"terima kasih sudah menemaniku seharian dan mengantarkan pulang juga", ucap Salma sambil menyodorkan helm yang baru saja di lepasnya pada Zayn.
"dengan senang hati. Lain kali kalau mau pergi jangan lupa ajak aku lagi", balas Zayn sambil mengambil alih helm dari tangan Salma.
"kayaknya gak lagi deh. kapok aku ngajak kamu pergi!"
"kenapa?", tanya Zayn.
"nanti timbul fitnah lagi. Padahal kita kan tidak ada hubungan apa-apa", jawab Salma dengan tersenyum mengingat kejadian tadi, dimana temannya menyangka bahwa ia dan Zayn mempunyai hubungan spesial.
"ya biarkan saja! Siapa tahu ucapan mereka semua jadi doa nantinya. Aku dan kamu...kita..."
Zayn menggaruk-garuk kepalanya bingung meneruskan ucapannya.
"kita bersahabat", balas Salma.
"ya sudah aku masuk dulu ya...keburu malam", pamit Salma mulai membalikkan badan dan akan masuk ke dalam rumahnya. Tapi baru saja berjalan beberapa langkah, Zayn memanggilnya lagi membuatnya akhirnya menghentikan langkahnya dan berbalik badan menatap kearahnya.
"Salma!"
"iya. Ada apa?", Salma menoleh.
"bagaimana kalau ucapan temanmu tadi beneran?"
"maksudnya?", Salma bingung.
"bagaimana kalau hubungan kita lebih dari sahabat?", tanya Zayn serius.
Salma terdiam sejenak berusaha mencerna maksud dari ucapan Zayn. Namun setelah itu ia berusaha menahan senyumnya.
"sampai kapanpun kita akan tetap bersahabat Zayn", balas Salma tak ingin terlalu serius menanggapi ucapan Zayn barusan.
"bagaimana kalau aku ingin lebih dari itu?", tanya Zayn lagi dengan serius dan menatap Salma yang masih berdiri di dekat pintu pagar rumahnya.
"sudah malam. Lebih baik kamu segera pulang saja", balas Salma menghindar.
"aku serius Salma!"
"memangnya seserius apa sih? besok sajalah kita bahas di kampus. Aku harus segera masuk. oke.. hati-hati di jalan", ucap Salma kemudian langsung masuk ke dalam rumahnya meninggalkan Zayn.
Sesampainya di kamarnya, Salma terdiam sejenak sambil menyandar di belakang pintu kamarnya. Ia memikirkan apa maksud dari ucapan Zayn tadi?
Namun ia segera menggelengkan kepalanya. Ia tak mau terlalu percaya diri dan menganggap serius ucapan Zayn. Karena ia sendiri pun tahu, bahwa Zayn selama ini selalu dekat dengan siapapun. Terutamanya para gadis-gadis di kampus yang menyukai dan menginginkannya.
...****************...
Mimi menatap dirinya di depan cermin yang ada di dalam kamarnya. Ia perhatikan penampilannya yang sama sekali tak masuk dan tak sesuai dengan wanita idaman zayn.
"apakah aku harus mengubah penampilanku? menjadi agak lebih feminim begitu?", monolog Mimi dengan tertawa menatap dirinya di depan cermin.
Ia tak bisa membayangkan, bagaimana jadinya kalau ia merubah penampilannya. Tapi karena rasa penasarannya yang cukup besar, akhirnya dia berjalan mendekat ke arah lemarinya. Kemudian ia memilih dan mengeluarkan beberapa baju yang sedikit agak feminim kemudian setelah itu dia mencobanya.
"cantik", ujar sang bibi yang sudah berdiri di dekat pintu kamar Mimi sambil menatap ke arahnya.
"bibi", Mimi menoleh ke arah sang bibi. Dan seketika ia terkejut dan juga merasa malu dengan penampilannya.
"sejak kapan bibi berdiri di situ?"
"sejak kamu mencoba memakai baju itu", jawab bibi Ratna kemudian berjalan mendekati keponakannya.
"kenapa? kenapa tiba-tiba pakai baju seperti itu?"
"em..em..-", Mimi bingung menjawabnya. Ia hanya memelintir ujung baju yang sedang di kenakan olehnya.
"hanya ingin mencoba saja. Kebetulan sudah lama ada di dalam lemari dan gak pernah di pakai", jawab Mimi beralasan.
"benarkah?", tanya sang bibi ragu.
"tapi kalau menurut bibi sih ada yang kurang. Harus di sempurnakan lagi", balas sang bibi mengomentari penampilan sang keponakan yang sudah di anggap seperti anaknya sendiri.
Bibi Ratna menarik tangan Mimi dan memintanya untuk duduk di depan meja riasnya.
"eh...bibi mau ngapain?", tanya Mimi heran.
"sudah kamu diam saja! biar bibi yang bekerja", balas sang bibi.
Bibi Ratna mengambil beberapa alat makeup dan menghias wajah sang keponakan. Beliau juga menambahkan beberapa aksesoris perempuan seperti anting dan gelang pada Mimi. Dan pada akhirnya...
"bibi...ini siapa?", tanya Mimi menatap dirinya sendiri di depan cermin. Penampilannya pada saat itu benar-benar sangat berbeda daripada sebelumnya, sampai-sampai ia tak mengenali dirinya sendiri.
Bibi Ratna tertawa mendengar pertanyaan Mimi. Bagaimana bisa Mimi tidak mengenali bahwa itu adalah dirinya sendiri.
"ini adalah bidadari cantik yang baru turun dari surga. Dan sebentar lagi pasti semua orang akan terpesona dengan wanita cantik ini", jawab bibi Ratna membuat Mimi mengulum bibirnya dan tersipu malu mendapatkan pujian dari sang bibi.
Mimi langsung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "bibi... aku malu", ucap Mimi.
"kenapa harus malu? bukankah kamu ingin membuat laki-laki itu jatuh cinta padamu?", bibi Ratna mengambil tangan Mimi yang menutupi wajahnya.
"lihatlah! dia sangat cantik sekali bukan?", bibi Ratna menatap pantulan Mimi di depan cermin.
"apa bibi yakin dia akan jatuh cinta setelah melihat penampilanku ini? bagaimana kalau dia langsung kabur nanti?", tanya Mimi ragu.
Bibi Ratna menghembuskan nafasnya sejenak. Kemudian beliau menuntun sang keponakan dan mengajaknya duduk di sofa yang ada di dalam kamar itu.
"cinta biasanya datang dari mata lalu turun ke hati. Jadi langkah pertama untuk membuat seseorang jatuh cinta dengan kita ya penampilannya. Umumnya sih begitu", terang bibi Ratna.
"hmm...begitu. Jadi... apa aku harus benar-benar merubah penampilanku?", tanya Mimi terlihat bingung dan ragu.
Jujur ia selama ini merasa nyaman dengan dirinya apa adanya. Namun ternyata dirinya bukanlah tipe dari laki-laki yang ia sukai itu. Lalu haruskah ia benar-benar merubah penampilannya demi dia?
"coba saja. Siapa tahu berhasil", saran sang bibi membuat Mimi tersenyum setuju.
...****************...
"Salma...tunggu!!!", teriak Zayn mengejar Salma yang sedang berjalan dan akan masuk ke dalam area kampus.
"kenapa berlarian sih? emangnya gak bisa jalan seperti biasanya gitu", Salma heran.
"kalau aku gak lari dan mengejar kamu, nanti kamu keburu jauh ninggalin aku", balas Zayn.
"ada yang ingin aku bicarakan", ujar Zayn.
"bicara saja! aku akan mendengarkan", balas Salma masih sambil berjalan.
"tapi tidak di sini. Bagaimana kalau kita duduk di taman?", tawar Zayn.
"sebentar lagi kelas akan di mulai bukan?"
"aku mohon...sebentar saja! cuma lima belas menit deh!", pinta Zayn.
"baiklah!", Salma mengangguk setuju.
Akhirnya mereka berdua berjalan bersama dan beriringan menuju taman yang ada di depan kampus. Setelah sampai di sana, mereka memilih untuk duduk di sebuah bangku panjang yang dekat di sebuah pohon besar.
"ada apa?", tanya Salma menatap Zayn.
"soal yang kemarin malam", jawab Zayn.
"kemarin malam? apa sih, aku gak paham?", Salma bingung.
Zayn menghembuskan nafas kasarnya. Ia sendiri bingung harus mulai dari mana.
"aku.... aku...aku ingin kita...kita-"
"kita apa?", Salma menatap bingung.
"Zayn..!! Salma...! Hay....", teriak Mimi melambaikan tangannya pada dua sahabatnya yang sedang duduk berdua.
"siapa dia? kamu kenal?", tanya Zayn menatap Salma.
"Mimi", jawab Salma.
"apa?! Mimi", Zayn terkejut sambil melototkan ke-dua bola matanya.
Zayn mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang sedang berjalan ke arahnya itu. Ia menatap dan memperhatikan dengan seksama. Bahkan ia sampai mengucek matanya beberapa kali berusaha untuk meyakinkan, benarkah itu adalah Mimi sahabatnya? tapi kenapa penampilannya berbeda sekali?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments