Sebuah mobil meluncur dengan cepat menuju ke sebuah mall yang tidak terlalu jauh dari rumah Rio. Bu Elena, Tiwi dan Riana, duduk di belakang, sedangkan Rio duduk di depan bersama Pak Karjo, sopir pribadi Rio. Hanya perjalanan selama 15 menit, mobil itu sudah sampai di tempat tujuan.
Riana turun terlebih dahulu untuk membantu Rio naik ke kursi roda. Pak Karjo juga dengan sigap membantu mengeluarkan kursi roda dari bagasi mobil. Riana dibantu Pak Karjo mengangkat tubuh Rio. Bu Elena dan Tiwi memperhatikan sikap Riana dalam merawat Rio.
Riana mendorong kursi roda yang sudah ada Rio diatasnya, masuk ke dalam mall diikuti ibu dan adik iparnya. Tetapi Riana yang tidak tahu tujuan mereka, menghentikan langkahnya. Riana bingung akan menuju kemana.
Rio menyadari ketidaktahuan Riana lalu Rio bertanya pada ibunya.
"Ma, Mama mau beli apa? Mama dan Tiwi beli saja apa yang kalian inginkan. Pakailah ini, aku dan Riana akan membeli keperluan dengan kartu lain," tanya Rio sambil menyerahkan sebuah kartu hitam pada ibunya.
"Baiklah, Mama juga tidak ingin merepotkan kamu. Mama sudah senang kamu mau menemani Mama ke mall. Riana, jaga Rio dengan baik. Tiwi, ayo," kata Bu Elena.
"Iya," jawab Riana singkat.
Bu Elena dan Tiwi melangkah pergi meninggalkan Riana dan Rio yang masih tetap di posisi masing-masing. Setelah mereka pergi Riana teringat jika Rio belum makan.
"Mas Rio, Riana masih lapar. Tadi aku mau makan banyak, tapi malu sama ibu dan adikmu. Aku mau cari makan, kamu mau ikut makan atau aku minta Pak Karjo untuk menemanimu?" tanya Riana.
"Jangan merepotkan Pak Karjo. Aku ikut kamu saja, sambil menunggu Mama dan Tiwi berbelanja. Aku yakin mereka bakalan lama," jawab Rio.
Hati Rio mendadak senang karena bisa makan diluar berdua dengan Riana. Karena sangat sulit untuk bisa mengajak Riana makan di luar.
"Mas Rio tunggu di sini, sebentar. Aku pergi beli makanan. Ingat, jangan kemana-mana," ucap Riana lalu pergi meninggalkan Rio.
"Riana, bukannya sebaiknya kita makan di restoran berdua?" gumam Rio kecewa.
Hati Rio yang tadinya berbunga-bunga, kini layu sudah. Riana sama sekali tidak peka dengan keinginannya.
Riana rupanya memesan peralatan sholat secara on line. Setelah itu, dia kembali lagi ke tempat Rio menunggunya.
"Katanya mau beli makanan? Mana makanannya?" tanya Rio.
"Aku takut, Mas Rio hilang atau tersesat. Kita sama-sama pergi saja ke restoran di mall ini," jawab Riana sambil tersenyum manis.
"Hilang, apa aku anak kecil?" ucap Rio sambil tersenyum.
Riana sempat kaget ketika melihat Rio bisa tersenyum. Ternyata, Rio tidak sedingin yang dia kira. Jadi masih ada harapan untuknya bisa membuat Rio percaya diri dengan cacat yang dimilikinya.
Riana membawa Rio naik lift menuju restoran di lantai 3. Suasana di sana cukup ramai. Riana sengaja mencari tempat duduk di paling pojok. Selain bisa melihat pemandangan di luar, juga untuk menghindari jika Rio merasa minder karena dia masih menggunakan topengnya.
"Mau makan apa?" tanya Riana saat pelayan datang.
"Yang mau makan kamu, kenapa malah tanya aku?" jawab Rio dengan balik bertanya.
Riana tersenyum mengiyakan ucapan Rio. Padahal tujuannya agar Rio bisa makan.
"Mbak, aku pesen dua paket ayam crispy. Minumnya jus jeruk, dua," kata Riana pada pelayan.
Riana menghela napas panjang saat pelayan pergi. Riana menatap Rio yang terlihat bingung. Mungkin karena Riana memesan dua paket.
Hanya dalam hitungan menit, pesanan sudah datang. Riana tampak senang dan dia bergegas menyiapkannya untuk Rio.
"Riana, makanlah. Kenapa didiamkan saja?" tanya Rio sambil menatap Riana.
"Aku .... Kenapa jadi tidak selera makan? Kamu ikut makan, ya? Kalau ada temannya makan pasti rasanya beda. Lebih enak," jawab Riana sedikit memaksa.
Rio terdiam karena dia tahu jika Riana sengaja melakukan ini agar dia mau makan. Memang, sejak siang dia belum makan dan cacing diperutnya, sudah bernyanyi sejak tadi.
"Boleh."
Riana terlihat senang mendengar jawaban dari Rio. Dia mendekatkan tempat duduknya disamping Rio untuk membantu Rio makan. Mereka makan dengan bahagia. Mereka tidak menyadari jika dia pasang mata tengah mengawasi mereka berdua.
"Ma, Mbak Riana cukup cerdik dengan mengajak Kak Rio makan di sini. Persis seperti dugaan Mama. Jadi sebenarnya, sifat Mbak Riana seperti apa, aku jadi bingung," ucap Tiwi sambil menghela napas berat.
"Dia wanita yang baik. Tidak tega melihat orang lain kesusahan. Hanya saja, kenyataan hidup yang sudah membuat Riana jadi berubah. Tetapi, namanya juga sifat asli, tetap saja tidak mudah ditinggalkan. Rio masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan hati Riana dengan kekurangannya," jawab Bu Elena.
"Ma, Tiwi ingin membantu Kak Rio untuk mendapatkan Riana," ucap Tiwi menawarkan diri.
"Tidak perlu. Mama rasa kakakmu akan bisa dengan usahanya sendiri. Besok, kita pulang," kata Bu Elena.
Bu Elena dan Tiwi melangkah pergi meninggalkan restoran tersebut menuju ke tempat pakaian wanita. Mereka berencana membelikan Riana pakaian yang sesuai dengan kepribadian Riana. Mereka sengaja melakukan itu, karena mereka yakin, Riana tidak akan mau membeli pakaian sendiri.
Setelah mereka merasa cukup, Bu Elena meminta pelayan untuk mengantarkan semua barang-barang mereka ke mobil. Mereka menunggu Rio dan Riana yang sudah dihubungi oleh Tiwi.
Tidak lama, tampak Riana sedang mendorong kursi roda menuju ke arah mobil. Saat itu seorang pria memanggil nama Riana dengan jelas. Riana berhenti untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Riana."
"Handi," gumam Riana.
"Jadi benar ini kamu? Aku sudah lama mencarimu, tapi ibu panti, kalau kamu sudah menikah. Mana suamimu?" tanya Handi penasaran.
"Perkenalkan, ini suamiku, Rio," ucap Riana mengenalkan Rio pada Handi.
"Handi."
"Rio."
Mereka saling berjabat tangan dan menyebutkan nama masing-masing.
"Riana, sudah sangat lama kita tidak bertemu. Bisa beri waktu sebentar?" tanya Handi.
"Maaf, Handi. Saat ini aku sudah menikah. Jadi aku harus meminta izin dulu pada suamiku," jawab Riana.
Riana dan Handi melihat kearah Rio yang berusaha menyembunyikan rasa cemburunya, saat melihat kedekatan Riana dan Handi. Sangat terlihat jelas jika Handi mencintai Riana.
"Mas, boleh aku bicara dengan Handi sebentar?" tanya Riana penuh harap.
"Tapi ini sudah malam. Lagian, Mama sudah menunggu di mobil. Sepuluh menit saja," jawab Rio lalu dia mendorong kursi rodanya sendiri menuju ke mobilnya yang segera di jemput pak Karjo.
"Terima kasih, Mas. Pak Karjo, hati-hati," ucap Riana senang.
"Siap, Bu," jawab Pak Karso.
Riana dan Handi duduk di kursi depan dekat parkiran. Handi melihat Riana yang sudah sangat berubah sejak terakhir mereka bertemu.
"Riana, bisakah kita bertemu dilain hari?" tanya Handi.
"Aku rasa tidak. Suamiku tidak akan mengizinkannya," jawab Riana.
"Kamu terlihat takut sekali dengan suamimu. Apa-apa, harus seizinnya," kata Handi tampak tidak suka dengan sikap Rio.
"Karena dia suamiku. Tentu saja semua harus seizinnya. Mas Rio benar, ini sudah malam, aku pamit pergi dulu," kata Riana sambil tersenyum. Riana bergegas pergi meninggalkan Handi.
Riana kurang suka jika Handi berusaha ikut campur urusan pribadinya. Bertanya banyak hal yang tidak akan bisa Riana jawab.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Bzaa
definisi istri Sholehah....💕
2023-10-14
0