Setelah bicara panjang lebar dengan Pak Andra, aku kembali ke ruangan kerja ku yang sebelumnya.
Banyak teman-teman yang menyambutku, ada juga wajah-wajah baru yang belum pernah ku lihat.
Selain Pak Andra sangat baik pada ku, semua pegawai di sini juga ramah-ramah, itu lah alasan nya mengapa aku bisa bertahan sampai 8 tahun bekerja di kantor ini.
***
Sebulan Kemudian
'Akhirnya pekerjaan ku selesai juga' ujar ku dalam hati. Segera aku merapikan meja kerja ku dan bersiap-siap untuk pulang.
Setelah semua selesai, aku segera meninggalkan kantor. Ojek online yang ku pesan tadi sudah menunggu di depan kantor.
Aku gegas menaiki nya dan motor pun melaju menuju supermarket.
Aku memang berniat ke Supermarket terlebih dahulu untuk belanja kebutuhan dapur.
Saat sedang asyik memilih sayuran di supermarket, seseorang menyentuh bahuku sehingga membuat ku terkejut dan membalikkan badan.
"Vania" sapa seseorang yang sangat ku kenal, dia adalah Bu Tasya istri dari Pak Hendra yang merupakan atasan Mas Arvin di kantor.
Kami sempat bertemu di sebuah restauran ketika sedang dinner dengan Mas Arvin.
"Bu Tasya, apa kabar?" Tanyaku sambil menjabat tangan Bu Tasya.
"Baik Van, lagi belanja ya? Sendiri aja?" Tanya Bu Tasya lagi.
"Iya Bu, biasa belanja kebutuhan dapur. Sendiri aja kebetulan pulang dari kantor langsung ke sini. Bu Tasya dengan siapa ke sini?" balasku.
"Enggak, sama suami juga ke sini. Eh, kamu tadi bilang pulang dari kantor, kamu kerja lagi ya Van? Arvin kan naik jabatan, gaji nya juga besar kenapa kerja? Bukan nya kalian sudah punya anak?"
Deg
Aku terkejut mendengar ucapan Bu Tasya, kenapa perkataan Mas Arvin berbeda dengan Bu Tasya?
"Maksudnya Bu, Mas Arvin naik jabatan? Syukurlah kalau begitu" ucap ku yang ikut bahagia mendengar berita ini.
Seketika Bu Tasya mengernyitkan kening nya, "Loh, masa kamu gak tau sih suami kamu naik jabatan? Apa Arvin gak cerita sama kamu?" Tanya Bu Tasya yang kebingungan.
"Mungkin Mas Arvin belum sempat cerita bu, karna kami juga sama-sama sibuk" balasku sambil tersenyum.
"Hah, masa sudah 2 bulan gak sempat cerita?" Bu Tasya menatapku heran.
Apa?? Aku terkejut mendengar ucapan Bu Tasya barusan.
Ada apa ini? Siapa yang berbohong disini?
Rasanya tidak mungkin Mas Arvin berbohong, tapi tak mungkin juga Bu Tasya yang berbohong.
Aku bingung, siapa yang harus ku percayai. Kalau memang benar Mas Arvin yang berbohong, apa maksud dan tujuan nya. Apalagi sampai menyuruhku bekerja.
Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi?
Tiba-tiba Pak Hendra yang merupakan suami Bu Tasya sekaligus atasan Mas Arvin datang menghampiri kami, Pak Hendra tampak terkejut saat melihatku.
Ketika Pak Hendra sudah dekat, Bu Tasya pun langsung bertanya pada suami nya "Pah, benar kan sudah dua bulan ini Arvin naik jabatan?" Tanya Bu Tasya.
"Mah, ayo kita pergi. Papah harus kembali ke kantor sekarang" jawab Pak Hendra yang tampak gugup.
"Vania, maaf kami harus pergi dulu. Tiba-tiba ada urusan mendesak" ucap Pak Hendra sambil meraih tangan Bu Tasya.
"Loh, kata papah tadi hari ini libur, gimana sih pah?" Ujar Bu Tasya yang tampak heran.
"Vania, kalau gitu kami pergi dulu ya" ucap Bu Tasya lagi padaku sambil berjalan karena tangan nya sudah di tarik Pak Hendra lebih dulu.
Aku heran, ada apa dengan Pak Hendra?
Entah kenapa dari raut wajah Pak Hendra seperti ada sesuatu yg di sembunyikan.
'Ada yang tidak beres disini' gumam ku dalam hati.
Aku buru-buru mencari kebutuhan yang akan ku beli. Rasa penasaran ku semakin menjadi-jadi setelah melihat gelagat aneh Pak Hendra tadi.
Setelah selesai belanja, aku menunggu taxi online yang sudah ku pesan sebelumnya.
Aku sengaja memesan taxi online agar lebih nyaman karena membawa barang belanjaan ku yang banyak.
Selama di perjalanan aku terus memikirkan perkataan Bu Tasya dan sikap Pak Hendra tadi.
Apa harus ku tanya kan langsung sama Mas Arvin? Tapi apa dia akan jujur?
Jika yang di katakan Bu Tasya tadi memang benar, kenapa Mas Arvin sampai tega berbohong padaku?
***
Setelah sampai di rumah, aku langsung mencari Mas Arvin. Dia pasti sudah pulang, karena biasanya jam 5 dia sudah sampai di rumah.
Rumah tidak terkunci, tapi sangat sepi seperti tidak ada siapa-siapa di rumah.
Tiba-tiba aku mendengar suara tangis Elmira putriku, aku langsung berlari ke kamar kami karena seperti nya suara Elmira dari arah kamar kami.
Jederr
Pintu terbuka dan aku melihat Elmira sudah di pinggir tempat tidur.
Ya Tuhan.....
Aku langsung berlari untuk mengambil putriku yang sedikit lagi akan terjatuh.
Jantungku hampir berhenti, kalau sampai aku terlambat sedikit saja sudah pasti Elmira jatuh dari kasur yang lumayan tinggi.
Kemana Alexa, sampai-sampai dia tidak memperhatikan Elmira.
'Dasar Babysitter tak becus' umpatku dalam hati.
Lekas aku menenangkan Elmira dan membawanya keluar kamar.
"Alexa.. Alexa.." teriakku kencang tak dapat menahan emosi.
Tiba-tiba Mas Arvin datang "ada apa sayang, sampai teriak-teriak seperti itu?" Tanya Mas Arvin sambil menghampiriku.
"Mana Alexa Mas, dia sudah lalai menjaga Mira. Dia tak bisa bertanggung jawab dalam pekerjaan nya" ucapku sangat emosi.
"Emang ada apa sayang? Kan bisa dibicarakan baik-baik dulu" Mas Arvin mencoba menenangkan ku.
"Bicara baik-baik kamu bilang Mas? Kalau sedikit saja aku terlambat datang, mungkin Elmira udah jatuh dari kasur" seketika Mas Arvin terkejut mendengar perkataan ku.
"Tapi Elmira gak sampe jatuhkan sayang? Yasudah lah, gak usah di permasalahkan. Lagian tadi aku yang seharusnya menjaga Elmira. Karna aku menyuruh Alexa untuk beli obat diare, dari tadi perut ku mules terus, jadi Mas bolak balik ke toilet sayang. Elmira mas tinggalin hanya sebentar saja di kasur, gak tahu kalau bisa-bisanya sudah di pinggir kasur" sanggah Mas Arvin sambil memegangi perutnya.
Tiba-tiba Alexa sudah ada di depan pintu kamar dan lekas masuk.
"Maaf ada apa pak? Tanya Alexa sambil setengah berlari menghampiri kami.
"Tidak ada apa-apa, kamu bisa kembali karna ini murni kesalahan saya" Mas Arvin menyuruh Alexa keluar dengan mengkodekan tangan nya menujuk ke luar kamar.
"Alexa, mana obat yang disuruh bapak untuk kamu beli?" Aku memancing nya, karena aku tak tahu siapa yang bohong disini.
"O-obat, oh obat nya gak ada Pak. Maaf saya sudah cari kemana-mana" jawab nya.
"Jadi kamu pergi lama mencari yang gak ada hasilnya sampai membahayakan anak ku?" Aku curiga, ada gelagat aneh di antara mereka. Tapi percuma karena mereka pasti tidak akan mau jujur.
"Maaf bu, saya tidak tahu kejadian nya akan seperti ini" ucap Alexa.
"Sudah lah sayang, yang penting putri kita gak kenapa-kenapa. Gak usah di perpanjang lagi. Kamu juga kan pasti sudah capek baru pulang kerja" ucap Mas Arvin menenangkan ku.
Aku menghembuskan nafas kasar, benar-benar kecewa dengan Alexa.
Sebaiknya aku harus pancing mereka, aku yakin ada yang mereka sembunyikan di belakangku.
Firasatku tidak enak, semenjak Alexa datang Mas Arvin sering hilang tiba-tiba dan sikap nya pun berubah.
Aku akan mencari tahu sendiri dengan cara ku.
***
Besok pagi nya aku bersiap-siap akan berangkat kerja. Tapi Mas Arvin sejak tadi tak bangun-bangun, aku menepuk pundaknya. "Mas, Mas, bangun.. kamu gak kerja? Tanya ku sambil tetap menepuk pundaknya.
Mas Arvin menggeliat dan membuka sedikit matanya, "Mas kurang enak badan sayang, hari ini mas gak kerja" ucap Mas Arvin dengan suara seraknya.
"Mas sakit, apa gak sebaiknya kita ke dokter?" Ucapku sambil meraba kening Mas Arvin, tapi suhu badan nya biasa saja.
"Mas cuma sakit kepala saja sayang, badan pun lemas banget rasanya. Mungkin karna semalam mas diare terus jadi kekurangan cairan. Mas cuma butuh istirahat aja" ucap Mas Arvin lagi.
"Oh, yasudah Mas istirahat saja. Jangan lupa sarapan dulu, aku udah masakin sarapan tuh, sekarang aku berangkat kerja dulu ya Mas" aku pamitan sambil mencium punggung tangan suamiku yang masih mengantuk. Kemudia aku mencium kening putriku yang masih tertidur.
Ojek online yang ku pesan sudah menunggu di depan rumah, "Ayo jalan Pak" ucapku sambil menaiki motor.
Motor melaju masih berjarak 100 meter dari rumah, aku langsung minta berhenti "Pak, stop disini aja" ucapku pada supir ojol tersebut.
"Loh, kita belum sampe neng. Kenapa berhenti?" Tanya supir ojol tersebut dengan heran.
"Ada yang ketinggalan Pak, ini ongkos nya" sambil aku memberikan uang duapuluh ribu.
"Neng, gak perlu di tungguin?" Tanya supir ojol tersebut.
"Gak usah Pak" balasku sambil tetap berjalan kembali ke arah rumah.
Sampai di depan rumah, aku berjalan dengan perlahan agar tak ada yang mendengar.
Aku berjalan menuju kamar Alexa, dan membuka pintu kamarnya, tapi dia tak ada di dalam.
Aku pun berjalan mengendap-endap ke kamar ku, perlahan aku seperti mendengar suara aneh.
Seperti suara.....
Jantungku berdegub begitu kencang, saat semakin jelas aku mendengar suara *******.
Aku terdiam sebentar, ragu antara membuka pintu atau tidak.
Aku gak sanggup untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam.
"Sayang, sampai kapan kita harus berpura-pura begini?. Aku kesal lihat si Vania itu sok jadi nyonya. Padahal kan seharusnya aku yang jadi nyonya di rumah ini, dan dia lah yang jadi babu. Karna ini kan rumah ku" Ucap Alexa dengan suara manja nya.
"Sabar ya sayang, nanti ada waktunya kita usir dia dari rumah ini. Setelah dia hamil anak kedua. Dan mudah-mudahan anaknya itu cowok." aku mendengar jelas ucapan Mas Arvin.
Seketika kaki ku terasa lemas, aku tak punya kekuatan untuk menginjakkan kaki di lantai.
Dengan sedikit tenaga yang tersisa, dan tangan yang gemetar, aku mulai membuka pintu kamar.
Aku mencoba untuk menguatkan diri sendiri untuk apapun yang ku lihat nanti.
Ku buka perlahan pintu kamar.
kreeeekk
"Apa yang kalian lakukan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments