Kay merenung didalam kamar. Gadis itu tengah memikirkan apa yang akan dia katakan kepada sang pujaan hati jika dia menerima perjodohan ini. Kay juga bingung bila akan menolak perjodohan ini dan apa yang akan terjadi pada ayahnya.
Kay sangat takut kalau nanti penyakit ayahnya akan kambuh lagi. Gadis itu tidak mau kehilangan ayahnya, karena dia sangat menyayangi ayahnya.
Kedua tangan Kay memegang kepalanya yang terasa sangat pusing, dia sangat frustasi memikirkan tentang perjodohan ini. Kini Kay benar-benar berada diposisi yang sangat sulit. Di satu sisi dia sangat mencintai Arka dan tak ingin kehilangan Arka, tapi di sisi lain dia juga sangat mencemaskan kesehatan ayahnya, dia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya yang sangat dia sayangi.
Kay tidak ingin mempermalukan keluarganya, apalagi sampai membuat penyakit ayahnya kambuh lagi dan semakin parah. Karena merasa sangat lelah karena terus menerus menangis akhirnya Kay tertidur.
Merisa sedang memberikan obat kepada suaminya, walau keadaan David sudah membaik, tapi dia harus tetap rutin minum obat.
"Gimana, Bun? Apa Kay sudah setuju?" Tanya David.
"Bunda nggak tau, Yah, tapi bunda sudah menjelaskan semuanya kepada Kay."
"Semoga Kay mau menerima perjodohan ini, kalau Kay sampai menolak perjodohan ini, mau ditaruh dimana muka Ayah. Ayah sudah terlanjur berjanji kepada Jonny, Ardi juga sudah menyetujui perjodohan ini."
"Ayah nggak usah terlalu memikirkan perjodohan ini, ingat kesehatan Ayah. Ayah kan baru saja sembuh, Bunda yakin Kay nggak akan pernah mengecewakan kita," ucap Merisa mencoba menenangkan suaminya.
"Semoga saja, Bun."
Malam hari..
Kay dan kedua orang tuanya sedang menikmati makan malam, mereka tidak lagi membahas tentang masalah perjodohan itu lagi. Kay juga hanya diam tak bersuara sambil menikmati makanannya.
"Sayang kamu izin berapa hari?" Tanya Merisa memecahkan suasana yang sunyi ini.
"Tiga hari, Bun," sahut Kay sambil menguyah makanan.
"Kok cuma sebentar," ucap Merisa.
"Karena sebentar lagi Kay mau ujian, jadi nggak enak kalau izin lama-lama." Tanpa menatap wajah mamanya.
"Kapan kamu ujiannya?" Tanya David.
"Tiga bulan lagi," sahut Kay datar.
"Wah...sebentar lagi anak bunda mau lulus dong," ucap Merisa senang.
"Doain saja, Bun. Semoga semuanya lancar," ucap Kay sambil tersenyum tipis.
"Tentu sayang, Bunda akan berdoa yang terbaik untuk kamu."
Kay mengusap perutnya, dia merasa perutnya sudah kekenyangan.
"Kay ke kamar dulu ya, Bun." Kay lalu berdiri dan melangkah pergi. Dia bahkan tidak menatap wajah ayahnya.
"Tunggu, Kay! Apa kamu marah sama Ayah?" Tanya David yang merasa anaknya sama sekali tidak menatapnya, bahkan juga tidak mengajaknya bicara.
David merasa Kay mulai menghindarinya, bahkan Kay hanya bicara seperlunya saja.
"Nggak kok, Yah. Kay cuma sudah mengantuk saja, Kay ingin cepat-cepat tidur," ucap Kay berbohong.
Kay tidak ingin berdebat dengan ayahnya, karena Kay sangat mencintai ayahnya. Kay melangkahkan kakinya kembali dan menaiki tangga menuju kamarnya.
David menatap kepergian Kay, dia tau kalau saat ini Kay sedang marah padanya, biasanya Kay selalu cerewet dan tidak pernah mengacuhkan David.
"Nggak usah Ayah pikirkan, Kay bukannya marah sama Ayah, tapi Kay butuh waktu untuk berfikir," ucap Merisa.
"Tapi ini pertama kalinya Kay mengacuhkan Ayah," ucap David sedih.
"Ayah harus mengerti posisi Kay saat ini, karena Kay harus mengambil keputusan yang sangat sulit, jadi Ayah harus bisa memahami Kay."
David hanya diam sambil termenung memikirkan keputusan yang telah dia ambil.
"Apa Ayah ini Ayah yang jahat, Bun?" Tanya David sedih.
"Kenapa Ayah berfikir kayak gitu? Bunda tau Ayah melakukan ini demi kebaikan Kay, tapi Kay juga butuh waktu, Yah."
"Ayah sangat menyayangi Kay, makanya Ayah menerima lamaran Jonny, karena Ayah tau Ardi itu anak yang baik."
"Bunda tau, Yah," ucap Merisa sambil mengusap lembut pundak suaminya.
Keesokan harinya...
Hari ini Kay malas bangun, karena hari ini Kay harus memberikan jawaban atas perjodohan ini. Kay dalam posisi yang sangat sulit, dia tidak ingin bertemu dengan orang tuanya.
Sedangkan David dan Merisa sudah tidak sabar ingin mendengar jawaban dari Kay. Mereka menunggu Kay di ruang makan.
Waktu terus berlalu tapi Kay tak kunjung turun. David dan Merisa mulai mencemaskan keadaan Kay.
"Coba Bunda lihat keadaan Kay, Ayah sangat khawatir," ucap David cemas.
"Baik, Yah." Merisa lalu berdiri dan melangkah pergi menuju kamar Kay.
Merisa menaiki tangga menuju kamar Kay. Didepan kamar Kay, Merisa mengetuk pintu.
Tokk..tokk..tokk..
"Sayang, ayo bangun, ini sudah siang sayang," ucap Merisa sambil terus mengetuk pintu.
Setelah lama menunggu tapi tetap tak ada respon dari Kay. Merisa menjadi semakin khawatir, dia takut terjadi apa-apa sama Kay.
"Buka pintunya sayang, jangan bikin Bunda khawatir!" Teriak Merisa sambil terus mengedor gedor pintu.
Di dalam kamar Kay merasa bising, karena mamanya terus saja menggedor pintu, akhirnya Kay bangun dan turun dari ranjang. Kay melangkah menuju pintu dan membuka pintu.
"Sayang kamu kenapa? apa kamu sakit?" Tanya Merisa cemas.
Kay menatap mamanya yang terlihat begitu mencemaskan nya. Merisa terlihat sangat panik.
"Enggak kok, Bun. Kay baru saja bangun," ucap Kay bohong.
Kay tidak mau bundanya tau kalau dia sedang menghindari mereka, karena Kay tidak mau memberikan jawabannya sekarang.
"Ya sudah sekarang kamu mandi, Ayah kamu juga sangat mengkhawatirkan kamu, setelah selesai mandi cepetan turun untuk sarapan, Ayah dan Bunda akan menunggumu," ucap Merisa.
"Baik, Bun." Kay lalu menutup pintu kamar.
Tak berselang lama Kay keluar dari kamar dan menuruni tangga. Kay berjalan menuju meja makan. Biasanya Kay selalu duduk didekat ayahnya, tapi kali ini Kay duduk agak menjauh dari ayahnya.
Merisa dan David tidak ingin mempermasalahkannya karena mereka tidak mau berdebat dengan Kay. Merisa mengambilkan makanan untuk Kay.
"Ayo dimakan sayang," ucap Merisa sambil meletakan makanan didepan Kay.
"Makasih, Bun."
"Gimana Kay, kamu sudah mempertimbangkannya?" Tanya David.
"Ayah! biarkan Kay makan dulu," ucap Merisa.
Sebenarnya Kay malas membahas masalah ini, tapi Kay tidak ingin melihat kedua orang tuanya berdebat hanya gara-gara dia.
Kay mengambil nafas panjang dan menghembuskan nya, dia menatap ke arah ayahnya, tatapan mata yang begitu serius kini tengah menatap Kay.
"Sudah, Yah," sahut Kay singkat.
"Lalu apa jawabanmu? Ayah nggak mau kamu mengecewakan Ayah," ucap David serius.
"Ayah, kita dengarkan dulu penjelasan Kay," ucap Merisa.
"Apa sebegitu penting perjodohan ini untuk Ayah?" Tanya Kay.
"Iya, karena ini menyangkut harga diri Ayah."
"Apa bagi Ayah, Kay ini juga nggak penting?" Tanya Kay lagi.
"Maksud kamu apa sayang? tentu saja kamu penting buat Ayah dan Bunda," ucap Merisa tidak ingin membuat anaknya sedih.
Kay kembali mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya. Dia menatap kedua orang tuanya secara bergantian.
"Baiklah Ayah, Kay akan memberikan jawabannya hari ini juga."
"Sekarang apa jawaban kamu?" Tanya David.
~oOo~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Siti Fatonah
kasian arka thorr si arka pasti patah hati bet dah...
2022-10-12
0
liana😋
buat dek dekan 😬
2020-12-26
0
Yeni Setiarini
baru ini novel yg bisa bikin aq termehek-mehek... padahal udah banyak novel melow yang aq baca sebelumnya... tapi baru novel ini yg kena banget... jahat kamu thor...hiks...hiks
2020-12-25
2