Happy Reading.
Berlian meremat gaun yang dia pakai, gaun yang begitu indah dan dirancang sebaik mungkin untuk pesta pernikahannya sekali seumur hidup itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gaun sederhana milik Mutiara. Harga ratusan juta dengan bertabur berlian seperti namanya nyatanya tidak bisa membuat semua orang berdecak kagum seperti mereka mengangumi Mutiara.
Gaun milik Mutiara berwarna peach terlihat elegan dan mempesona, sebenarnya ini mungkin bukan karena gaunnya, tetapi karena yang memakai adalah seorang Mutiara, wanita yang memang cantik dan meminta sejuta pesona luar biasa.
Berlian melirik suaminya yang saat ini tengah tersenyum sumringah ketika Mutiara datang, padahal sejak awal akad tadi, Dion sama sekali tidak mau menyunggingkan senyumnya sama sekali. Tetapi kenapa sekarang pria itu terlihat begitu bahagia hanya karena melihat Mutiara yang datang.
Dan lagi, kenapa Mutiara bisa sampai di tempat itu, bukankah seharusnya dia istirahat dirumah karena penyakitnya belum sembuh. Apakah sebenarnya Mutiara hanya berpura-pura saja selama ini.
"Mutiara," Dion memanggil Mutiara yang malam ini benar-benar sangat cantik, tubuhnya indah dan seksi, banyak tatapan para buaya lapar yang ingin memilik.
Bisik-bisik masih terdengar jelas dan kebanyakan dari mereka tidak ada yang tahu siapa sebenarnya Mutiara. Sedangkan kedua orang tua Mutiara sangat bahagia melihat putri pertamanya itu hadir di acara pernikahannya sang adik. Yang jelas mereka pasti akan mengenalkan Mutiara kepada semua orang, rekan bisnis dan juga besannya.
"Sayang, gimana keadaan mu?" tanya Mama Alisa.
"Aku nggak apa-apa Ma, Mama tenang aja," jawab Mutiara tersenyum.
"Mama dan Papa seneng banget akhirnya kamu bisa hadir di acara pernikahan adikmu ini," ujar sang Papa.
"Iya Ma, Pa,, niatnya pulang ke Indonesia kan juga karena pernikahan Berlian kan?"
"Iya, apakah kamu mau mengucapkan selamat pada mereka berdua?"
"Tentu saja, aku ke sana dulu ya Pa, Ma," ujar Mutiara yang mendapatkan anggukan dari keduanya.
Beberapa kolega mendekati kedua orang tua Mutiara untuk menanyakan siapa gadis cantik itu. Tentu saja mereka penasaran karena belum pernah melihat gadis itu sebelumnya.
"Dia putriku," ujar Bagas menatap punggung Mutiara yang berjalan menjauh dengan bangga.
"Oh ya, kenapa Anda menyembunyikan putri secantik itu, wah Pak Bagas memang pintar sekali!"
Bagas dan Alisa hanya tersenyum, mereka tidak bermaksud menyembunyikan Mutiara karena putri pertamanya itu sudah terlanjur kecewa terhadap mereka, sehingga memilih untuk pergi ke negara lain demi menyembuhkan hatinya.
Kalau mengingat betapa jahatnya mereka terhadap Mutiara, tentu saja hal itu membuat Bagas dan Alisa menyesal. Hanya karena hasutan dari Berlian mereka percaya begitu saja dan mengabaikan mutiara yang ternyata sangat tulus itu.
"Ya, kami sangat bangga terhadap Mutiara," ujar Alisa.
Berlian yang mereka anggap selama ini sebagai contoh kebanggaan seorang putri, ternyata membuat kedua orang tua itu kecewa karena selama ini Berlian telah membohongi mereka dengan mengatakan hal-hal buruk tentang Mutiara yang tidak pernah dilakukan oleh Putri pertamanya itu.
Mutiara berjalan dengan anggun menuju ke panggung pelaminan. Suara sepatu hils nya beradu dengan lantai terdengar begitu nyaring menggema. Setiap mata memandang ke arahnya dan hal itu tidak membuat Mutiara takut ataupun malu. Mutiara malah berasa seperti model yang berjalan di catwalk menghampiri dua mempelai yang masing-masing menampilkan raut wajah yang berbeda.
Mutiara langsung naik ke tangga yang tidak terlalu tinggi untuk menghampiri kedua pengantin yang berbahagia di atas pelaminan itu. Ah, tetapi Mutiara bisa jelas melihat raut wajah Berlian yang terlihat menahan amarah.
Mutiara tersenyum sambil berdiri dihadapan Berlian. "Selamat ya, jangan kusut begitu wajahnya, kamu akhirnya berhasil mendapatkan bekasku, upss, maksud ku mantanku!"
Berlian masih bisa menahan diri untuk tidak berteriak dan mendorong Mutiara ke bawah, tentu saja Berlian tidak ingin menghancurkan pernikahan nya sendiri karena terprovokasi ucapan Mutiara.
"Kenapa wajahmu kusut? Seharusnya tersenyum donk, adikku sayang, bukankah ini adalah pernikahan impian mu?" ujar Mutiara dengan suara yang jelas dan bukan sebuah bisikan.
Tentu semua orang bisa mendengar hal tersebut, mereka bahkan bertanya-tanya siapa gerangan wanita cantik itu, apakah dia sahabat Mutiara atau sahabat dari Dion. Bahkan semua kolega penting juga turut hadir menyimak pembicaraan Mutiara dan Berlian.
Namun, sejak kemunculan Mutiara, wajah Berlian tidak bisa dibiarkan jika dia benar-benar marah. "Kenapa kakak ke sini? Bukankah seharusnya kakak berada di rumah, istirahat karena kakak sedang sakit," ujar Berlian masih dengan suara halus.
'Ya, akhirnya kau masuk perangkap juga, dengan kata-katamu yang seperti itu bukankah kamu membuka kartumu sendiri, Berlian,' batin Mutiara tersenyum miring.
Berlian sebenarnya di dalam hatinya begitu gelisah ketika melihat Dion yang sejak tadi hanya diam saja dan matanya tidak terlepas dari pandangan ke arah Mutiara.
"Aku baik-baik saja kok? Memangnya siapa yang bilang kalau aku sakit? Lihatlah, aku sehat," ujar Mutiara.
"Tapi, bukankah semalam wajah dan tubuh kakak masih banyak bintik-bintik merahasiakan? Aku yakin sekali, beberapa hari ini kakak sakit gatal-gatal!"
Mutiara mengangkat sebelah alisnya, dia benar-benar suka sekali melihat raut wajah Berlian yang gelisah seperti ini, bahkan keringatnya mulai muncul di pelipis.
"Apa buktinya? Aku tidak gatal-gatal tuh!"
Berlian yang sudah hilang kesabaran dan dia seakan lupa jika sekarang masih banyak orang yang melihat mereka. Sehingga dia seakan sudah tidak bisa mengontrol emosi nya sendiri.
Mutiara berpura-pura memasang wajah bodoh, dia ingin melihat Berlian mengacaukan hidupnya sendiri.
"Aku sendiri yang memberikan bubuk gatal itu di seprei tempat tidurmu! Jadi bisa dipastikan jika kamu pasti sudah terinfeksi bubuk tersebut dan seharusnya kamu sekarang gatal-gatal seperti kemarin-kemarin!"
"APA!!"
Semua orang shock mendengar ucapan Berlian, apalagi Dion yang langsung menggeleng tidak percaya dengan kelakuan istrinya.
Berlian langsung menutup mulutnya setelah sadar dengan apa yang dia ucapkan. Dia menatap suaminya yang terlihat mundur untuk menyisakan jarak diantara mereka.
Sedangkan kedua orang tuanya hampir pingsan mendengar pengakuan Berlian yang sungguh keterlaluan itu.
"Dion, sayang, aku tadi hanya bercanda!" Dion menggeleng tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Berlian tentang masalah bercanda karena menurutnya ucapan Berlian itu sama sekali tidak mengandung basa-basi.
Dion langsung berjalan ke arah Mutiara dan tiba-tiba Dion bersimpuh di kaki wanita itu.
Brukk!
Semua orang semakin terkejut melihat adegan di depannya kali ini, apalagi saat telinga mereka mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Dion, mata mereka pun langsung membelalak sempurna.
"Mutiara, maafkan aku, aku sayang sama kamu, aku menyesal telah menyakiti kamu, ayo Mut kita nikah, aku maunya nikah sama kamu, aku cinta sama kamu!"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
G** Bp
pembalasan yg. sangat elegan 😁😁
2024-11-09
0
Siti Nur Lita
nyesal deh
2024-01-17
0
Shellia
Tidak semudah itu Ferguso,Mutiara udh terlalu membencimu,tak ada harapan untuk kembali padanya.
2023-12-12
0