"Salma!", panggil Zayn pada Salma yang akan pergi dari kelas setelah jam pelajaran pertama usai.
"iya. ada apa?", tanya Salma menoleh ke arah Zayn yang sedang berjalan ke arahnya.
"ayo ikut aku!", ajak Zayn.
"kemana?"
"ke kelasnya Mimi. Aku ingin menemuinya", jawab Zayn.
"kenapa tidak kamu temui sendiri saja?", tanya Salma menatap heran.
"aku takut jika dia masih marah padaku. tolonglah!", pinta Zayn sambil mengatupkan kedua tangannya di depan Salma.
"aku sudah menjelaskan pada Mimi kemarin. Rasanya tidak mungkin jika dia masih marah padamu", kata Salma sambil mulai berjalan keluar dari dalam kelas dan Zayn mengikuti di sampingnya.
"masalahnya kamu itu baru kenal dengan dia. Jadi kamu belum tahu dia itu seperti apa?", balas Zayn.
Salma tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah Zayn.
"justru itu, karena kamu adalah sahabatnya. Pasti kamu yang lebih paham dengannya".
"ayo..! segera temui dia dan minta maaf padanya! Aku yakin pasti dia akan memaafkanmu nanti", saran Salma memberi semangat.
"baiklah. Aku pergi dulu kalau begitu", Zayn menghembuskan nafasnya perlahan. Karena ia tak mungkin memaksa Salma untuk ikut dengannya.
"semangat!!", ujar Salma dengan tersenyum.
Zayn berjalan meninggalkan Salma dan menuju ruang kelas Mimi. Sepanjang perjalanan menuju kelas Mimi ada rasa ketakutan di dalam hatinya jika sahabatnya itu masih marah padanya dan belum mau memaafkannya.
"hai Zayn...", sapa Karina yang kebetulan pada saat itu berpapasan dengan Zayn. "mau kemana?", tanyanya lagi.
"aku ada urusan. Bye!", jawab Zayn tanpa menoleh ke arah Karina dan melewatinya begitu saja. Membuat Karina menatapnya cemberut dari jauh karena sudah di abaikan olehnya.
Sepertinya pada saat itu Zayn sama sekali tak ada waktu untuk yang lainnya. Fokus utamanya adalah bagaimana bisa bertemu dengan Mimi dan meminta maaf padanya.
Akhirnya kini Zayn sampai juga di depan kelas Mimi. Ia sedikit mengintip di dekat pintu ruang kelas itu ingin mencari keberadaan Mimi. Dan benar saja ternyata Mimi ada di dalam kelasnya.
Zayn sempat ragu, haruskah ia masuk ke dalam kelas itu dan menemui Mimi. Ataukah ia panggil saja dia, agar dia yang keluar dan menghampirinya.
Namun setelah berpikir, akhirnya Zayn memutuskan bahwa ialah yang akan masuk ke dalam kelas dan menemuinya. Bagaimanapun dia bersalah dan dia yang harus meminta maaf duluan.
Dengan penuh keyakinan, akhirnya Zayn melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas Mimi dan langsung duduk di samping kursi Mimi tanpa di sadari olehnya.
"bagaimana keadaanmu?", tanya Zayn tiba-tiba membuat Mimi menoleh ke arahnya dan terkejut melihat kedatangannya.
"Zayn!! kamu ada di sini?", ucap Mimi dengan melototkan kedua matanya tak percaya Zayn saat itu berada di dalam kelasnya.
"iya. Aku di sini. Memangnya kenapa, tidak boleh?", tanya Zayn berusaha bersikap biasa dan seolah tidak terjadi apapun di antara mereka.
"ngapain kamu ada di sini? pergi sana!", usir Mimi langsung menolehkan wajahnya ke arah lain.
Sungguh perasaannya saat itu bingung sekali. Di sisi lain dia sangat merasa bersalah pada Zayn karena sudah salah paham padanya. Tapi di sisi lain ia bingung sendiri, bagaimana harus memulai berbicara dan mengatakan padanya.
"aku di sini ingin menemui kamulah! memang mau apa lagi".
"buat apa mau menemuiku?", tanya Mimi pura-pura cuek padanya.
Zayn menghembuskan nafasnya perlahan. Ia membetulkan posisi duduknya yang semula terlihat santai kini menjadi tegap dan serius.
"kamu masih marah padaku gara-gara sore kemarin?", tanya Zayn menatap wajah Mimi yang sedang cemberut padanya.
"gak tau! pikir aja sendiri!", jawab Mimi dengan ketus.
"bukannya Salma sudah menjelaskan padamu alasannya. Lalu kenapa kamu masih marah padaku?"
Mimi terdiam. Ia bingung harus menjawab apa pertanyaan Zayn barusan. Meskipun ia sudah tahu alasan yang sebenarnya dari Salma, tapi kenapa sulit sekali baginya untuk meminta maaf pada Zayn.
"apa kamu tidak percaya?", tanya Zayn melihat Mimi yang diam saja. "kalau kamu tidak percaya, ayo kita ke ruangan pak Bambang sekarang juga!", Zayn tiba-tiba memegang tangan Mimi dan akan menariknya pergi.
"buat apa ke ruangan pak Bambang?", tanya Mimi terkejut dengan sikap Zayn barusan yang tiba-tiba menarik tangannya.
"ya biar kamu percaya, kalau kemarin sore aku benar-benar ada di sana", jawab Zayn.
"gak usah! aku percaya kok!", balas Mimi melepaskan tangannya dari tangan Zayn. Kemudian setelah itu, ia duduk kembali di kursinya.
"kalau kamu percaya, kenapa belum memaafkanku juga?", tanya Zayn lagi sambil duduk di kursi yang ada di samping Mimi, yang tadi di tempati olehnya.
"sengaja. Biar kamu yang minta maaf duluan".
"ingat ya Zayn! apapun alasannya kamu tetap bersalah!", jawab Mimi.
"iya.. iya. Aku tahu itu. Tapi aku kan sudah minta maaf. Dasar kamu saja yang gak mau maafin aku", ujar Zayn sambil mencubit gemas pipi Mimi.
"ih.. apaan sih?", Mimi memukul tangan Zayn dengan pelan. Kemudian ia segera memalingkan wajahnya dan menahan senyumnya karena tingkah Zayn barusan.
"jadi bagaimana? aku di maafin gak nih?", tanya Zayn lagi.
"gak!! sebelum kamu tepati janji kamu kemarin", jawab Mimi.
"janji apa ya?", tanya Zayn menggoda.
"Zayn kamu lupa?", tanya Mimi mendelik tajam.
Zayn tersenyum. "mana mungkin aku lupa. Traktir makan mie ayam kan?"
Mimi mengangguk.
"tenang aja. Nanti aku traktir kamu makan mie ayam sepuasnya. Sama gerobaknya sekalian aku beliin buat kamu", kata Zayn membuat Mimi tersenyum lagi.
"ayo!", ajak Zayn mulai bangkit dari kursinya.
"sekarang?", tanya Mimi.
"tahun depan", balas Zayn kesal.
"ya sekarang lah. Mau kapan lagi?"
Mimi mengangguk setuju. Mereka pun keluar dari dalam kelas dan menuju area depan kampus di mana penjual mie ayam favorit mereka berada.
Mereka berjalan beriringan sambil bercanda dan tertawa ria. Hubungan mereka pada saat itu sudah membaik seperti semula. Membuat Salma yang sedang menatap mereka dari jauh ikut tersenyum senang.
Sampai di tempat penjual mie ayam, mereka langsung mencari tempat duduk yang nyaman bagi mereka. Dan setelah itu mereka pun memesan dua porsi mie ayam untuk mereka berdua beserta minumannya.
"kamu kenapa berpakaian seperti itu? apa masih sakit?", tanya Zayn heran melihat penampilan Mimi yang menggunakan syal melilit di lehernya beserta topi kupluk di kepalanya. Terlihat seperti orang yang sedang keinginan.
"tadi pagi sih masih sedikit demam. Tapi sekarang sudah baikan", jawab Mimi masih sambil menikmati mie ayamnya menggunakan sumpit di tangannya.
"benarkah? coba sini aku periksa", kata Zayn meletakkan sumpitnya kemudian beralih memeriksa kening Mimi menggunakan telapak tangannya. Ia hanya ingin memastikan, apakah Mimi masih demam atau tidak.
"aku baik-baik saja. Sudah lepaskan tanganmu. Aku mau makan ini", ujar Mimi yang merasa tak nyaman dengan tangan Zayn yang berada di keningnya.
Zayn menurunkan tangannya. Kemudian ia tersenyum melihat Mimi yang sedang makan mie ayam dengan lahapnya. Sampai-sampai ada bekas sisa bumbu tertinggal di sudut bibirnya.
Zayn segera mengambil selembar tisu kemudian langsung mengelap sudut bibir Mimi. "kalau makan itu yang bener. Jangan kayak anak kecil".
Mimi sontak terkejut dan menghentikan makannya. Ia terpaku dengan sikap dan perhatian Zayn yang tiba-tiba mengelap sudut bibirnya. Apakah Zayn melakukan itu semua hanya karena ingin menyenangkan hatinya saja setelah ia marah padanya? ataukah ada maksud lain?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Kevin Wowor
Mantap! Aku jadi bisa menghabiskan waktu luang dengan produktif.
2023-07-29
0