Bab 9. Bertemu ibu mertua dan ipar

Suasana tampak mencekam, ketika Bu Elena, ibunya Rio sudah mengomentari keberadaan Riana. Riana yang baru beberapa langkah berada di ruang keluarga, berhenti melangkah. Ucapan itu, sangat menusuk hatinya.

Tidak hanya ucapan, tetapi juga tatapan mata yang penuh ejekan dan merendahkan. Hal itu terpancar jelas dari sorot mata Bu Elena. Riana hanya bisa mencoba untuk menjadi wanita yang lebih tegar untuk bisa tetap bertahan di rumah ini. Meskipun dia hanya akan menjadi bahan olok-olokan ibu mertuanya dan bahkan orang lain yang tahu statusnya.

Seperti apa yang sudah Riana putuskan sebelumnya, lebih baik ikhlas menerima kenyataan yang ada, daripada dia putus asa. Toh dia di sini diperlakukan dengan baik meskipun untuk menjadi istri yang sempurna, dia belum bisa melakukannya.

"Selamat datang, Mama Elena. Maaf, Riana tidak bisa menjemput karena Mas Rio bilang kalau Mama akan datang besok," sambut Riana berusaha seramah mungkin. Meskipun hati Riana cukup sakit mendengar ucapan ibu mertuanya.

"Benar-benar .... Wanita tidak tahu diri," gumam Bu Elena.

Wajah Bu Elena mendadak berkerut karena menahan emosi. Dia sudah berkata yang seharusnya menyinggung hati Riana, tetapi Riana malah seakan-akan tidak mendengar apa yang dia katakan. Hatinya semakin kesal saat Riana menyapanya dengan ramah.

"Aku bukan mama kamu, jangan panggil aku mama," ucap Bu Elena.

"Nama kamu Riana, bukan? Uda deh, jangan sok ramah. Apalagi panggil mama segala. Kamu bukan menantu di rumah ini. Tapi kamu adalah budak yang dibeli Kak Rio. Seharusnya , wanita seperti kamu itu tidak cocok dengan harga sebesar itu. Kalau sesuai penampilan, dia itu harganya paling besar, satu juta saja sudah cukup. Mana dia janda lagi. Jangan-jangan, dia bukan wanita baik-baik, makanya dia dijual oleh suaminya. Kakakku memang bodoh," kata Tiwi, adik Rio dengan segala kata jahatnya.

"Kamu benar Tiwi. Wanita macam dia, pelacur murahan, bisa dibeli dengan harga murah juga. Kampungan dan lihat saja, dia seperti pengemis di jalanan," tambah Bu Elena.

"Silakan kalian bicara sepuasnya tentang aku. Tadinya, aku ingin menjadi menantu yang baik untuk Mama, dan menjadi ipar yang baik untuk kamu, adik ipar. Tetapi, setelah setelah mendengar dan melihat kalian seperti ini, aku jadi malu. Saat kalian menghina aku murahan apakah kalian tidak merasa, kian juga sedang menghina Mas Rio? Mungkin aku memang menjual diri, tetapi pembelinya juga tidak lebih baik dariku," ucap Riana sinis.

Harapan Riana untuk menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Rio, sirna sudah. Masalah ini bukan hal yang mudah untuk diatasi. Sejak dulu, jika sudah hal yang paling membuat Riana ragu untuk menikah, adalah masalah dengan mertua, terutama ibu mertua. Ditambah lagi masalah dengan saudara ipar.

Dulu, Riana juga mengalami hal yang sama saat menikah dengan Anwar. Mereka menikah tanpa restu orangtua. Walaupun mereka awalnya sangat bahagia, tetapi pada akhirnya mereka berpisah juga. Makanya, setelah Anwar menceraikan Riana, mantan ibu mertuanya sangat senang. Apalagi mereka mendapatkan uang lima milyar dari Rio.

Saat ini, Riana cukup sedih. Dia takut akan mengalami hal yang sama. Cukup sekali menjadi janda, jangan sampai ada kedua kali.

Riana mulai merasakan kedekatan seperti yang dia inginkan di setiap doa malamnya. Dia seperti merasakan bahwa Allah telah memberikan petunjuk yang mengarah pada pembuktian bahwa Rio adalah imam yang baik untuknya.

Untuk bisa tetap bersama dengan Rio, tentunya dia harus bisa membuat ibu mertua dan adik iparnya menerima dia apa adanya. Tetapi Riana masih bingung, bagaimana caranya.

Dia juga sudah terlanjur tersulut emosi saat dihina oleh mereka. Semuanya diluar kendali Riana.

"Mama, Tiwi. Kenapa kalian datang tidak memberi kabar?" Suara Rio mengagetkan semuanya.

"Rio, ini jam berapa, kok kamu sudah pulang?" tanya ibunya gugup. Rupanya, ibunya sengaja datang lebih awal hanya ingin melihat dan menghina Riana. Mereka sudah tahu jika Rio sangat melindungi Riana dan menjadikannya ratu di rumah ini.

"Kenapa, Ma? Mama tidak suka Rio pulang?" tanya Rio sambil tersenyum.

Untunglah dia datang telat waktu. Rio tidak ingin, Ibu dan adiknya memperlakukan Riana dengan buruk. Bik Ijah memang bisa diandalkan. Saat ini dan adiknya mulai menyerang Riana dengan kata-kata hinaan, Bik Ijah langsung menghubungi Rio.

"Rio, mama ingin bicara denganmu. Kita bicara di ruang kerja kamu saja," kata Ibunya seraya melirik Riana. Lirikan yang membuat Riana bergidik.

Yuda mendorong kursi roda menuju ruang kerja Rio, diikuti ibu dan adiknya. Rio dan ibunya duduk berhadapan. Sementara Yuda dan Tiwi, berdiri di samping Rio dan Bu Elena.

"Ma, Rio harap, Mama tidak perlu ikut campur urusan rumah tangga Rio. Aku mencintai Riana, aku menginginkannya menjadi istriku," ucap Rio tegas.

"Rio, bagaimana kamu bisa mengatakan kalau kamu mencintai wanita itu? Kamu tidak mengenalnya, tapi kamu menghabiskan uang sebanyak itu hanya untuk seorang janda," tanya ibunya kesal.

"Ma, Riana adalah hidupku. Mama masih ingat, gadis kecil yang selalu membantu Rio saat Rio masih SD dulu?" tanya Rio sambil menatap ibunya.

"Gadis yang kamu cari selama bertahun-tahun itu?" tanya ibunya berusaha meyakinkan pernyataan Rio.

"Benar, Ma," jawab Rio.

Rio mulai bercerita tentang Riana dan hubungannya dengan dirinya. Sampai saat terjadinya kecelakaan yang terjadi padanya dan Riana adalah penyelamat hidupnya.

"Jadi, kamu mengeluarkan uang sebanyak itu untuk bisa bersamanya? Rio, apa kamu ini sudah gila, memisahkan suami istri yang sudah hidup bahagia. Apa kamu tidak takut dosa?" tanya ibunya cemas.

"Mama, saat itu, Rio hanya bercanda tentang membeli Riana. Rio pikir, suaminya pasti sangat mencintai dia. Tidak tahunya suaminya benar-benar menganggapnya serius. Godaan uang lima milyar memang tidak bisa ditolak," cerita Rio.

"Rio, Mama tidak tahu harus berkata apa. Kamu tahu apa yang katakan Riana saat Mama menghinanya? Kamu juga tidak lebih baik dari dia. Mama melihat, dia bukan wanita yang lemah. Tapi bagaimana mungkin dia mau saja dijual oleh suaminya kepadamu?" tanya Bu Elena penasaran.

Rio terdiam. Riana mau menikah dengannya karena dia sangat mencintai mantan suaminya. Hak itu tidak bisa Rio pungkiri. Rio juga tahu jika, Anwar mencoba bunuh diri ketika Riana menolak rencana Anwar.

Sebenarnya yang jadi korban dalam transaksi ini adalah Riana. Dia bukan barang tetapi dia diperlakukan seperti barang dagangan. Tetapi Rio memiliki hal lain yang harus dia selesaikan terlebih dulu, sebelum dia meminta maaf pada Riana dan menjelaskan semuanya.

"Rio, mama jadi merasa bersalah pada Riana. Apakah mama harus meminta maaf padanya?" tanya Bu Elena.

"Iya, Kak. Tiwi juga merasa bersalah. Kasihan dia, dijual oleh suaminya sendiri dan sepeserpun dia tidak merasakan uang itu," ucap Tiwi sedih.

"Tidak perlu minta maaf. Aku tahu dia tidak akan terlalu memikirkan apa yang kalian lakukan hari ini."

Kata-kata Rio membuat ibu dan adiknya kaget. Kalau mereka tidak meminta maaf, Riana pasti mengira mereka adalah mertua dan adik ipar yang jahat.

...****************...

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

Alhamdulillah ternyata ibu mertua dan adik ipar nya tidak jahat .

2023-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!