Istri Lima Milyar

Istri Lima Milyar

Bab 1. Permintaan suami

Pernikahan Riana dan Anwar telah memasuki tahun pertama. Bisa dikatakan jika mereka masih dalam suasana pengantin baru. Apalagi mereka belum memiliki seorang anak, sehingga mereka bisa menikmati masa-masa berdua dengan leluasa.

Mereka menikmati hari-hari yang indah di rumah mereka yang sederhana. Meskipun hanya sebuah rumah kontrakan, tetapi mereka hidup dengan sangat bahagia. Tetapi, semua itu tiba-tiba hilang bagaikan bulu yang tertiup angin.

Hari itu, Anwar yang berkerja sebagai sales, pulang lebih awal. Tubuhnya tampak lelah dan wajahnya pucat. Riana menyambutnya dengan ramah saat Anwar pulang.

"Assalamualaikum," ucap salam Anwar saat di depan pintu.

"Wa'alaikum salam," jawab Riana sambil tersenyum.

Riana tampak senang suaminya pulang lebih awal. Tetapi ketika dia melihat kondisi suaminya, Riana mulai panik.

"Mas Anwar kenapa. Wajah Mas Anwar pucat, apa Mas sakit?" tanya Riana sambil memapah suaminya menuju kursi di rumah tamu.

"Mas hanya capek saja. Nanti setelah istirahat juga sembuh," jawab Anwar lemah.

"Kalau begitu, mas Anwar mandi dulu. Biar Riana siapkan makanan untuk Mas Anwar," ucap Riana penuh perhatian.

Anwar bergegas pergi mandi dan Riana sibuk menyiapkan makanan untuk Anwar. Setengah jam kemudian makanan sudah siap diatas meja makan dan Anwar juga sudah siap untuk menikmati hidangan dari istrinya. Kehidupan pernikahan yang sungguh sangat membahagiakan bagi mereka berdua.

"Dek, apa kamu tidak bosan hidup susah seperti ini?" tanya Anwar sambil menikmati masakan istrinya.

"Tidak sama sekali, Mas. Riana bahagia meski hidup kita sederhana dan serba pas-pasan. Asalkan sama Mas Anwar, semua terasa indah," jawab Riana sambil menatap suaminya.

"Tapi, Mas sudah bosan hidup susah. Mas ingin seperti teman-teman sekolah Mas yang sudah sukses. Punya usaha sendiri dan hidup serba berlebih. Dek, apakah kamu tidak ingin melihat aku sukses?" tanya Anwar sambil menatap Riana.

"Mas, siapa yang tidak ingin melihat suaminya sukses? Tapi Riana bisa apa?" tanya Riana.

"Dek, kamu bisa bantu Mas untuk sukses, asalkan kamu bersedia," ucap Anwar penuh semangat.

"Bersedia apa, Mas?" tanya Riana penasaran.

Untuk sesaat, Anwar diam dan dia mengumpulkan segenap kekuatannya untuk berani mengucapkan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini.

Riana semakin penasaran melihat sikap suaminya yang penuh teka-teki. Riana sudah tidak sabar ingin mendengarkan apa yang dimaksud dengan membantunya untuk sukses. Dia hanya seorang anak yatim piatu dan pendidikannya hanya lulusan SMA saja. Dia tidak memiliki keahlian yang bisa membantunya membangun usaha.

Riana juga tidak memiliki uang untuk membantu suaminya membuka usaha. Lalu apa yang bisa dipikirkan oleh suaminya sehingga meminta dia untuk membantunya menuju kesuksesan?

"Dek, Mas punya teman yang kebetulan adalah Bos di tempat kerja Mas. Orangnya sangat kaya dan uangnya tidak terhitung. Mungkin bisa untuk hidup tujuh turunan. Dia bersedia memberi Mas modal usaha," ucap Anwar.

"Baik sekali, Bosnya Mas Anwar," kata Riana sambil tersenyum ikut senang mendengar berita biak itu.

"Tapi ...," ucap Anwar terhenti di tenggorokan.

"Tapi apa, Mas?" tanya Riana kaget.

"Dia ingin menikahimu," ucap Anwar sedih.

"Menikahiku? Bukankah dia tahu kalau aku istrimu, Mas? Dia bisa menikahi wanita lajang , bukan wanita yang sudah bersuami," ucap Riana kaget sekaligus kesal.

"Sayang, jangan marah dulu. Dia memang kaya dan punya segalanya. Tapi dia memiliki cacat fisik yang membuat semua wanita tidak ingin menjadi istrinya. Wajahnya hancur sebagian dan kedua kakinya lumpuh. Dia tidak bisa menemukan wanita yang benar-benar tulus mencintainya dengan keadaannya itu," jawab Anwar membela Bosnya.

"Tapi, Mas. Aku ini istrimu. Aku yakin kamu juga tidak akan bersedia memberikan aku padanya bukan?" tanya Riana sambil menatap suaminya tajam.

"Dek, apakah kamu mencintai aku?" tanya Anwar.

"Tentu, aku mencintaimu," jawab Riana cepat.

"Bukankah kamu ingin membuat aku bahagia?" tanya Anwar lagi.

"Tentu saja. Aku akan melakukan apapun asal Mas Anwar bahagia," jawab Riana.

"Untuk itu, Mas mohon, menikahlah dengan Bosku. Mas janji, jika Mas sudah sukses dan kaya, Mas Pasti akan menjemput kamu kembali. Kita akan hidup bahagia dengan harta yang berlimpah," ucap Anwar dengan semangatnya.

"Mas, Riana sungguh tidak percaya jika Mas Anwar tega menjual istrimu sendiri pada pria lain? Aku tidak mau, Mas. Aku hanya mau hidup bersamamu, menjadi istrimu," ucap Riana sambil menangis.

Airmata Riana mengalir bak air sungai. Riana berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi. Riana ingin segera terbangun dan melupakan mimpi buruk ini.

"Riana, jika kamu tidak bersedia, berarti kamu lebih suka melihat aku mati," ancam Anwar.

"Mas, kamu ini bicara apa?" tanya Riana kaget.

"Aku sudah bosan hidup miskin. Bosan di tertawakan oleh teman-temanku. Aku tidak bisa hidup sebagai pecundang," ucap Anwar tiba-tiba.

Anwar mengambil pisau dari dapur. Dihadapan istrinya dia mengarahkan pisau ke arah Riana. Riana merasa sangat ketakutan melihat sikap suaminya yang tiba-tiba berubah.

Apakah sungguh dia tidak bahagia hidup kekurangan, ataukah dia tidak bahagia menikah dan hidup bersamaku? Batin Riana.

"Mas, untuk apa pisau itu, Mas. Kembalikan ke tempatnya semula," ucap Riana dengan tubuh gemetaran.

"Tenang saja, pisau ini bukan untuk membunuh kamu. Tetapi, pisau ini untuk membunuh diriku sendiri," ucap Anwar sambil menatap Riana.

"Mas, bunuh diri itu perbuatan dosa. Allah tidak akan pernah mengampuni dosa orang yang bunuh diri," kata Riana berusaha menenangkan Anwar.

"Aku tidak akan bunuh diri jika kamu bersedia melakukan apa yang aku mau. Jika tidak, selama hidupmu, kamu akan terus mengingat malam ini, sebagai malam terakhir suamimu. Kamu akan terus merasa bersalah atas kematianku," kata Anwar penuh ancaman.

Riana terdiam. Dia tidak pernah melihat sisi lain suaminya yang terlihat malam ini. Dia seperti kerasukan.

"Apa kamu pikir aku berbohong?" tanya Anwar yang dengan cepat menggores urat tangannya dengan pisau yang dipegangnya.

"Mas Anwar ...."

Darah mengalir dari pergelangan tangan Anwar Riana kaget sekaligus panik melihat suaminya benar-benar melakukan percobaan bunuh diri. Riana berteriak sekuat tenaga sehingga mengundang tetangga datang. Para warga membantu Riana membawa Anwar ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, dokter segera menangani luka Anwar. Tubuh Riana masih dipenuhi darah dari suaminya. Hatinya terasa hancur berkeping-keping melihat kenyataan yang sedang dia hadapi. Ini semua bukan mimpi, bukan juga khayalan.

Bukan hanya suaminya kini terbaring di rumah sakit. Kini dia terancam akan diceraikan. Bahkan akan dijual oleh suaminya sendiri kepada pria lain.

Takdir apa yang sedang aku jalani saat ini? Ya Allah, andai saja ....

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

duhhhh Anwar, kok bisa egois banget sih

2023-10-14

0

Lily

Lily

bego kok di pelihara sih anwar...

2023-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!