Setelah kami sampai di Rumah sakit, Vania pun langsung di bawa ke UGD dan segera di tangani Dokter.
Aku berjalan mondar-mandir sambil menunggu di depan ruang UGD. Tak lama aku melihat seorang perawat pun keluar, "Sus, bagaimana keadaan Vania?" tanya ku khawatir.
"Sebaiknya Bapak masuk ke dalam, Dokter yang akan menjelaskan keadaan istri Bapak saat ini" balas suster tersebut dengan ramah.
'Istri?' aku tersenyum saat suster tersebut mengucapkan kata itu. Kemudian aku pun masuk, aku melihat Vania terbaring lemah di ranjang.
"Bagaimana keadaan nya Dok?" tanya ku.
"Keadaan istri Bapak baik-baik saja sekarang, tadi itu hanya reaksi biasa jika terlalu lama ASI nya tidak keluar. Sehingga menimbulkan bengkak pada payudara dan itu yang membuat istri Bapak menjadi demam. Menurut saran saya, untuk beberapa hari ini istri Bapak sebaiknya di rawat di Rumah Sakit agar bisa di tangani oleh kami. Karena jika di diam kan begitu saja bisa berakibat fatal. Mungkin karena masih pengalaman pertama wajar jika kalian kurang mengerti" jelas sang Dokter.
Aku baru ingat jika Vania belum lama ini memang baru melahirkan.
"Apa Ibu merasakan sakit jika bagian payudara nya di sentuh?" Tanya Dokter pada Vania.
"Iya Dok, beberapa hari ini saya memang tidak menyusui anak saya" jawab Vania dengan mata berkaca-kaca. Mungkin dia teringat akan anak nya yang belum lama di lahir kan.
"Jika Bu Vania tidak bisa menyusui anak nya, sebaiknya ASI nya di keluar kan walaupun hanya sedikit-sedikit bu. Biar tidak ada penyumbatan yang menyebabkan payudara menjadi bengkak bahkan bisa menimbulkan bisul yang bernanah" ucap Dokter wanita tersebut.
"Bapak sebagai suami nya tolong di bantu istri nya ya Pak, suami juga bisa membantu untuk mengeluarkan ASI nya dengan cara memompa dan melakukan pijatan ringan" saran sang Dokter.
Aku dan Vania saling berpandangan, ada rasa malu-malu saat Dokter menjelaskan hal pribadi seperti itu, karena pada dasarnya kami bukan lah pasangan suami istri.
"Tapi Dok, kami bukan....."
"Lakukan saja yang terbaik untuk istri saya Dok, dan tolong pindahkan ke ruang VIP" ucap ku memotong perkataan Vania.
Vania menatap ku heran, aku hanya menggelangkan kepala pada nya.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Saya akan memberitahu perawat untuk memindahkan istri Bapak ke kamar VIP" balas Dokter tersebut kemudia berlalu ke luar.
"Kenapa Pak Andra berbohong?" Vania masih menatap ku heran.
"Maaf Vania, itu kebohongan itu memang sengaja ku lakukan agar tidak ada yang memandang mu buruk jika di antar oleh pria yang bukan suami nya di jam seperti ini" jawab ku.
"Tapi bagaimana dengan Bapak? Jika ada yang mengenal Pak Andra di sini, mereka akan berpikiran buruk dengan Bapak. Sebaiknya kita pulang Pak, aku bisa beristirahat di rumah saja" lirih Vania.
"Tidak Vania, kamu tidak dengar apa yang di kata kan Dokter tadi? Kamu masih perlu penanganan di sini" balas ku.
"Tapi bagaimana jika ada yang melihat Bapak di sini, apalagi jika salah satu pegawai Bapak melihat kita di sini? Bisa rusak reputasi Bapak nanti nya. Aku gak mau gara-gara aku, Bapak jadi di pandang buruk" ucap Vania.
"Sudah kamu jangan pikirkan itu, sekarang pikirkan dulu kesehatan mu. Itu yang paling utama" balas ku.
"Untuk apa aku menjaga kesehatan Pak? Jika aku tidak bisa bertemu dengan penyemangat hidup ku" lirih Vania dengan mata yang berkaca-kaca. Dan air mata nya pun jatuh membasahi pipi nya, semakin lama aku mendengar suara isak tangis Vania semakin kuat.
Aku pun menghampiri nya, duduk di tepi ranjang lalu merangkul tubuh nya yang saat ini sedang duduk bersandar.
Aku membawa nya ke dalam pelukan ku, mencoba memberi kedamaian dan ketenangan hati nya. Tangan ku pun mengusap lembut pucuk kepala nya.
"Jangan bersedih Vania, aku akan membantu mu untuk mendapat kan putri mu kembali. Apa pun akan ku lakukan untuk membuat mu bahagia kembali" ucap ku.
Vania masih menangis sesunggukan di dalam dekapan ku, dia hanya pasrah ketika ku peluk, bahkan tidak ada penolakan sedikit pun dari nya saat aku memeluk nya.
Mungkin yang di butuhkan nya saat ini adalah dukungan dari seseorang.
Tiba-tiba seorang perawat datang, "Maaf mengganggu Pak Bu, kalau begitu saya permisi dulu" ucap perawat tersebut sambil berbalik menuju ke luar.
Aku pun melepaskan pelukan ku, "Tidak apa-apa sus, ada apa ya?" Suster tersebut pun menghentikan langkah nya dan berbalik menghadap kami.
"Istri Bapak sudah bisa di pindah kan ke kamar VIP ya Pak. Kamar nya sudah siap, apa mau pindah sekarang?" tanya Suster tersebut.
"Iya sus, sekarang saja" balas ku.
"Kalau begitu saya akan mengambil kursi roda dulu ya Pak. Biar istri nya nyaman" aku hanya mengangguk setuju.
Vania menghapus air mata nya yang jatuh di pipi, sesekali dia melirik ke arah ku.
"Maaf Vania, tadi aku terbawa suasana" ucap ku.
Vania hanya mengangguk kan kepala.
Tak lama Perawat tadi pun datang dengan membawa kursi roda. Lalu dia membimbing Vania untuk naik ke kursi roda tersebut dan mendorong nya keluar dari ruangan UGD ini, aku pun mengikuti mereka dari belakang.
Kami pun sampai di ruang rawat VIP, setelah perawat tersebut meninggalkan pergi. Kami hanya terdiam di ruangan ini, tampak suasana canggung di antara kami.
'Apa Vania marah ya sama ku?' aku bertanya-tanya dalam hati.
"Vania, kalau gitu aku kembali dulu ke apartemen untuk mengambil beberapa pakaian mu" ucap ku memecahkan keheningan.
"Iya Pak" balas Vania singkat.
"Apa ada lagi yang mau di ambil kan" tanya ku lagi.
"Tolong bawa ponsel saya Pak" balas Vania.
"Baik lah, apakah hanya itu?" tanya ku. Vania hanya mengangguk.
"Kalau begitu aku permisi dulu ya" aku pun pamit pergi.
"Pak Andra...." panggil Vania, aku pun menghentikan langkah ku.
"Terima kasih banyak Pak. Aku juga minta maaf sudah banyak merepot kan Bapak" ucap Vania.
"Tidak apa-apa Vania, aku juga senang di repot kan sama mu" balas ku tersenyum lalu pergi meninggalkan Vania yang terdiam heran.
'Seandainya kamu tahu Vania, jika aku benar-benar tulus menyayangi mu. Aku selalu berharap bisa memiliki mu. Dulu aku terlalu pengecut untuk mengutara kan perasaan ku. Tapi kali ini aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan lagi. Aku juga tak mau di hantui rasa penyesalan seumur hidup karena terlambat mengakui perasaan ku pada mu' gumam ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments