Bik Narsih bergegas membuka pintu setelah Pak Karso memanggilnya sambil mengetuk pintu. Mereka segera masuk ke dalam rumah yang terasa tidak asing bagi Riana. Pak Karso dan Bik Narsih kembali melanjutkan tugas mereka masing-masing.
Riana mengamati setiap sudut rumah dengan seksama.
Riana berjalan mendekati foto berukuran cukup besar. Di sana ada ayah, ibu dan juga gambar dirinya saat masih kecil. Kenangan-kenangan itu, satu persatu mulai bermunculan di benaknya. Saat teringat kecelakaan yang terjadi kala itu, tubuh Riana mendadak bergetar. Riana teringat bagaimana ayah dan ibunya terjebak di dalam mobil yang ringsek.
Ibunya yang masih bisa berbicara, meminta Riana untuk di selamatkan terlebih dahulu. Belum sempat membantu mereka keluar, mereka sudah dinyatakan meninggal.
Riana mendadak tidak sadarkan diri. Rio panik dan dia sudah tidak ingat lagi kalau dia berpura-pura masih lumpuh. Dia bergegas berdiri dan Mengangkat tubuh Riana masuk ke dalam salah satu kamar di rumah lama.
Rio kembali berlari keluar untuk kembali duduk di kursi roda dan mencari bik Narsih.
"Ya, Pak Rio. Ada yang bisa bibik bantu?" tanya Bik Narsih.
"Tolong ambilkan minyak kayu putih, Riana pingsan," jawab Rio gugup.
Bik Narsih segera pergi mencari minyak kayu putih dan segera mengoleskannya ke bagian dada dan tengkuk Riana. Setelah itu didekatkan ke hidung Riana agar terhirup.
Tidak berapa lama, Riana mulai sadarkan diri. Riana masih tampak bingung karena melihat mereka ada di dalam kamar. Dia ingat tadi dia merasakan kepalanya sakit dan setelah itu dia tidak ingat lagi apa yang terjadi.
"Aku kenapa?" tanya Riana sambil menatap Rio.
"Kamu tadi pingsan. Bisakah kamu kamu tidak membuat aku panik dan khawatir? Jika kamu ada beban atau tekanan, katakan saja padaku. Meskipun kamu membenciku, setidaknya saat ini aku adalah suamimu. Aku tidak akan membuat istriku menderita," kata Rio serius.
Riana tidak menyangka jika Rio akan berkata seperti itu. Hal itu semakin membuat Riana berpikir lagi dan lebih penasaran dengan tujuan Rio menikahinya. Kalau bukan dendam, lalu apa?
Riana mencoba mencari waktu yang tepat untuk bertanya. Saat mereka hanya berdua, mungkin inilah waktunya bertanya.
"Maaf, Mas. Aku teringat peristiwa kecelakaan yang menimpa keluargaku. Hal itu juga yang telah merubah jalan hidupku. Aku mengalami gangguan mental dan ditaruh di panti asuhan," jawab Riana sambil menghela napas berat.
"Maafkan aku juga. Mulai sekarang, jangan sungkan padaku. Jika kamu ada masalah, bicaralah padaku. Jangan sampai, kamu tertekan dan bisa berakibat seperti ini lagi," ucap Rio penuh perhatian.
"Maaf,aku tidak bermaksud membuatmu cemas. Mas, bolehkah aku bertanya?" tanya Riana sambil duduk bersandar.
"Silakan," jawab Rio mulai santai.
"Kenapa kamu menikahi aku? Mengeluarkan uang sebanyak itu untuk mengambilku dari suamiku," tanya Riana mengeluarkan apa yang selama ini membebani hatinya. Riana sudah siap dengan jawaban yang paling menyakitkan.
Rio tampak berpikir dan mungkin saat ini dirinya tidak boleh memberikan tekanan pada Riana. Mengingat Riana sudah sangat menderita sejak kecil, berpisah dari orangtuanya.
"Saat itu, aku hanya sekedar bertanya pada Anwar. Aku sengaja memberinya tawaran yang menantang padanya. Aku pikir, dia sangat mencintaimu, jadi berapapun tawaran itu, dia pasti akan menolaknya. Tapi, aku salah. Dia sangat tergiur dengan uang lima milyar dan rela melepaskan kamu," jawab Rio tampak sedih.
"Kalau kamu tidak menginginkan aku, untuk apa menikahi aku? Kamu bisa menjadikan aku pembantu atau pelayan di rumahmu," kata Riana kesal.
"Mana ada pelayan seharga lima milyar? Kamu sangat berharga bagiku, Riana. Aku ingin melihatmu bahagia," jawab Rio bersemangat.
"Bahagia?" tanya Riana kaget. Bukan keluarga, juga bukan teman, kebahagiaan seperti apa yang dia maksud?
"Masih ingat dengan kalung ini?" tanya Rio sembari memberikan kalung yang dia simpan selama ini.
Riana mengambil kalung dari tangan Rio. Dia melihatnya dengan seksama dan dia teringat bahwa kalung itu sama persis seperti kalung yang dia pakai. Dia melepaskan kalung yang melingkar di lehernya lalu mencoba mencari perbedaannya. Tetapi, kedua kalung itu memang sama persis.
Tiba-tiba terlintas di benaknya, masa kecilnya bersama seorang anak laki-laki bertubuh gendut. Riana memanggil anak itu dengan sebutan Si Gemuk.
Riana menatap Rio dengan penuh rasa curiga. Ada berbagai pertanyaan yang ingin sekali Riana tanyakan. Tetapi, mulutnya seakan terkunci karena dia terlalu bersemangat.
Apalagi saat melihat Rio tersenyum dan satu anggukan dari Rio yang membuat Riana seolah meledak.
"Si Gemuk, itu kau?" tanya Riana dengan mata membulat.
"Aku kesal karena baru sekarang kamu mengenaliku," ucap Rio manja-manja ingin perhatian.
"Si Gemuk, maaf, aku benar-benar tidak mengenalimu. Tapi apa benar ini kamu? Kenapa kamu sangat berbeda?" tanya Riana sambil memegang wajah Rio. "Aku lebih suka, Rio yang gendut. Kalau begini, imutnya hilang."
"Apa, aku masih tetap imut. Coba lihat dengan baik, jangan berkedip," kata Rio berusaha menunjukkan pesonanya.
Riana tidak bisa memungkiri jika Rio lebih tampan sekarang. Meskipun kesan imutnya hilang, tetapi pesonanya lebih dari cukup untuk membuat wanita jatuh cinta padanya. Terlepas dari luka di wajahnya.
"Apanya yang mau di lihat? Hanya sebelah saja," ucap Riana bercanda.
Tidak disangka, Rio sangat sensitif dengan masalah luka di wajahnya. Rio seperti kehilangan kepercayaan diri. Riana jadi merasa bersalah, tetapi Rio sudah terlebih dulu, kecewa.
"Mas Rio, aku minta maaf. Aku tidak ...," ucap Riana gugup.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Kamu beristirahatlah. Sore nanti aku akan membawamu untuk melihat makam ayah dan ibumu," jawab Rio dengan sikap dinginnya.
Rio meninggalkan Riana dengan rasa bersalahnya. Suasana nyaman yang sempat tercipta, kini kembali beku.
Sorenya, Riana dan Rio pergi ke makam orang tua Riana. Di sana, Riana tampak menumpahkan semua kerinduannya pada ayah dan ibunya. Sementara Rio menunggunya di tempat yang tidak jauh darinya.
"Ayah, ibu. Maafkan Riana, baru sekarang Riana bisa datang. Riana sangat merindukan kalian," ucap Riana diselingi tangisannya.
Hampir setengah jam, Riana bersimpuh di sana. Perlahan dia bangkit dan mendekati Rio. Riana menghentikan tangisannya agar tidak menyusahkan Rio.
Sebelum pergi, Rio menyempatkan diri ke makam orang tua Riana. Di sana, dia berjanji akan membuat hidup Riana dipenuhi kebahagiaan. Rio juga berjanji, tidak akan membiarkan Riana sedih lagi apalagi sampai Riana meneteskan air mata.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Bzaa
semangat Riana 💪💪
2023-10-14
0