POV Arvin (Part 2)

Aku pun segera mencari Vania, berharap dia masih berada di rumah sakit ini.

Memang tadi aku melihat Vania memakai pakaian pasien rumah sakit ini, bisa jadi dia sedang menjalani perawatan di sini.

'Aku harus membuang rasa malu dan harga diri demi putri ku Elmira. Aku akan berusaha membujuk Vania meskipun harus berlutut. Ya, pasti Vania tidak akan keberatan apalagi demi Elmira yang merupakan putri kandung nya sendiri' gumam ku.

Dengan setengah berlari, aku mencari-cari keberadaan Vania. Sebab tadi aku mendengar mereka akan ke taman, tidak ada salah nya jika aku mencari nya ke sana. Jika tidak ketemu, aku akan bertanya pada bagian resepsionis.

Seperti dugaan, ternyata benar Vania di taman. Tapi yang membuat hati ku panas adalah saat melihat Andra yang menatap Vania dengan tatapan kagum.

Aku pun segera menghampiri Vania, rasa cemburu menguasai hati ku saat ini.

"Aku tidak menyangka ternyata seperti ini kelakuan mu yang sebenarnya. Jadi selama ini kau enak-enakan tinggal bersama lelaki ini yang merupakan Bos mu sendiri? Apa jangan-jangan selama ini kalian ada main di belakang ku?" ucap ku marah.

Di luar dugaan ku, seketika Vania menampar pipi ku. Sebelum nya Vania adalah wanita yang penurut, tidak pernah membantah ku, bahkan dia selalu bertutur kata lembut dan tidak pernah marah sama sekali. Tapi kali ini Vania berani menamparku, aku yakin ini adalah pengaruh dari Andra.

"Apa kamu sadar sama apa yang kamu ucap kan barusan? Jangan sama kan aku dengan dirimu sendiri" ucap Vania dengan mata yang melotot, selama ini aku melihat wajah nya yang teduh.

Tapi hari ini aku melihat nya dengan berani membelalakkan mata pada ku.

'Apa yang sudah ku katakan barusan? Perkataan ku tadi pasti sudah membuat Vania marah. Aku harus menaklukkan hati nya' batin ku.

"Maafkan aku Vania, saat ini aku sedang kalut. Aku lagi banyak pikiran, terutama tentang Elmira. Sekali lagi, aku minta maaf sudah berkata yang tak pantas pada mu" ucap ku.

"Kenapa dengan Elmira? Elmira sakit apa? Katakan pada ku, aku juga harus tahu seperti apa keadaan Elmira" ucap Vania tampak khawatir.

"Aku akan memberitahu kamu, tapi bisa kah kita berbicara hanya berdua saja?" aku melirik Andra yang sejak tadi menyimak pembicaraan kami.

Vania pun mengalihkan pandangan nya pada Andra "Pak, bisa kah kami berbicara berdua saja?" ucap Vania.

Aku merasa heran, bisa-bisa nya Vania harus meminta izin segala pada Andra.

"Baiklah Vania, aku akan menunggu di sana. Kalian silahkan berbicara, jika ada apa-apa panggil saja aku" ucap Andra.

"Kamu kira aku bakalan melakukan hal buruk pada Vania? kamu tak perlu khawatir pada istri orang" ucap ku ketus.

"Kamu pikir saja sendiri, hal yang wajar jika aku mengkhawatirkan Vania setelah apa yang kamu lakukan pada nya. Oh iya satu lagi, kalau istri pertama mu mendengar ucapan mu barusan, aku tak yakin dia bisa tenang begitu saja" Andra tersenyum miring dan berlalu meninggalkan kami.

"Bagaimana keadaan Elmira? Elmira sakit apa?" tanya Vania setelah Andra benar-benar sudah pergi.

"Tadi Dokter sudah menjelaskan pada kami, Setelah Elmira menjalani serangkaian pemeriksaan, Dokter mendiagnosa Elmira mengidap sakit anemia" ucap ku.

Brruughhh

Seketika Vania luruh ke lantai, aku melihat Andra yang tak jauh dari kami hendak menghampiri. Aku pun memberi kode tangan pada Andra agar stop melangkah mendekati kami.

"Apa yang kamu katakan Mas? Bagaimana mungkin bayi sekecil itu mengidap anemia? Selama sebulan merawat Elmira, aku merasa tidak ada yang aneh pada kesehatan nya" Vania pun menangis.

"Aku juga tidak tahu Vania, sama hal nya dengan mu, aku pun syok mendengar penjelasan dari Dokter" ucap ku.

"Lalu apa yang harus di lakukan agar bisa menyembuhkan Elmira Mas? Apa yang di katakan Dokter? Apakah Elmira bisa sembuh?" ujar Vania.

"Dokter akan mengupayakan yang terbaik untuk Elmira, mereka akan berusaha semampunya. Tapi Elmira juga butuh bantuan mu Vania. Elmira sangat membutuhkan mu saat ini" balas ku.

"Apa yang harus ku lakukan Mas? Aku akan melakukan apa saja demi kesembuhan Elmira" sahut Vania.

Aku pun menjelaskan semua yang di katakan Dokter pada Vania.

"Baik lah Mas, aku tidak keberatan jika hanya memberikan ASI pada putri ku sendiri" ucap Vania.

"Kamu yakin Vania? Setelah apa yang sudah kami lakukan pada mu, apa kamu tidak keberatan menolong kami?" ucap ku.

"Aku tidak menolong kalian Mas, aku hanya menolong putri ku sendiri. Sekejam apa pun yang kalian perbuat pada ku, Elmira tidak ada kaitan nya. Elmira tidak ada salah apa-apa, Elmira putri ku hanya tidak beruntung memiliki orang tua seperti kita. Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi lagi pada Elmira" balas Vania.

Aku hanya tertunduk malu mendengar penuturan Vania. Tanpa aku harus berlutut memohon pun, Vania dengan lapang dada mau menolong Elmira.

"Di mana sekarang Elmira Mas? Apa aku boleh menemui nya? Aku sangat merindukan nya Mas, hiks hiks" ucap Vania tersedu.

"Elmira sedang di rawat di ruang ICU, kita bicara kan dulu pada Dokter. Kemungkinan kamu akan di izinkan karena memiliki alasan untuk bertemu" ucap ku.

"Baik lah Mas, mari kita temui Dokter terlebih dahulu" ucap Vania.

Saat kami akan melangkah, tiba-tiba Andra menghampiri kami.

"Vania, kalian mau kemana?" Andra memegang tangan Vania.

"Aku harus menemui Elmira Pak, Elmira membutuhkan ku. Putri ku sedang berjuang di ruang ICU sekarang, aku harus menolong nya" ucap Vania.

"Maksud kamu apa Vania? Elmira sakit apa?" tanya Andra.

"Elmira mengidap anemia Pak, dia sangat membutuhkan ASI ku saat ini" jawab Vania.

Tak tahan melihat Andra yang masih memegang tangan Vania, aku pun segera menepiskan tangan nya.

"Kami harus pergi sekarang juga" ucap ku.

"Sampai sekarang kamu masih tetap menjadi lelaki yang egois. Kamu bahkan tak bertanya kenapa Vania berada di rumah sakit ini dan memakai pakaian pasien. Apa kamu tidak tahu apa yang di alami Vania karena keegoisan kalian?" Andra menatap ku tajam.

"Apa maksud mu? Vania saja tidak keberatan dan tidak ada mengatakan apa-apa. Sebaiknya kamu tidak usah ikut campur" balas ku.

"Vania, kamu tahu sendiri kan seperti apa keadaan mu? Bukan aku tidak memikirkan Elmira, tapi ada baiknya kamu konsultasi dulu pada Dokter sebelum mengambil tindakan sendiri" ucap Andra. Aku tidak mengerti apa maksud dari perkataan Andra. 'Apa Vania sedang sakit saat ini?' batin ku.

"Aku seorang Ibu Pak, bagaimana mungkin aku membiarkan bayi kecil yang terlahir dari rahim ku berjuang sendiri di sana. Apa pun akan ku lakukan demi menyelamatkan putri ku, termasuk memberikan nyawa ku sendiri Pak" ucap Vania.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!