Hari pertandingan futsal antar kampus telah tiba. Mimi sedang mondar-mandir di samping lapangan futsal sambil sesekali mengecek jam di tangannya. Ia sedang menunggu Zayn yang belum juga datang. Padahal pertandingan sebentar lagi akan di mulai.
"lima belas menit lagi", gumam Mimi setelah mengecek jam di tangannya.
Mimi mengedarkan pandangannya berusaha mencari sahabatnya yang belum terlihat datang juga. Ia sedikit cemas dan juga panik, takut jika kebiasaan sahabatnya akan kumat hari ini, yaitu selalu telat dan molor alias tidak tepat waktu.
Padahal hari itu adalah hari yang penting dan juga bersejarah bagi tim futsal mereka. Jangan sampai mereka kalah sebelum berperang, yang artinya mereka akan batal bertanding hanya gara-gara Zayn yang datang terlambat sehingga membuat tim futsal mereka harus di diskualifikasi karena kekurangan jumlah anggotanya.
"gak bisa! ini gak bisa terjadi!", Mimi menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Ia tak bisa membiarkan hal itu terjadi dan menimpa tim futsal kebanggaannya.
Mimi berniat akan mengambil ponselnya di dalam tasnya, yang ia letakkan di kursi di dekat lapangan. Ia ingin menghubungi sahabatnya itu dan mencari tahu dimana keberadaannya hingga belum datang juga sampai saat itu.
Tapi baru saja ia membalikkan badannya, ia terkejut melihat Zayn sudah berdiri di depannya dengan ekspresi wajah yang menyeramkan.
"Wek!!", Zayn melebarkan kedua matanya sambil menjulurkan lidahnya.
"Zayn... kamu!!", ucap Mimi sambil menunjuk di dekat wajahnya.
"bagaimana? lucu tidak?", tanya Zayn sambil sedikit tertawa.
Ia langsung berjalan melewati Mimi begitu saja menuju kursi yang ada di dekat lapangan yang memang di siapkan untuk para pemain.
"lucu apanya? yang ada kamu itu hampir buat aku jantungan tahu gak Zayn?", keluh Mimi sambil berjalan menyusul Zayn dan langsung duduk di kursi yang ada di sampingnya.
"kenapa kamu baru datang? bukankah sudah aku ingatkan dari kemarin supaya jangan terlambat. Kamu tetap saja datang terlambat", tanya Mimi kesal sambil menumpuk kedua tangannya di atas dadanya.
"heh...sudahlah! aku tidak telat kan? lagian masih ada waktu beberapa menit lagi sebelum pertandingan di mulai", balas Zayn tak mau di salahkan begitu saja. Kerena memang ia tidak datang terlambat. Hanya waktunya saja yang mepet.
"ya sepuluh menit lagi! Kalau dalam waktu sepuluh menit itu kamu belum datang juga, sudah tamatlah riwayat kita".
"lagian apa kamu tidak malu? lihat!! para pendukung kita saja sudah datang dari tadi", Mimi melirik ke arah tribun di mana para pendukung mereka sudah duduk dengan rapi sambil membawa spanduk besar berwarna putih bertuliskan nama tim futsal kebanggaan mereka.
"ah.. ya baiklah! aku mengaku salah karena datang tidak tepat waktu. Tapi aku tidak terlambat kan?", balas Zayn sambil menatap Mimi yang terlihat kesal padanya. Tapi justru hal itulah yang Zayn suka dari Mimi. Cerewet dan banyak bicara, tapi dia tahu maksud dari sahabatnya itu tidak lain adalah demi kebaikannya.
"ya sudahlah kalau begitu", balas Mimi akhirnya mengalah.
Tak berselang lama, akhirnya terdengar pengumuman dari pengeras suara yang memberitahu bahwa pertandingan akan segera di mulai. Merekapun mulai bersiap dan menuju tengah lapangan untuk berkumpul bersama anggota tim mereka yang lainnya.
"Zayn...ingat ya! kali ini kita harus bekerja sama demi memenangkan pertandingan ini. Jadi nanti bolanya jangan lupa over ke aku, jangan kamu kuasai sendiri", ucap Mimi mengingatkan Zayn.
"hmm... tenang saja! Kali ini aku yang akan paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan. Kamu santai saja", balas Zayn dengan percaya diri.
"hah...baiklah! kita lihat saja nanti", balas Mimi tak mau menanggapi dengan serius ucapan Zayn barusan. Karena ia tahu betul, selama ini Zayn selalu kalah darinya.
Semua pemain sudah berkumpul di tengah lapangan dan pertandingan akan segera di mulai. Namun tiba-tiba wasit utama menghampiri Mimi karena melihat dia berbeda.
"kamu perempuan? ada perempuan di tim kalian?", tanya wasit laki-laki itu.
"ya saya perempuan", jawab Mimi mengakui.
"bagaimana ini? bagaimana bisa ada perempuan di pertandingan ini", kata wasit itu sepertinya tak setuju.
"memang kenapa? bukankah tidak ada persyaratan bahwa wanita tidak boleh ikut?", balas Mimi membela diri.
Wasit itu menghembuskan nafas kasarnya. Ia sama sekali tak menyangka bahwa akan ada perempuan yang ikut dalam acara pertandingan pada saat itu.
"memang tidak ada persyaratan tertulis seperti itu. Tapi pertandingan ini di khususkan untuk laki-laki. Kalau begini tidak adil jadinya", jawab wasit.
"pak tolong izinkan dia ikut dalam pertandingan ini. Walaupun dia perempuan, tapi dia memang anggota dari tim kami. Dan kemampuannya sudah tidak bisa di ragukan lagi", sela Zayn menjelaskan sekaligus membela sahabatnya itu.
Wasit itu terdiam sambil berfikir. "saya keberatan jika perempuan ini ikut dalam pertandingan. Karena bagaimanapun saya merasa akan ada rasa tidak adil dan perbedaan dari satu sisi".
"gak bisa begitu dong pak! bagaimanapun dia anggota dari tim kami. Dan bapak gak bisa mengeluarkannya begitu saja", balas Zayn dengan nada yang sedikit tinggi. Ia seperti tak setuju dengan keputusan dari wasit barusan.
Mimi menghembuskan nafas kecewanya. Ia tak menyangka akan terjadi hal seperti ini sebelum acara pertandingan di mulai. Jujur ia kecewa karena tidak di perbolehkan ikut serta dalam pertandingan. Tapi bagaimanapun ada nama baik kampus mereka yang harus mereka jaga dan mereka banggakan.
Apalagi melihat antusiasme para pendukung mereka yang bersemangat sekali sejak tadi berteriak memberi semangat, rasanya Mimi tak tega jika pertandingan itu harus di batalkan.
"baik pak! saya tidak akan ikut dalam pertandingan ini. Silahkan posisi saya di gantikan dengan yang lain saja", ucap Mimi mengalah. Ia tak mau hanya karena dirinya pertandingan ini harus di batalkan yang justru akan mengecewakan banyak orang di sekitar mereka.
"tidak bisa begitu dong Mi!", ucap Zayn spontan terkejut dan tidak setuju.
"kenapa kamu malah mengalah begitu saja? bukannya bantuin aku buat ngeyakini si wasit si**lan itu", umpat Zayn kesal.
"Zayn sudahlah! tidak apa. Aku yakin kamu pasti akan bisa memenangkan pertandingan ini tanpa aku. Jangan hanya karena aku, kita harus mengecewakan banyak orang", balas Mimi dengan menatap mata Zayn penuh harapan.
Zayn terdiam sambil menatap wajah Mimi yang juga sedang menatap wajahnya. Ada rasa kesal dengan keadaan mereka saat itu.
Tapi diapun bingung harus bagaimana dan berbuat apa supaya sahabatnya itu bisa di izinkan ikut main bersamanya?
Tak bisa ia bayangkan akan seperti apa nantinya pertandingan itu tanpa ada Mimi di sampingnya. Karena selama ini mimi adalah partnernya dalam bermain bola. Mimi tahu betul tips dan trick bermain bola lebih darinya. Jika tidak ada Mimi, mampukah Zayn memenangkan pertandingan itu seorang diri?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments