Rio menatap tajam pria yang kini telah menjadi mantan suami dari istrinya. Rio tampak kesal melihat Anwar mulai ragu untuk menandatangani surat serah terima uang tersebut. Dia tidak ingin disaat terakhir, Anwar akan menyesal dan meminta Riana kembali.
"Jangan bilang kamu menyesal, Anwar," ucap Rio dingin.
"Tentu saja tidak. Kesempatan ini tidak akan datang dua kali," jawab Anwar mencoba menenangkan hatinya sendiri.
Anwar merasa sedikit bersalah pada Riana. Riana pasti menganggap dirinya suami yang kejam. Suami yang jahat dan tidak berperasaan. Tetapi, uang sebanyak itu, entah berapa tahun dia harus bekerja, untuk bisa mendapatkannya.
"Sebenarnya, aku tidak peduli. Sekarang, Riana sudah menikah denganku. Sekalipun kamu menyesal, kamu tidak akan bisa menghapuskan fakta ini," ucap Rio berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Pak Rio tenang saja. Kalau saya menyesal, tidak akan sampai sejauh ini," ucap Anwar.
Anwar lalu menandatangani berkas-berkas yang sudah siap didepannya. Meskipun mulutnya bilang tidak, tetapi keraguan itu tetap saja bersemayam dihatinya.
Setelah semua beres, asisten Rio menyerahkan satu koper uang yang sudah sejak tadi berada di tangan sang asisten. Terlihat wajah Anwar penuh dengan kebahagiaan. Anwar tidak pernah menyangka jika dia akan bisa memegang uang sebanyak itu. Anwar bergegas pamit pergi.
Rio terlihat lega melihat semua berjalan sesuai harapannya. Dia segera meminta asistennya untuk kembali membawanya ke perusahaan.
"Yuda, kita kembali ke perusahaan!" perintah Rio.
"Tapi, bukannya ini hari pernikahan Pak Rio? Bukankah seharusnya Pak Rio berada di rumah?" tanya Yuda sekaligus mengingatkan.
Rio memandang asistennya dengan tatapan murka. Yuda yang melihat itu, langsung diam dan tanpa berkata apa-apa lagi, langsung mendorong kursi roda menuju ke mobilnya.
Tugas Yuda memang cukup berat, dia harus membawa Rio kemanapun yang dia inginkan. Dia melakukan pekerjaan dobel. Selain bekerja sebagai asisten di kantor, dia juga bekerja sebagai pengasuh Rio. Yuda bekerja 24 jam untuk Rio.
Rio bekerja hingga sore hari. Dan pada pukul 5 sore, dia memutuskan pulang. Biasanya, dia akan lembur hingga pukul 11 malam. Tetapi hari ini, dia pulang lebih awal untuk bertemu Riana, istrinya.
***
Saat ini, Riana telah berada di sebuah rumah yang sangat mewah. Barang-barang yang ada di rumah itu, semuanya barang mahal. Riana berdecak kagum karena tidak pernah melihat rumah semewah itu.
"Bu Riana, mari Bibik antar ke kamar Bu Riana," ucap Bik Ijah mengagetkannya.
Riana mengikuti langkah Bik Ijah sambil sesekali melemparkan pandangan ke arah kira dan kanan. Bibik berjalan menuju ke sebuah kamar yang ada di bawah. Padahal Riana berpikir kalau kamarnya ada di lantai atas. Mungkin karena Riana hanyalah wanita yang dibeli bukan wanita yang di cintai.
Bik Ijah membuka pintu kamar perlahan. Meskipun kamar ini berada di lantai bawah, tetapi ruangannya cukup luas dan nyaman. Kamar ini mungkin saja kamar tamu yang sudah disiapkan oleh Rio untuknya. Sebenarnya Riana ingin sekali bertanya pad Rio, alasan ingin menikah dengannya hingga harus melakukan perbuatan ini. Membeli istri orang lain.
"Silahkan beristirahat. Jika butuh apa-apa, panggil saja Bibik. Bibik ada di dapur menyiapkan makan malam," kata Bik Ijah sambil tersenyum ramah.
"Iya, Bik. Terima kasih, Bik. Aku mau mandi dulu, lalu sholat Ashar dulu," jawab Riana dengan ramah juga.
Bik Ijah pergi meninggalkan Riana yang masih melihat-lihat keadaan kamar ini. Dia bergegas masuk ke kamar mandi. Kamar mandinya juga cukup mewah. Sudah tersedia peralatan mandi dan handuk juga. Riana mandi dengan santai menikmati suasana rumah barunya.
Hari sudah menjelang malam. Riana yang cukup kelelahan, ketiduran di atas sajadah sejak selesai sholat ashar.
Suara mobil Rio, terdengar pelan diluar sana. Tetapi, Riana sama sekali tidak mendengarnya. Dia masih tenggelam dalam mimpinya. Mobil berhenti di halaman depan dan Yuda bergegas turun untuk membantu Rio turun.
Yuda membantu Rio duduk di kursi roda dan membawanya masuk. Sesampainya di ruang tamu, Rio menghentikan langkah Yuda.
"Yuda, kamu pulang saja. Jika nanti aku membutuhkan bantuanmu, aku akan menghubungimu. Ponsel kamu harus selalu aktip dan tidak boleh ada alasan apapun," ucap Rio tegas.
"Baik, Pak Rio. Apa perlu aku bantu ke kamar?" tanya Yuda.
Rio melihat ke arah Yuda dan menatapnya kesal. Jika sudah begitu, Yuda langsung pamit pergi. Rio memang selalu begitu. Jika dia tidak suka, dia akan diam. Yang akan bicara hanyalah tatapan mata yang terlihat merah dan penuh amarah.
Rio menatap kepergian Yuda lalu dia perlahan mendorong kursi rodanya menuju depan pintu kamar Riana. Ria membuka pintu kamar itu perlahan. Saat melihat Riana tertidur diatas sajadah, Rio tampak sedih. Seumur-umur, meskipun didalam KTP nya dia seorang muslim, tetapi dia jarang menjalankan sholat. Bahkan hampir tidak pernah. Saat melihat Riana mengenakan mukena putih, hatinya berdesir. Tidak salah Anwar memilih dia untuk menjadikannya istri.
Rio mendorong kursinya menuju ke kamar mandi. Tubuhnya penuh keringat dan dia ingin berendam untuk menyegarkan tubuhnya.
Suara adzan Magrib membangunkan Riana dari mimpi indahnya. Entah mengapa, meskipun Riana berada di tempat yang baru, dia merasa cukup nyaman sehingga dia bisa langsung tertidur di lantai.
Kini saatnya untuk melakukan ibadah sholat. Riana perlu mengambil wudhu lagi. Tetapi saat mendekati kamar mandi, dia sangat kaget mendengar suara kran air mengalir.
"Tadi belum ada, kenapa sekarang suara air itu terdengar jelas?" gumam Riana.
Riana perlahan membuka pintu kamar mandi dan dia lebih terkejut lagi. Dia melihat Rio, sedang berendam di sana.
"Aaa ...." Suara jeritan Riana mengagetkan Rio.
Riana bergegas berlari keluar kamar dan menemui Bik Ijah. Rio yang kaget, bergegas mengakhiri aktivitas mandinya. Dia berusaha keluar kamar mandi dan segera berganti pakaian.
Rupanya, Riana ketakutan karena melihat Rio berada di kamarnya. Dia meminjam kamar Bik Ijah untuk sholat dan merapikannya setelah selesai.
Saat Riana keluar dari kamar Bik Ijah, Bik Ijah memintanya untuk langsung menuju ke meja makan. Di sana, Rio sudah menunggu dengan wajah dinginnya. Riana tampak bingung dan canggung saat berdiri di depan Rio. Dia duduk perlahan dan berusaha menghilangkan rasa canggungnya dengan menarik napas panjang.
Suasana terasa kaku dan hening untuk beberapa saat. Lalu Rio menyodorkan selembar kertas yang kepada Riana.
"Bacalah," ucap Rio di tengah keheningan.
Riana menerima selembar kertas tersebut dengan hati bingung. Mungkin kertas ini adalah jawaban dari pertanyaan di hati Riana yang belum terjawab. Riana mulai membaca isi dari tulisan di kertas tersebut secara pelan.
"Tugas utama, menjaga dan melayani semua kebutuhan suami. Sampai hal yang paling kecil, yaitu mengantar sampai ke mobil saat akan bekerja." Riana terdiam setelah membaca itu. "Aku bukan wanita bodoh. Aku tahu kewajibanku sebagai seorang istri. Untuk apa harus diperjelas lagi."
"Benar. Tapi apa kamu yakin, akan melakukannya untukku, dengan ikhlas?" tanya Rio dengan kata sindiran.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Bzaa
otor, salken, sehat dan semangat 💪😘
2023-10-14
1
Bzaa
tenang Rio,. Riana istri Sholehah, jdi kamu jgn khawatir....
2023-10-14
0