Happy Reading.
Keesokan harinya.
Dion mengusap wajahnya kasar, dia benar-benar harus menahan diri untuk tidak pergi ke rumah Berlian dan mencari Mutiara. Dion benar-benar gelisah, nomor yang susah payah dia dapatkan dari seseorang, kini diblokir sia-sia oleh Mutiara.
"Mut, maafin gue,, sungguh! gue menyesal banget bikin lo jadi benci sama gue, Mut!" Dion menarik rambutnya frustasi.
Sungguh dia benar-benar terpikat dengan kecantikan Mutiara, sebenarnya bukan sejak saat ini dia menyukai gadis gendut yang sekarang sudah menjadi langsing itu. Tapi Dion sadar dia sudah sejak lama menyukai mantan kekasihnya tersebut, mungkin dia menyadari perasaannya begitu terlambat. Atau mungkin memang sudah sangat terlambat karena dia tidak bisa lari dari pernikahannya bersama Berlian.
Berlian terlalu menjeratnya jatuh ke dalam hubungan, Dion merasa tidak bisa lari dari perempuan itu. Mungkin hanya dengan menjadikannya istri Dion bisa melihat Mutiara dan mengambil hatinya kembali.
"Ya, pernikahanku dengan Berlian harus tetap berjalan dan aku akan berusaha mendekat kepada Mutiara kembali, aku yakin dia tidak akan curiga!"
Ponsel Dion berdering, cowok itu merasa senang karena dia mengira jika Mutiara menelponnya. Namun saat melihat nama sang penelepon Dion jadi malas.
Berlian menelepon kekasihnya berkali-kali, tetapi sampai panggilan ke-10 Dion tidak mengangkatnya. Biasanya pria itu tidak akan seperti ini, Dion akan mengangkat telepon walaupun dalam keadaan sibuk.
"Ihh, kamu kemana sih, Yank!!" Berlian kesal karena calon suaminya itu sama sekali tidak mengangkat ataupun membalas pesannya.
Akhirnya Berlian memutuskan untuk keluar dari dalam kamarnya. Dia memang pengangguran alias tidak bekerja, karena merasa akan menjadi istri dari seorang konglomerat.
Ya, Dion digadang-gadang sebagai pewaris satu-satunya keluarga Sailendra yang memiliki kekayaan tak terhitung jumlahnya.
Berlian merasa jika menjadi istri dari Dion pasti akan membuatnya kaya tujuh turunan tanpa susah payah bekerja. Maka dari itu dia terus saja menjerat Dion dengan berbagai godaan yang tentunya mengundang hasrat.
Ya, Berlian menyerahkan kesuciannya pada Dion dan kejadian itu direkam oleh Berlian. Karena tidak mau menjadi aib keluarga, akhirnya Dion sampai sekarang selalu memenuhi kebutuhan Berlian dengan harta orang tuanya.
Dion belum ditunjuk sebagai pemimpin Sailendra Group karena laki-laki baru saja selesai kuliah dan belum mampu memimpin sebuah perusahaan besar. Ayah Dion juga masih terbilang muda, baru berusia 51 tahun dan beliau yang memimpin Sailendra Group.
Jadi bisa dipastikan jika Dion memang menggunakan uang orang tuanya dan bukan uang dia pribadi. Sebenarnya apa yang patut dibanggakan dari itu? Berlian tidak peduli yang penting dia bisa menjadi menantu di keluarga sekelas Sailendra.
Berlian turun ke lantai bawah dan melihat Mutiara yang bercengkrama dengan kedua orang tuanya.
"Sini Mama tiup ya, pasti rasanya gatal dan panas ya?" Ucap Mama Alisa memegang tangan Mutiara yang merah-merah.
"Iya Ma, ini gatal banget," jawab Mutiara dengan nada manja.
Papa Bagas mengipasi bagian kaki Mutiara yang juga merah-merah. "Nanti Papa panggilin dokter ya?" Ujar Papa Bagas khawatir.
"Nggak usah Pa, tadi udah Mutiara kasih salep, Papa juga bisa berangkat ke kantor," ucap Mutiara merasa tidak enak, gara-gara dirinya sang Papa jadi tidak masuk kerja.
Berlian melihat interaksi Mutiara dan kedua orang tua mereka merasa begitu geram. Dirinya pun mendekat dan berniat mencari perhatian. "Ma, Pa,, Dion kemana sih, dari semalam aku telepon nggak diangkat," Berlian duduk di sofa sebrang.
Mama Alisa dan Papa Bagas menoleh dan menatap putri keduanya ini, "mana Mama tahu, kamu kan pacarnya," Mutiara hampir tertawa mendengar jawaban ketus Mamanya.
"Iih, kok Mama gitu sih!" Berlian bersedekap dada, menampilkan ekspresi pura-pura marah.
Namun, Alisa dan Bagas lebih merasa prihatin dengan kondisi Mutiara yang gatal-gatal seperti ini.
"Udah Ma, Mutiara nggak apa-apa kok, Papa juga boleh kerja, nggak usah terlalu khawatir," ujar Mutiara dengan senyum yang sendu.
Mutiara menggunakan kondisinya untuk merebut perhatian dari kedua orangtuanya, baru setelah dia kembali dari Korea Selatan Mutiara benar-benar merasakan kasih sayang orang tua yang dulu selalu tidak menganggap nya.
****
"Sayang, gimana keadaannya? udah agak sembuh ini, udah nggak merah lagi," ujar Mama Alisa saat masuk ke dalam kamar putri pertama itu.
Sebenarnya merah-merah dan bintik- ditubuh Mutiara adalah karya wanita itu sendiri. Dia ingin membuat drama nyata agar Berlian tidak curiga dan akan mencelakainya kembali.
"Iya Ma, kan dikasih salep," jawab Mutiara tersenyum.
"Ini Mama buatin bubur Ayam kesukaan mu, sayang," Mama Alisa menyerahkan bubur yang dia bawa kepada putri pertamanya. Mutiara mengambil mangkuk itu dengan hati yang terharu.
Dulu saja sang Mama tidak pernah mencarinya ke kamar bila sakit, terlebih membawakan bubur ayam seperti ini. Dulu Berlian terlalu mendominasi dan manipulatif, sehingga kedua orang tuanya melupakan jika mereka memiliki anak yang lain yang juga.
"Makasih ya Ma, seumur-umur baru kali ini deh Mama membuat bubur ayam buat Mutiara," ujar Mutiara tanpa bermaksud menyindir.
Tapi ternyata Mama Alisa merasa bersalah, matanya berkaca-kaca menatap putri pertamanya yang sekarang sudah berubah menjadi sangat cantik itu. "Maafin Mama ya sayang, Mama salah karena sejak dulu nggak pernah ada buat Mutiara, Mama dan Papa menyesal sekali, tapi asalkan Tiara tahu kalau Mama dan Papa sayang banget sama Tiara," ujar sang Mama penuh penyesalan.
"Iya Ma, tentu saja Tiara maafin Mama dan Papa, jujur Tiara bahagia sekali karena sekarang sudah berhasil mendapatkan kasih sayang dari Mama," Mutiara menghapus air matanya yang jatuh.
Alisa memeluk putri pertamanya sambil menangis sesenggukan, dia benar-benar menyesal karena dulu selalu abai terhadap Mutiara. Alisa dan Bagas berjanji akan mencurahkan kasih sayang mereka setelah ini.
Untung saja Mutiara memiliki hati yang lapang dan pemaaf, hingga Alisa menjadi semakin menyesali perbuatannya yang telah menyia-nyiakan putri sebaik Mutiara.
"Mama dan Papa sayang banget sama kamu, nak,, mulai saat ini kamu boleh bercerita tentang apa saja ya nak, jadikan Mama tempat curhat agar Mama bisa merasa semakin dekat sama kamu," ucap Mama Alisa melepaskan pelukannya.
Mutiara hanya mengangguk dan tersenyum.
Mereka tidak tahu jika di depan pintu kamar yang sedikit terbuka itu ada sosok Berlian yang melihat Mamanya menangis dan memeluk Mutiara.
'Kenapa Mama malah nangis dan minta maaf sama Mutiara? Huh, gara-gara Dion yang tidak mengangkat telepon dariku membuat ku tidak fokus dalam merebut perhatian Mama dan Papa lagi' batin Mutiara kesal.
Selama dua hari ini Mutiara berpura-pura sakit, Mama Alisa selalu menemani nya hingga mengabaikan Berlian. Ini adalah termasuk trik Mutiara untuk membuat Berlian semakin jauh dari Papa dan Mama.
'Baiklah, untuk sementara waktu aku beri waktu kamu untuk dekat sama Papa dan Mama, tapi yang penting kamu nggak usah datang ke pernikahan ku dengan Dion!'
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Shellia
Dasar licik memang harus dibalas dengan kelicikan karena tidak mungkin lagi dibalas dengan cara baik2
2023-12-12
1
Rizma
masih ada yg kurang
mohon Thor visualny
2023-10-24
1
Hany
masih gak habis pikir dengan sifat berlian
2023-10-14
2