
"baiklah! ayo cepat katakan! ada apa?", Salma menatap Mimi dengan serius.
"Salma bagaimana caranya membuat seseorang jatuh cinta sama kita?", tanya Mimi sambil tersenyum malu.
Salma tersenyum mendengar pertanyaan Mimi barusan. Tapi ada juga rasa penasaran kenapa Mimi bertanya seperti itu padanya?
"em... bagaimana ya? aku sendiri soalnya belum pernah jatuh cinta. Jadi bingung harus bagaimana jawabnya", jawab Salma.
"waduh...! kok kita bisa sama ya..", balas Mimi tertawa lucu dengan nasib mereka berdua.
"menurut kamu saja deh.. bagaimana?", tanya Mimi serius.
"kalau menurut aku sih ya susah-susah gampang buat seseorang jatuh cinta sama kita. Karena pada dasarnya setiap laki-laki kan punya pandangan dan kriteria wanita impian berbeda-beda. Jadi ya... aku gak bisa menjawab pertanyaanmu dengan pasti", jawab Salma.
"misal ni ya...misalkan! ada seorang wanita menyukai seorang laki-laki, tapi ia tidak tahu apakah laki-laki tersebut menyukainya atau tidak? lalu apa yang harus dia lakukan?", tanya Mimi lagi.
Salma menghembuskan nafasnya sejenak. Jujur ia bukan ahli dalam masalah cinta, tapi ia akan berusaha menjawab dari sudut pandangnya saja.
"menurutku kita tidak bisa tahu kapan dan pada siapa kita akan merasa jatuh cinta. Bahkan terkadang ada orang yang jatuh cinta dengan orang yang sudah punya pasangan. Jadi sejatinya cinta tidaklah salah. Kita boleh jatuh cinta dengan siapapun, tapi tidak boleh merebut cinta dari laki-laki yang sudah punya pasangan lain", jawab Salma menjelaskan menurutnya.
"jadi kalau laki-laki itu belum punya pasangan, apa boleh kita menembaknya duluan?"
Salma tersenyum. "boleh saja kenapa tidak? Yang tidak boleh adalah ketika kita memaksakan perasaan orang yang kita cintai untuk mencintai kita. Intinya adalah, kalau kita berani mengungkapkan perasaan kita terlebih dahulu, berarti kita juga harus siap menerima apapun jawabannya, termasuk penolakan", jawab Salma lagi.
Mimi terdiam. Jujur ia paham apa yang di jelaskan oleh Salma barusan. Tapi tiba-tiba saja hatinya merasa ragu, bimbang, takut dan juga cemas.
Ia takut jika ia mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu pada seseorang, namun orang itu tak mempunyai perasaan apapun padanya, lantas apakah yang harus ia lakukan?
Apakah ia siap untuk menerima penolakan dan mengubur perasaannya dalam-dalam?
Di saat Mimi sedang terlarut dalam lamunannya memikirkan tentang perasaannya pada seseorang, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak di balik pagar tanaman yang ada di belakang mereka.
"aduh...!!!
"siapa itu?", tanya Mimi menoleh ke arah belakangnya di mana sumber suara itu terdengar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments