Pertandingan yang semula berjalan lancar, kini terpaksa harus di hentikan untuk sementara waktu. Di samping lapangan pertandingan itu, ada seseorang yang sedang tergeletak dan pingsan, karena kepalanya terkena bola dari tendangan maut kaki Zayn.
Banyak orang yang datang mendekat dan berkerumun di dekat lapangan ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan wanita itu?
"wanita ini pingsan", kata seorang yang baru saja memeriksanya.
Zayn yang menjadi pelaku utama dari kejadian itupun langsung berlari mendekat ke arah mereka.
"apa yang terjadi?", tanya Zayn.
"wanita ini pingsan karena terkena bola darimu tadi", jawab salah satu dari mereka yang memang menyaksikan kejadiannya secara langsung.
"benarkah?", tanya Zayn merasa bersalah dan mulai panik.
Zayn mendekat ke arah wanita itu dan menundukkan tubuhnya di sampingnya. Tak lama dari itu Mimi, sang sahabat datang menemuinya.
"Zayn...ada apa?", tanya Mimi panik.
"wanita ini pingsan karena terkena bola dari tendangan ku tadi", jawab Zayn.
"ya ampun...!", Mimi menepuk keningnya dengan telapak tangannya.
"kenapa kalian malah diam saja. Ayo segera bawa dia ke UKS", perintah Mimi entah pada siapa.
"Zayn ayo cepat!!", teriak Mimi kesal melihat mereka semua hanya diam dan tak segera bergerak.
"a..a..iya", balas Zayn bingung. "aku harus bagaimana?"
"cepet angkat dia! kita bawa ke ruang UKS sekarang juga!", perintah Mimi.
Dengan ragu, Zayn mulai menggerakkan tangannya mulai mengangkat tubuh wanita itu. Ia mulai berjalan membawa wanita itu menuju ruang UKS dan di ikuti oleh Mimi di belakangnya.
Tak membutuhkan waktu lama, kini mereka sudah sampai di ruang UKS. Zayn langsung meletakkan tubuh wanita itu di atas ranjang, kemudian meminta petugas medis untuk memeriksanya.
"bagaimana keadaannya?", tanya Mimi yang menunggu di sana. Sedangkan Zayn di minta untuk menunggu di luar ruangan itu.
"jangan khawatir. Dia tidak apa-apa. Hanya pingsan saja", jawab salah satu petugas medis wanita.
"syukurlah kalau begitu", Mimi menghembuskan nafasnya lega.
"apa dia akan segera sadar?", tanyanya lagi.
"dia akan segera sadar. Kita tunggu saja".
Tak berselang lama, akhirnya wanita itu tersadar juga dari pingsannya. Wanita itu dengan perlahan membuka kedua matanya sambil memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
"aku di mana?", ucap wanita itu.
Mimi yang melihat wanita itu sudah sadar, ia segera menghampirinya. "apa kamu baik-baik saja?"
"kamu siapa?", tanya wanita itu lagi menatap wajah Mimi.
"namaku Lakshmi. Tapi kebanyakan orang memanggilku Mimi", jawab Mimi memperkenalkan dirinya.
"kepalamu tadi terkena bola, sehingga kamu jatuh pingsan di dekat lapangan saat kami sedang bertanding tadi", terang Mimi.
"pantas saja! kepalaku terasa pusing sekali", balas wanita itu masih sambil memegangi kepalanya .
"terima kasih ya... sudah menolongku", tambahnya lagi.
"seharusnya kami yang minta maaf. Karena kami, kamu harus mengalami hal seperti ini", ucap Mimi merasa tak enak.
"tidak apa. Namanya juga musibah, tidak ada yang tahu kapan datangnya. Boleh aku minta tolong?", pinta wanita itu.
"tentu", jawab Mimi mengangguk. "apa yang bisa aku bantu?"
"bisa tolong antarkan aku ke ruang rektor?"
"ruang rektor? ada apa kamu mau ke sana?", tanya Mimi sambil mengkerutkan keningnya heran.
"aku mahasiswi baru di kampus ini. Kebetulan aku baru pindah dari luar kota", jawab wanita itu.
"owh.. ternyata kamu mahasiswi baru. Ngomong-ngomong nama kamu siapa? dan kamu jurusan apa?", tanya Mimi.
"namaku Salma. Dan aku mengambil jurusan bisnis management", jawab Salma.
"yah... kita gak sekelas berarti", balas Mimi sedikit kecewa. Ia kira bahwa mereka akan sekelas dan satu jurusan, ternyata tidak.
Setelah sedikit mengobrol dengan Salma, akhirnya Mimi membantu Salma menuju ruang dosen setelah keadaannya di nyatakan sudah membaik dan tak ada hal yang serius yang terjadi padanya. Namun ketika mereka keluar dari dalam ruang UKS, mereka bertemu dengan Zayn yang kebetulan masih setia menunggu di sana.
"Mimi.. apa dia baik-baik saja?", tanya Zayn bangkit dari kursinya dan menghampiri mereka.
"dia baik-baik saja karena sudah di obati. Awas minggir!", ujar Mimi dengan ketus.
"tolong maafkan aku ya... aku benar-benar gak sengaja", ujar Zayn menatap Salma.
Salma yang sedang di tatap oleh Zayn merasa bingung. Siapa laki-laki itu? dan kenapa dia meminta maaf padanya?
"dia siapa?", tanya Salma pada Mimi dengan sedikit berbisik di dekat telinganya.
"dia Zayn. Orang yang sudah menendang bola dengan sangat kuat hingga mengenai kepalamu sampai akhirnya kamu pingsan", jawab Mimi membuat Zayn semakin merasa bersalah saja.
"maafkan aku ya.. aku benar-benar tidak sengaja tadi", kata Zayn mengulang ucapan permintaan maafnya lagi.
"ya sudah tidak apa", balas Salma dengan tersenyum membuat Zayn merasa lega.
"terima kasih", balas Zayn dengan tersenyum. Sedangkan pandangan matanya melirik ke arah Mimi yang wajahnya terlihat cemberut seperti tak suka dengannya.
"ayo!", ajak salma menarik tangan Mimi.
"kalian mau ke mana?", tanya Zayn.
"mau ke ruang rektor. Kamu di sini saja gak usah ikut!", larang Mimi. Ia mulai berjalan beriringan dengan Salma.
"kenapa mau ke ruang rektor? ada kepentingan apa?", tanya Zayn ingin tahu sambil berjalan mengekor di belakang mereka.
"bukan urusan kamu Zayn. Cepet pergi sana! dan jangan ikuti kami", usir Mimi yang terlihat tidak suka Zayn berada di dekat mereka.
"aku gak akan pergi sebelum kalian menjawab pertanyaanku", balas Zayn yang masih terus berjalan di belakang mereka.
"aku akan mengantar Salma ke ruang rektor, karena dia mahasiswi baru di kampus kita", jawab Mimi tanpa menghentikan langkahnya.
"jadi nama kamu Salma ya?", tanya Zayn yang kini sudah berjalan di samping Salma. Padahal sebelumnya ia masih berada di belakangnya.
Salma hanya tersenyum dan mengangguk tanpa menjawab pertanyaan dari Zayn.
"kamu datang dari mana?", tanya Zayn lagi.
"aku datang dari Bandung", jawab Salma menoleh ke arah Zayn sekilas dengan tersenyum.
"berarti sama dong. Ibuku juga dari Bandung, tapi ayahku dari Italia. Jadinya aku blasteran", balas Zayn membuat Mimi melirik ke arahnya heran. Kenapa dia seolah tengah memperkenalkan keluarganya pada Salma?
Tak terasa kini mereka sudah sampai di depan ruangan rektor. Bersamaan dengan itu pula, ada seorang laki-laki berkepala botak dan menggunakan kacamata yang keluar dari dalam ruangan itu.
"Salma!", ucap laki-laki itu membuat Salma menoleh ke arahnya.
"paman!", teriak Salma dan langsung berlari menghampiri pamannya.
"paman..." ucap Mimi dan Zayn bersamaan. Mereka saling menatap tak percaya jika wanita yang barusan bersama mereka adalah keponakan dari sang rektor, pemimpin di mana mereka belajar dan menimba ilmu selama ini.
"kamu kenapa lama sekali? Paman sudah menunggumu dari tadi", tanya laki-laki botak bernama Profesor Dr. Ir. Bambang Susanto SH. M.pd, yang tak lain adalah paman dari Salma sekaligus rektor di mana mereka berkuliah selama ini.
Rektor sendiri adalah jabatan tertinggi di sebuah Universitas. Atau lebih mudahnya kita memahami, bahwa jabatan ini sama halnya dengan Kepala Sekolah.
"maaf paman. Tadi ada sedikit masalah, jadi aku telat datang", jawab Salma.
"masalah? kamu ada masalah apa?", tanya pak Bambang sambil membenarkan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"tadi aku jatuh pingsan. Beruntung ada yang menolongku", jawab Salma lagi.
"siapa?", tanya pak Bambang ingin tahu.
"mereka", jawab Salma menoleh ke arah Mimi dan Zayn yang sedang berdiri tak jauh dari mereka pada saat itu.
Pak Bambang menajamkan penglihatannya dari jauh. Ia bahkan sampai membenarkan kacamatanya lagi agar bisa mengenali siapa orang yang sudah menolong sang keponakan tercinta itu.
"Zayn.. Lakshmi",ujar pak Bambang mengenali mereka berdua.
"Kemari kalian!", perintah pak Bambang dengan menggerakkan tangannya agar mereka berdua mendekat ke arahnya.
"mati kita Zayn! pasti si Salma udah cerita sama pak Bambang, kalau kamulah yang sudah menendang bola dengan kencang hingga mengenai kepalanya, bahkan sampai dia pingsan", ucap Mimi sambil menyenggol lengan Zayn. Ia sendiri mulai ketakutan karena sudah bisa menebak, bahwa pak Bambang pasti akan menghukum mereka dengan berat setelah ini karena sudah membuat keponakannya sampai pingsan.
"kenapa kamu tidak bilang dari tadi, kalau Salma itu keponakannya pak Bambang", balas Zayn sambil menyenggol lengan Mimi dan terlihat mulai ketakutan juga.
"mana aku tahu, aku baru tahunya sekarang", balas Mimi.
"eh kalian! kenapa malah diam saja? cepat kemari!!!", teriak pak Bambang dengan keras dan tegas, membuat mereka berdua langsung berjalan ke arahnya karena ketakutan.
Bersambung...
Apakah pak Bambang benar-benar akan menghukum mereka setelah ini? Nantikan di bab selanjutnya ya..
jangan lupa like dan komennya..
terima kasih!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Ken ZO
Menghibur
2023-07-25
1
Mưa buồn
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
2023-07-25
1