Aku terpaku menatap pemandangan di depan mataku, melihat dua insan manusia yang saling berpelukan tanpa sehelai benangpun.
"Apa yang kalian lakukan?" Ucapku dengan suara yang serak karena menahan tangis.
Seketika mereka terkejut dan langsung meraih selimut untuk menutupi tubuh mereka.
Aku yang memang sudah tak punya kekuatan untuk berdiri lagi langsung ambruk ke lantai.
"Vv- Vania, k-kamu gak ke kantor?" Tanya Mas Arvin dengan terbata.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Teriakku penuh emosi.
"Vania, ini salah paham sayang" ucap Mas Arvin memakai pakaiannya lagi.
"Salah paham? Setelah aku melihat dengan mata kepala ku sendiri kamu masih bisa mengatakan itu salah paham Mas?" aku berteriak sekuat-kuatnya.
"Vania, kamu tenang nanti di dengar tetangga" ucap Mas Arvin lagi.
Setelah selesai memakai pakaiannya, Mas Arvin mendekatiku dan mencoba menyentuh pundakku. Aku pun yang sedang terbakar api emosi sontak langsung menghempaskan kasar tangannya.
Alexa yang sudah memakai bajunya, segera mendekati Mas Arvin "sudahlah Mas, sudah waktunya perempuan tak tahu diri ini tahu kenyataan nya" ucap Alexa dengan senyum menyeringai.
"Apa? Kamu mengatakan aku perempuan tak tahu diri?" Ujar ku dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Emang kenyataan kamu itu perempuan yang tidak tahu diri. Dasar perempuan bodoh" Alexa menatap ku sinis.
Lalu Alexa memeluk Mas Arvin di hadapan ku, mencium pipinya dan menoleh ke arah ku.
"Asal kamu tahu, aku dan Mas Arvin sudah menikah tiga tahun yang lalu."
Alexa tersenyum sinis menatap ku.
Deg
"A-apa???" Sekali lagi jantungku berdetak tak karuan mendengar itu, aku menatap Mas Arvin meminta penjelasan darinya, tapi Mas Arvin hanya diam menatapku.
"Iya, aku Alexa olivia adalah istri pertama nya Mas Arvin. Dan kamu? Kamu tahu kan kalian masih 1 tahun menikah, lalu siapa yang harus dianggap sebagai pelakor? Ya jelas kamu, kamu adalah orang ketiga diantara kami" ungkap Alexa sambil mengacungkan jari telunjuk nya tepat di depan wajah ku
Jantung ku rasanya mau berhenti mendengar kenyataan pahit ini, kenapa hidup ku seperti ini?
Tess
Akhirnya aku tak dapat menahan air mata yg sejak tadi dibendung.
"Kenapa diam? Udah tau kan? Dan satu lagi, Mas Arvin menikahimu bukan karna cinta. Tapi dia hanya memanfaatkanmu, menjadikanmu alat untuk mencetak anak, hahah" Alexa tertawa melihatku yang sedang terpuruk.
"Selama ini aku sabar menghadapi perempuan cerewet seperti kamu, itu karna Mas Arvin. Kalau bukan karna kami punya tujuan lain padamu, sudah lama kau ku tendang dari rumahku" ucap Alexa.
Aku mendengar tangis Elmira, dan mencoba berdiri dengan sisa tenaga yang kumiliki.
Mas Arvin yang juga mendengar tangis Elmira pun bergegas menghampiri dan menggendong Elmira.
Aku mendekat ingin merebut putriku "sayang, sini sama Mama" ucapku sambil menangis.
Saat aku mendekat ingin mengambil Elmira, Mas Arvin dengan sigap menjauhkan Elmira dariku.
"Elmira anakku, kau gak berhak menyentuhnya. Kau bukan siapa-siapa, karna mulai sekarang ibunya Elmira adalah Alexa" ucap Mas Arvin tanpa menoleh padaku.
Kemudian Alexa mendekat dan menggendong Elmira "Sini sayang, sama Mama. Bukan kah selama ini kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama dari pada sama perempuan itu" ucap Alexa.
"Tidak, Elmira anak ku. Aku yang melahirkan nya, bukan kau. Kalau aku tak bisa memberi waktu banyak untuk putriku, itu karna kalian telah menipuku" ujar ku masih dengan terisak.
Aku memandang Mas Arvin, "Kau sengaja menyuruh ku bekerja dengan alasan turun jabatan dan gajimu tak cukup untuk kita kan?
Padahal itu sama sekali tidak benar. Sekarang aku tahu alasanmu menipuku, supaya aku bisa bekerja dan lebih banyak waktu di luar. Dan kau bisa membawa masuk ular betina ini ke sini, agar kalian bebas dirumah ini melakukan zina" aku berteriak sekencang-kencangnya, bahkan aku tak peduli kalau tetangga sampai mendengarnya.
Plaaakkkk
Seketika tangan Mas Arvin menamparku dengan sangat kuat, sampai aku tak bisa bertahan hanya dengan tumpuan kaki ku yang semakin lemah.
Aku pun terhuyung, pipiku terasa panas bekas tamparan Mas Arvin dan darah keluar dari ujung bibirku.
"Hajar saja dia Mas, lalu usir dia dari rumah ini" Alexa tersenyum puas menatap ku.
Mas Arvin yang mendengar ucapan Alexa, kemudian meninju wajahku dua kali. Lalu dia menjambak rambutku sambil menyeretku keluar.
Sakit.. Sakit sekali, rasanya rambut ku hampir lepas dari kulit kepala ku.
"Mas, lepasin sakit.. hikks." Ucapku dengan isak tangis menahan sakit.
"Keluar dari rumah ini, jangan pernah menampakkan wajahmu lagi. Terutama di depan Elmira.
Dia bukan anakmu, pergi dari sini" teriak Mas Arvin dengan tangan masih tetap menarik rambutku.
Rasanya rambut ku seakan lepas sebab di tarik kuat Mas Arvin.
"Mas, kamu bisa pukul aku sepuas hatimu, tapi jangan pisahkan aku dari Elmira putriku, hikss" ungkap ku sambil menangis.
Aku bisa menahan sakit pukulan nya, tapi aku tak sanggup berpisah dari putriku.
"Kamu gak dengar apa yang di katakan Mas Arvin tadi? Pergi dari sini sekarang juga" ucap Alexa yang datang mendekat.
Mas Arvin mendorongku keluar dari rumah, dan hendak menutup pintu. Secepatnya aku berlutut menyentuh kaki Mas Arvin "Mas, tolong berikan putriku. Jangan pisahkan kami Mas, aku gak bisa hidup tanpa Elmira, hikkss" aku tetap memeluk kaki Mas Arvin, berusaha meluluhkan hatinya agar memberikan Elmira padaku.
"Kalau gitu mati aja sana, tapi jangan disini" ucap Alexa menyeringai dengan tatapan tajam.
"Mas, lebih baik bunuh saja aku. Aku gak mau berpisah dari putriku Mas Arvin. B-bu-nuh s-saja a-ku hiks hiks hiks" bahkan aku tak bisa berbicara jelas lagi karena menangis, nafasku rasanya sangat sesak.
Mas Arvin menendangku yg berlutut memeluk kakinya, lalu dia menutup pintu.
Ttaarrrr.
Aku menangis sejadi-jadinya, tak mau beranjak dari tempat ini sebelum Mas Arvin memberikan Elmira padaku.
Aku akan tetap disini sampai bisa memeluk putri ku lagi.
***
Entah sudah berapa lama aku di sini, di depan rumah yang dulu pernah menjadi tempat ku berlindung.
Aku tetap tak mau beranjak dari tempat ini dan tidak akan menyerah begitu saja.
Hari sudah semakin gelap, aku tak tahu pasti ini sudah jam berapa. Aku bahkan tak peduli lagi dengan perut yang sudah keroncongan mulai tadi, bagiku yang terpenting sekarang adalah bertemu putri ku.
Tiba-tiba datang mobil Polisi yang mungkin sedang berpatroli, aku segera menghampiri Polisi yang nampak berjalan mendekatiku.
"Pak, tolong Pak, tolong aku. Anakku diambil sama mereka Pak" ucapku sambil menangis tersedu-sedu.
"Maaf Bu, silahkan ikut kami ke kantor Polisi" ucap Polisi tersebut.
Aku terkejut mendengar ucapan Polisi tersebut.
"Kenapa aku di bawa Pak, apa salahku? Seharusnya mereka yang di bawa karna mereka sudah menipuku, mereka juga merebut anakku Pak" ucap ku sambil mengelak ketika polisi itu memaksa ku untuk mengikuti mereka ke kantor polisi.
"Pak jangan bawa saya, saya mau bertemu anak saya Pak, tolong saya Pak, hikss"
Polisi tadi menatap ku tajam "kalau anda tidak mau ikut kami, kami akan seret anda secara paksa. Karna anda sudah membuat keributan di daerah ini dan mengganggu ketenangan warga disini" ucap sang Polisi sambil menyeret ku.
Kedua Polisi itu tidak menggubris ku, mereka seakan tidak peduli dengan apa yang ku katakan.
'Ini pasti ulah manusia-manusia biadab itu, mereka pasti sengaja memanggil polisi untuk mengusirku.
Aku gak akan tinggal diam setelah kalian memperlakukanku seperti ini. Aku akan balas semua perbuatan kalian, dan merebut kembali putriku' gumamku dalam hati.
"Elmira, putriku tunggu Mama nak. Mama pasti akan menjemputmu" teriakku sekuatnya.
Kedua polisi itu masih terus menyeretku sampai mobil patroli yang sedang parkir di depan rumah.
Aku menangis sesunggukan meratapi kenyataan pahit yang harus ku jalani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments