"dia cantik", kata Bu Jaya.
"sangat!!", balas Zayn mengangguk.
"baik hati, lemah lembut, dan penyayang lagi", tambah Bu Jaya lagi.
"banget!!", balas Zayn lagi.
"jadi kapan mau melamarnya?", tanya Bu Jaya menoleh pada sang anak yang sedang fokus mengendarai mobilnya. Mereka pada saat itu sedang berada di dalam mobil dan sedang di perjalanan pulang menuju rumah mereka dari acara pengajian.
"melamar? melamar siapa?", tanya Zayn terkejut dan ia pun menoleh ke arah ibunya.
Bu Jaya menghembuskan nafasnya sebentar. "ya Salma. Memangnya siapa lagi yang sedang kita bicarakan dari tadi?", tanya Bu Jaya kesal.
"Salma!! memangnya kenapa dengan Salma?", tanya Zayn membuat ibunya semakin kesal saja.
"katamu tadi Salma cantik, baik hati, lemah lembut dan penyayang. Lalu tunggu apa lagi? cepat lamar dia secepatnya. Keburu di ambil orang. Gadis sepertinya itu limited edition", kata Bu Jaya.
"benarkah aku tadi mengatakan seperti itu Bu? sepertinya aku gak sadar deh", balas Zayn menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. Ia heran apa benar dia bicara seperti itu di hadapan ibunya dari tadi tentang Salma?
"gak sadar kok manggut-manggut setuju dari tadi. aneh!!"
"ya kan aku lagi fokus mengendarai mobil Bu. Mana aku dengar tadi ibu ngomong apaan", balas Zayn salah tingkah di hadapan ibunya.
"ibu yakin kamu dengar dengan jelas ucapan ibu tadi. Paling juga kamu memang sedang main kucing-kucingan sama ibu kan?? hayo jujur sama ibu?? ada hubungan apa kamu dengan Salma?", tanya Bu Jaya menginterogasi.
"aku sama Salma bersahabat Bu... sama seperti halnya aku dengan Mimi", terang Zayn.
"tapi ibu merasa ada yang beda dari cara dia memandang mu", ucap Bu jaya membuat Zayn penasaran.
"beda bagaimana maksud ibu?"
"sepertinya dia terlihat menyukaimu. Apa kamu juga menyukainya?", jawab Bu jaya sambil tersenyum melihat tingkah anaknya.
"benarkah begitu Bu?", Zayn merasa bangga tapi ia juga tak mau berbesar hati dengan ucapan ibunya itu yang belum tentu bisa di buktikan kebenarannya.
"itu sih menurut ibu. Kamu juga menyukainya kan?", tanya Bu Jaya lagi ingin melihat kejujuran sang anak.
"siapa sih yang gak suka dengan Salma Bu. Semua cowok di kampus bahkan ingin berusaha mendekatinya. Tapi beruntungnya Salma itu orangnya sedikit cuek dan gak mudah bergaul, apalagi dengan laki-laki yang belum di kenalnya dengan jelas. Plus satu lagi, dia itu keponakan rektor di kampus. Jadi siapa yang ingin mendekatinya harus siap berhadapan dengan pak Bambang", jawab Zayn dengan tertawa. Secara tidak langsung ia mengingat kisahnya dengan pak bambang karena keponakannya itu.
"benarkah?? wah berarti ibu memang tidak salah pilih", balas Bu Jaya semakin yakin.
"ayo kamu dekati dia... ibu yakin dia juga punya perasaan padamu".
Zayn mengkerutkan keningnya heran melihat tingkah ibunya itu. Kenapa ibunya itu kini bersemangat sekali ingin ikut berperan dalam kisah percintaannya?
"apa ibu yakin? bagaimana kalau nanti dia menolak ku?", tanya Zayn sedikit khawatir.
"jangan kalah sebelum berperang. Belum juga di coba, masa kamu udah pesimis begitu. Kalaupun dia menolak, ya kamu harus berjuang dong untuk mendapatkannya. Wanita itu senang di rayu dan juga di perjuangkan", kata Bu jaya menasehati.
"benarkah? baiklah kalau begitu. Nanti akan aku pikirkan dulu", balas Zayn.
"kalau mikir jangan lama-lama Zayn".
"iya Bu. iya...", balas Zayn.
Tak terasa mobil yang Zayn kendarai sudah sampai di depan rumahnya. Ia turun terlebih dahulu kemudian membukakan pintu mobil untuk sang ibu, kemudian mereka masuk ke dalam rumah bersamaan.
...****************...
Sementara di rumahnya, Mimi sedang duduk di balkon kamarnya seorang diri sambil menatap bintang yang sedang bersinar terang di langit. Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Entah apa yang sebenarnya di inginkan olehnya?
"sebenarnya aku kenapa? apa yang sedang terjadi padaku?", tanya Mimi masih sambil menatap bintang di langit. Entah pada siapa ia bertanya sebenarnya? karena di dalam kamarnya pun tak ada orang lagi selain dirinya.
"cinta adalah persahabatan. Benarkah?", gumam Mimi mengingat kata-kata Salma sambil menopang wajahnya dengan kedua tangannya. Pandangan matanya masih menatap langit di mana bintang bersinar dengan terang kala itu.
Di saat ia sedang asyik memandang ke arah langit sambil melamun , tiba-tiba terlintas tentang Zayn di pikirannya. Ia teringat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Zayn dulu. Dulu Zayn sering sekali mengolok-olok dan mengejeknya bahwa dia aneh, karena penampilannya yang berbeda dengan wanita lainnya. Apalagi dia suka bermain bola juga.
Tapi siapa sangka, dari kejadian itu mereka terlihat semakin dekat dan akhirnya bisa bersahabat sampai detik ini. Tentu itu bukan hal yang mudah, menyatukan dua perbedaan dari dua jenis pula.
"ya tuhan... aku ini kenapa?", gumam Mimi tiba-tiba tersenyum sambil memukul kepalanya sendiri dengan pelan.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan seketika jantung Mimi terasa berdebar kencang membuat nafasnya sedikit tak beraturan melihat siapa yang meneleponnya saat itu.
"Zayn...", gumam Mimi terkejut.
"ada apa dia meneleponku malam-malam begini?", Mimi heran.
Mimi mendiamkan ponselnya beberapa detik. Ia merasa ragu, akan menjawab panggilan telepon dari Zayn atau tidak.
Namun akhirnya dia meyakinkan hatinya dan menjawab panggilan telepon dari Zayn dengan sedikit gemetar.
"i-iya Zayn... ada apa?", tanya Mimi setelah ia menekan tombol berwarna hijau, yang berarti dia sudah menjawab panggilan itu.
Mimi sedikit merapikan rambutnya ke belakang telinga agar ia bisa mendengar suara Zayn dengan jelas.
"gak ada apa-apa. Aku sengaja mau tes kamu, sudah tidur apa belum", jawab Zayn membuat Mimi mencebik kesal.
"hanya itu saja alasanmu! Ganggu waktuku saja", balas Mimi cemberut sambil duduk di kursi ayunan yang ada di balkon kamarnya.
"memangnya kamu sedang apa? sampai aku mengganggumu hah?", tanya Zayn sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tapi pandangan matanya menatap langit-langit kamarnya.
"aku sedang melihat bintang. Kamu sendiri sedang apa? sudah selesai acara keluarganya?", tanya Mimi.
"aku juga sedang melihat bintang", jawab Zayn segera bangkit dari tidurnya dan bergegas menuju ke arah jendela kamarnya.
Zayn membuka jendela kamarnya sehingga ia bisa memandang bintang di langit malam itu dengan jelas.
"benarkah? sejak kapan kamu suka lihat bintang?", tanya Mimi tak percaya.
"sejak malam ini. Ternyata sangat indah sekali ya...", jawab Zayn sambil memandang bintang di langit dengan takjub.
"eh...lihat! ada bintang jatuh!", ujar Zayn sambil menunjuk bintang yang sedang jatuh.
"benarkah? di mana?", tanya Mimi terkejut. Ia segera bangkit dari duduknya dan menatap langit mencari bintang jatuh yang di maksud oleh Zayn barusan.
"oh...ya benar. Cepat buat permintaan!", ujar Mimi terlihat gembira melihat bintang jatuh di langit.
"permintaan? permintaan apa?", balas Zayn tak paham.
"permintaan apa saja? konon katanya jika ada bintang jatuh, terus kita buat permintaan akan terpenuhi", jawab Mimi.
"benarkah begitu?", Zayn tak percaya.
"entah. Kita coba saja. Siapa tahu beruntung", balas Mimi.
"baiklah kalau begitu!".
Mereka memejamkan mata bersamaan dan saling menyampaikan permintaan mereka di dalam hati.
"sudah selesai!", ucap Zayn setelah membuka matanya.
"apa yang kamu minta?", tanya Mimi ingin tahu.
"memang harus aku beritahu ya.."
"iya dong. kita kan sahabat".
"em...", Zayn terlihat berpikir sejenak. Apakah ia harus memberitahu Mimi tentang permintaannya barusan.
"Cinta. Iya..aku minta cinta", jawab Zayn singkat.
"Cinta siapa?", tanya Mimi penasaran.
"seseorang", jawab Zayn.
"ya siapa? kan orang ada namanya?", kata Mimi.
"ada deh rahasia. Kalau kamu minta apa?", Zayn balik bertanya.
"aku meminta....apa ya?"
"rahasia! gak boleh kasih tahu siapapun", jawab Mimi tak mau memberitahu. Ia tak mungkin memberitahu Zayn apa yang sudah di minta olehnya tadi di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments