Bab 3. Menuju pernikahan

Empat bulan telah berlalu, yang berarti masa iddah Riana telah berakhir. Selama empat bulan itu, baik Rio maupun Anwar tidak pernah datang. Rupanya, Rio dan Anwar sudah melakukan kesepakatan untuk tidak menemui dan mengganggu hidup Riana.

Riana hidup dengan mewah dan serba berkecukupan. Apapun yang dia inginkan akan dipenuhi oleh Rio, lewat asisten rumah tangga yang tinggal bersamanya. Dari Bik Ijah, Riana mulai berusaha mengenal calon suaminya.

Dari penjelasan Bik Ijah, Riana merasa apa yang pernah dikatakan Anwar berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan Bik Ijah. Atau mungkin karena Bik Ijah adalah asisten rumah tangga Rio, jadi Bik Ijah pasti berkata yang baik-baik tentang Rio.

"Bik, aku dengar, wajah Pak Rio rusak jadi, tidak ada wanita yang bersedia menikah dengannya?" tanya Riana lebih berani.

"Benar tapi juga salah," jawab Bik Ijah penuh teka teki.

"Maksud Bik Ijah?" tanya Riana penasaran. Dia harus bisa mengenali musuh, baru dia kan bisa melawannya. Siapa tahu dia akan menang.

"Wajah Pak Rio tidak hanya cacat tetapi Pak Rio juga lumpuh. Setelah kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun yang lalu. Meskipun lumpuh, sebenarnya banyak juga yang mendekatinya, tapi mereka hanya mengincar hartanya saja. Jadi pak Rio menolak semua wanita-wanita itu," jawab Bik Ijah sambil tersenyum.

"Kenapa Bibik tersenyum?" tanya Riana bingung.

"Bibik bahagia, karena akhirnya Pak Rio bersedia menikah juga. Calonnya Bu Riana, wanitabyang sangat baik," jawab Bik Ijah memuji Riana.

"Bik, jangan memuji aku seperti itu. Takutnya nanti aku besar kepala. Riana hanya seorang janda cerai. Wanita yang tidak diinginkan oleh mantan suami Riana," ucap Riana sedih.

"Tidak semua janda cerai itu buruk. Pasti suami Bu Riana buta, tidak melihat kalau Bu Riana ini cantiknya luar dalam. Tidak hanya wajahnya cantik, hatinya juga cantik," kata baik Ijah.

Riana tersenyum kecut. Bik Ijah tidak tahu saja, akan dibawa kemana pernikahan ini. Sebuah pernikahan nyata atau hanya diatas kertas.

***

Hari Pernikahan telah tiba, tepat setelah masa iddah Riana berakhir. Riana menatap wajahnya didalam cermin. Meskipun wajahnya tampak cantik dengan make up yang sederhana, tetapi rasa kecewa dan sedih masih tampak disana.

Riana berusaha tegar dan berusaha menerima takdir, tetapi sesungguhnya didalam hatinya dia masih belum bisa sepenuhnya menerima jika hari ini, dia akan menikah dengan pria yang belum dia kenal. Terlebih lagi, pernikahan ini karena dia sudah dibeli dengan harga yang sangat mahal.

Riana kembali teringat masa bahagianya dengan Anwar. Janji setia sehidup semati, ternyata hanya omong kosong belaka. Cinta sejati itu tidak pernah ada. Cinta ini telah kalah oleh realita hidup. Uang lebih berharga daripada cinta.

"Riana, kamu sudah siap?" ucap Anwar yang akan mengantarnya menuju ke KUA.

Riana kaget saat mendengar suara mantan suaminya ada di tempatnya. Bukankah mereka sudah berpisah?

"Riana, jangan terlalu banyak berpikir. Aku datang ke sini, untuk mengantar kamu ke KUA. Pak Rio, akan memberikan uang itu, setelah kalian resmi menikah," ucap Anwar dengan tatapan tidak rela. Dia terus memandangi Riana yang terlihat sangat cantik dengan pakaian pengantin Jawa. Jauh lebih cantik dari saat menjadi pengantinnya. Ada sedikit rasa penyesalan dihatinya, melepaskan wanita yang sangat dia cintai. Wanita yang sangat baik dan sangat mencintainya. Tidak mungkin dia bisa menemukan wanita sesempurna Riana.

Tunggulah hingga aku sukses, Riana. Aku akan menjemputmu dan kita akan hidup bahagia, batin Anwar.

"Aku sudah ... sudah siap, Mas Anwar," ucap Riana menahan sakit hatinya.

Riana berusaha menyembunyikan kesedihannya. Tetapi, airmata itu tidak bisa berbohong. Meski Riana sudah berusaha agar tidak menangis, tetap saja airmata itu menetes juga.

Riana mengikuti langkah Anwar menuju ke lift diikuti Bik Ijah dan anak buah Rio. Riana bagikan tahanan yang siapa untuk dieksekusi. Sepanjang perjalanan, Riana terus menatap Anwar yang juga sesekali melihat ke arahnya. Hal itu membuat hati Riana semakin sakit.

Hati siapa yang tidak sedih, mantan suaminya sendiri, pria yang dia cintai mengantarkannya untuk menikah dengan pria lain. Setelah hari ini, setelah ijab kabul diucapkan, dirinya dan Anwar akan benar-benar berpisah secara lahir dan batin. Haram baginya untuk mencintai pria lain selain suaminya.

Prinsip yang selalu dia pegang dalam hati, dan tidak ada yang pernah tahu. Jika saja Anwar tahu, bahwa dia tidak akan ada lagi dihatinya ketika dia menikah dengan pria lain. Mungkin saja Anwar akan berpikir dua kali untuk melepaskannya.

Dengan kejadian ini, Riana kini sudah jelas, seberapa besar cinta Anwar padanya. Riana tidak menyesal mencintainya, tetapi Riana menyesal karena terlalu percaya padanya. Memberikan seluruh hatinya kepada pria yang salah.

Anwar membuka pintu mobil dan meminta Riana untuk masuk ke dalam mobil tersebut. Saat Bik Ijah akan masuk ke dalam mobil, Anwar melarangnya.

"Bibik naik mobil lain saja. Ada sesuatu yang akan aku bicarakan dengan Riana," ucap Anwar.

"Maaf, Pak Anwar. Bibik diperintahkan Pak Rio untuk menjaga Bu Riana," jawab Bik Ijah.

"Bik, Riana bisa menjaga diri," ucap Riana sambil memberi isyarat pada Bik Ijah untuk menuruti saja permintaan Anwar.

Bik Ijah akhirnya pergi ke mobil anak buah Pak Rio. Riana sengaja meminta Bik Ijah untuk naik mobil lain karena Riana juga ingin meyakinkan hatinya untuk yang terakhir. Melepaskan Anwar seutuhnya.

Mobil Anwar melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat tujuan. Riana menarik napas panjang begitu juga dengan Anwar. Mereka sama-sama berusaha untuk memulai percakapan.

"Mobil kamu bagus sekali, Mas. Mobil ini, mobil yang pernah kita lihat dulu di showroom," ucap Riana dingin.

"Benar. Mobil ini baru aku beli sebulan yang lalu. Kita pernah berangan-angan ingin membeli mobil ini untuk pergi berlibur bersama keluarga kecil kita," jawab Anwar sambil tersenyum.

"Itu dulu. Sekarang, impian itu sudah hilang. Dan semua karena kamu, Mas Anwar," ucap Riana kecewa dan sedih.

"Riana, semua ini berkat kamu, harusnya kamu bangga. Mobil ini, aku beli dengan uang muka dari Pak Rio. Dia memberiku 500 juta, Riana. Mobil ini milik kita. Setelah kalian menikah, aku akan menerima kekurangannya. Kita kaya, Riana," kata Anwar sombong.

"Kaya, bukan aku yang kaya, tapi kamu sendiri. Mobil ini juga milikmu, bukan milikku. Kamu terlihat menyedihkan, Mas. Tidakkah kamu menyadari bahwa, dengan menjual istrimu, derajatmu sebagai suami telah ternoda?" tanya Riana berusaha membuat mantan suaminya menyadari kesalahannya.

"Kamu salah, Riana. Ini namanya usaha. Kamu juga bisa hidup mewah dan bergelimpangan harta. Kamu juga bisa mengeruk harta Pak Rio. Kamu harus pandai-pandai mengatur rencana untuk mengambil harta Pak Rio. Jika nanti aku sudah sukses, kita bisa menggabungkan harta milikku dan harta milikmu. Kita akan menjadi pasangan yang kaya raya," ucap Anwar sambil tertawa.

Riana semakin sakit hati dan kecewa. Bisa-bisanya Anwar memintanya mengambil harta Pak Rio. Ternyata Anwar masih berusaha memanfaatkannya sampai akhir.

Hati Riana semakin yakin, jika tidak ada yang tersisa dari kisah cintanya dan Anwar. Hatinya mengikhlaskan cinta itu pergi bersama mantan suaminya. Anwar sudah mencari kebahagiannya sendiri, lalu untuk apa dia masih mempertahankan cinta yang telah usai ini.

Riana tersenyum untuk mengakhiri percakapan ini. Jika diteruskan akan semakin membuatnya membenci mantan suaminya.

Mobil Anwar berhenti didepan kantor urusan agama. Di sana sudah menunggu di depan pintu masuk, beberapa orang yang terlihat tidak asing lagi. Mereka anak buah Pak Rio dan Bik Ijah.

Anwar membuka pintu mobil dan membantu Riana turun. Riana sempat ragu untuk menerima bantuan dari mantan suaminya itu. Akhirnya dia memutuskan untuk menolak bantuan tersebut. Anwar sempat kaget, tetapi dia berusaha tetap tenang lalu melangkah pergi.

Riana mengikuti langkah Anwar menuju ke dalam diikuti anak buah Pak Rio. Di dalam sana, telah menunggu seorang pria yang berpakaian rapi dengan menggunakan topeng yang menutupi sebelah wajahnya. Pasti yang ditutup itu luka yang diceritakan Bik Ijah dan Anwar. Pria itu duduk di sebuah kursi roda.

Riana sempat berhenti sejenak, karena ketika dia melangkah maju lagi, dia akan memiliki nasib dan takdir berbeda. Dari seorang janda cerai, kini akan menjadi istri dari Pak Rio.

Sanggupkah Riana melangkah maju, menyongsong kehidupannya yang baru?

...****************...

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

semangat Riana, saatny kamu bahagia...
biarkan Anwar berkubang dengan penyesalan nya

2023-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!