"apa dia masih marah padamu dan tak mau membuka pintunya ?", tanya Salma yang baru saja tiba di lantai dua, di mana kamar Mimi berada. Ia lihat Zayn masih berdiri di depan pintu kamar itu.
"sepertinya begitu! Tapi kamu tenang saja. Aku akan terus berusaha membujuknya", balas Zayn dengan tersenyum santai. Padahal sekarang ia sedang bingung sekali, bagaimana caranya agar Mimi mau membuka pintu kamarnya dan mau memaafkannya.
"boleh aku mencoba membujuknya?", kata Salma meminta izin.
"kamu yakin bisa membujuknya?", tanya Zayn terlihat ragu. Ia sendiri yang sahabatnya saja susah membujuknya, apalagi Salma yang baru mengenalnya.
"setidaknya aku ingin mencoba", kata Salma.
Zayn akhirnya mengangguk dan mengizinkan Salma membujuk Mimi. Ia menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari pintu, dan setelah itu Salma pun mendekat dan mengetuk pintunya dengan pelan.
"Mimi... ini aku Salma. Apa bisa kita bertemu?", ucap Salma dengan nada lembut di depan pintu kamar Mimi.
Mimi langsung menyibak selimut yang menutupi tubuhnya setelah mendengar suara Salma. Ia heran kenapa Salma bisa ada di dalam rumahnya? apa dia datang bersama Zayn?
Tanpa menjawab ucapan Salma, Mimi langsung turun dari tempat tidurnya dan menuju pintu kamarnya. Sebelum membuka pintunya, ia sempatkan untuk mengintip terlebih dahulu dari lubang kecil yang ada di dekat pintu.
Ia hanya ingin memastikan saja, apakah benar tadi itu suara Salma, ataukah suara Zayn yang sengaja di buat-buat agar terlihat seperti suara perempuan demi mengelabuinya agar mau membuka pintu untuknya. Dan setelah yakin bahwa itu adalah Salma, Mimi pun membuka pintunya.
"Salma... kamu di sini?", tanya Mimi heran. Namun seketika ia langsung cemberut melihat Zayn berdiri di belakang Salma dan sedang menatap dengan tersenyum ke arahnya.
"iya. Aku datang ke sini ingin melihatmu. Kata Zayn kamu sedang sakit", jawab Salma.
"tidak apa-apa. Aku hanya sedang flu saja", balas Mimi terlihat biasa saja.
"boleh aku masuk?", tanya Salma.
Mimi mengangguk. Ia membuka pintunya sedikit lebar dan mengizinkan Salma masuk ke dalam kamarnya. Setelah Salma masuk ke dalam kamarnya, ia langsung menutup pintu kamarnya lagi dengan cepat dan tak mengizinkan Zayn masuk ke dalamnya.
"astaga... Mimi! kejam sekali dikau padaku", ucap Zayn menghembuskan nafas kecewanya. Ia tak menyangka Mimi akan semarah itu padanya.
"semoga saja Salma berhasil membujuk Mimi. Aku akan sangat berterima kasih sekali padanya", gumam Zayn penuh harap. Ia memutuskan untuk tetap duduk di dekat pintu saja sambil mencoba menguping pembicaraan mereka berdua.
*
*
*
Di dalam kamar Mimi.
Salma mengedarkan pandangannya menatap ke sekeliling kamar Mimi. Di sana ia melihat banyak sekali foto Mimi dengan Zayn terpajang di dinding tembok kamar Mimi dan di hiasi dengan lampu kelap-kelip berwarna-warni. Apalagi hiasan lampu itu berbentuk hati mengitari foto-foto mereka berdua.
Di sana ada foto mereka berdua dengan gaya yang sangat lucu dan juga nyeleneh, hingga foto bersama teman-temannya yang lain juga ada di sana, tapi tidak ada di dalam lingkaran berbentuk hati itu.
"kamu dengan Zayn sudah berteman lama ya?", tanya Salma berbasa-basi dengan masih menatap foto-foto mereka berdua.
"lumayan. Sejak pertama masuk kuliah", jawab Mimi sambil berjalan menuju tempat duduk yang ada di kamarnya.
"aku lihat kalian sangat akrab sekali", balas Salma membalikkan badannya dan berjalan menghampiri Mimi, kemudian ia duduk di dekatnya.
"bagaimana keadaanmu? apa sudah lebih baik?"
"aku tidak apa-apa! tenang saja", jawab Mimi santai. Meskipun sedang sakit, tapi ia tetap terlihat seperti biasanya. Mungkin hanya suhu tubuhnya saja yang berubah, kelakuan dan tingkah lakunya sama seperti hari-hari biasanya.
"jangan suka meremehkan penyakit. Sekecil apapun itu bisa berbahaya jika tidak segera di atasi", kata Salma mengingatkan.
"aku sudah minum obat. Mudah-mudahan sebentar lagi sembuh", kata Mimi.
"semoga lekas sembuh. Zayn menunggumu di luar", ucap Salma dengan tersenyum. Ia harap Mimi paham dengan ucapannya barusan.
"biarkan saja dia di luar! aku kesal sekali dengannya", kata Mimi terlihat cuek dan tak mau perduli.
"apa kamu datang ke sini di suruh sama Zayn buat membujukku?", tanya Mimi tapi terlihat sekaligus menuduhnya bahwa ia tengah bekerja sama dengan Zayn agar mau memaafkannya.
"tidak", Salma menggelengkan kepalanya. "aku datang ke sini memang ingin menjenguk mu. Zayn yang memberitahuku bahwa kamu sedang sakit", jawab Salma.
"terima kasih sudah datang. Maaf ya kalau aku merepotkan", balas Mimi dengan tersenyum. Ternyata ia sudah salah paham pada Salma.
"tidak merepotkan. Justru aku senang bisa datang ke mari sekaligus aku tahu rumah kamu", kata Salma.
"kapan-kapan main ke sini lagi".
"pasti!", balas Salma mengangguk dan tersenyum.
Mereka terus mengobrol dengan santai. Hingga tiba-tiba Salma bertanya tentang Zayn padanya membuat Mimi menatapnya serius.
"Zayn kenapa? maksudnya Zayn salah apa sampai kamu tidak mau bertemu dengannya? boleh aku tahu?", ujar Salma.
Mimi mengambil napas dengan dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. "sebenarnya tidak ada masalah apa-apa. Aku hanya sedang kesal saja padanya", jawab Mimi sambil menyandarkan pundaknya ke belakang kursi.
"kesal karena apa?", tanya Salma lagi.
"kemarin sore dia berjanji akan menemui ku. Tapi ternyata dia tidak datang. Padahal aku menunggunya sampai kehujanan, tapi tetap saja dia gak datang", jawab Mimi kesal mengingat kejadian kemarin sore.
"kemarin sore!", ujar Salma seperti mengingat suatu hal.
Salma menghembuskan nafasnya perlahan. Sekarang dia paham apa yang terjadi di antara mereka berdua.
Salma pun menceritakan pada Mimi, apa yang terjadi dengan Zayn sore itu. Sampai ia tak bisa datang dan menemuinya.
"benarkah?", tanya Mimi melototkan kedua matanya terkejut sekaligus tak percaya mendengar penjelasan Salma barusan.
Salma mengangguk.
" Ya Tuhan... Jadi Pak Bambang sudah tahu semuanya", ucap Mimi lagi sambil membekap mulutnya dengan telapak tangannya. Ternyata ia sudah salah paham dengan Zayn dan saat itu ia merasa sangat bersalah sekali karena telah marah padanya dengan seenaknya tanpa tahu kejadian yang sebenarnya.
"siapa yang memberitahu pak Bambang? apa kamu yang memberitahunya?"
Salma menggeleng. "bukan. Aku juga gak tahu paman tahu semuanya dari siapa? tapi yang jelas sekarang semuanya sudah selesai, dan Zayn pun aman", jawab Salma membuat Mimi menghembuskan nafasnya lega.
Mimi terdiam. Ia bingung apa yang harus di lakukan olehnya sekarang? Ia terlalu malu untuk bertemu Zayn saat itu karena merasa bersalah sekali sudah salah paham padanya.
"tolong sampaikan pada Zayn ya... besok saja dia temui aku di kampus. Aku mau istirahat dulu sekarang", ucap Mimi.
"Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu ya... semoga cepat sembuh", ujar Salma sebelum keluar dari dalam kamar Mimi.
*
*
Di luar kamar Mimi.
Zayn sedari tadi berdiri sambil mendekatkan telinganya di pintu kamar Mimi. Terkadang jika capek, ia akan sambil duduk dengan tetap mendekatkan telinganya pada pintu kamar itu berharap bisa mendengar obrolan mereka. Tapi sayang sekali, tidak ada suara apapun yang bisa di dengar olehnya, bahkan suara nyamuk yang sedang terbang pun tak terdengar olehnya.
"kenapa mereka lama sekali? sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?", keluh Zayn entah pada siapa?
Ia melihat jam tangan di tangannya yang sudah menunjukkan pukul empat sore hari. Itu berarti sudah sekian jam mereka mengobrol dan belum selesai juga.
Zayn menghembuskan nafas lelahnya. Entah sampai kapan dan berapa jam lagi ia akan menunggu. Padahal sebentar lagi malam akan tiba, dan dia pun harus segera mengantarkan Salma pulang ke rumahnya.
"ayo pulang!", ajak salma yang ternyata sudah keluar dari dalam kamar Mimi tanpa Zayn sadari.
Zayn langsung bangkit dari duduknya. "Mimi mana? apa dia masih marah padaku?"
"dia sedang istirahat. Katanya kamu bisa temui dia besok saja di kampus", jawab Salma.
"dia gak mau bertemu denganku sekarang?", tanya Zayn lagi.
"mungkin dia masih kesal sekarang. Tapi aku sudah menjelaskan padanya, kenapa kamu tidak bisa datang menemuinya kemarin sore", jawab Salma.
"benarkah? lalu bagaimana? apa dia sudah memaafkanku?", Zayn terus memberondong Salma dengan banyak pertanyaan.
"mudah-mudahan. Mungkin sedang ia pikirkan sekarang", jawab Salma membuat Zayn sedikit tersenyum.
"terima kasih Salma. Terima kasih sudah membantuku. Aku gak tahu kalau gak ada kamu, pasti Mimi akan masih marah padaku saat ini", ucap Zayn yang tiba-tiba memeluk Salma membuatnya seketika bingung dan diam terpaku dengan sikapnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Beerus
Sebuah karya luar biasa!
2023-07-29
0
Yuri Lowell
cerita ini seperti madu yang manis di mulutku, menantikan kelanjutan thor!
2023-07-29
0
Haris Saputra
Saya merasa ikut diajak ke kisah ini, thor.
2023-07-29
0