11. Murka Lagi

"Tua bangka kurang ajar," maki Fagan setelah dia masuk kamar. 

Hal itu cukup mengejutkan bagi Saya karena dia yang tengah mengganti sprei ranjang. Asya hanya diam karena tak tahu yang sedang diumpat Fagan adalah ayahnya. Pemikiran Asya tak sampai kesana karena memang dia tak menyangka ayahnya akan mendatangi perusahaan Fagan. 

"Heh," Fagan menghardik Asya. 

Seketika Asya menoleh dengan tatap mata kosong. Sudah dua hari hidupnya tenang dari pertengkaran dan perlakuan kasar Fagan, sehingga Asya berharap murkanya Fagan saat masuk kamar tadi tak di lampiaskan padanya. 

"Berani banget bapakmu yang gembel itu ke kantor dan ngakuin aku sebagai menantu." Fagan menjelaskan. 

Asya terperanjat, dia kaget dengan apa yang suaminya kabarkan. Bagaimana juga keadaannya bukan seperti yang dia bayangkan. 

"Bapak?" tanya Asya menegaskan. 

"Dia dateng dan maksa ketemu. Menjijikan sekali kalian." Fagan menghina dan mencaci habis. 

Asya bingung harus berbuat apa, kemudian dia ingat jika memang sudah beberapa minggu mereka tak saling berkabar. 

"Wajar aja, Tuan. Saya tak mengirim kabar setelah hpku Anda rampas. Mungkin Bapak khawatir," jelas Asya. 

"Persetan sama alasan itu, bukankah dari awal bapakmu itu udah tau kalo kamu nggak bakal bisa ditemui lagi setelah masuk rumah ini? Pernikahan aja mereka nggak diizinin masuk. Apalagi sekarang?" Fagan mengertak. 

Tak ada yang bisa Asya katakan. Dia hanya diam tanpa kata dan tak ingin menambah emosi Fagan bertambah lagi. Hingga tiba-tiba sebuah guci Fagan gulingkan untuk melampiaskan emosinya itu. Pecahan kaca berserakan di lantai.

"Terima hukumanmu karena bapakmu berani datang ke perusahaan dengan membereskan ini. Aku akan menunggu untuk pelayanan mandimu untukku," perintah Fagan. 

Asya hanya menganggukkan kepalanya dan segera turun dari ranjang setelah pekerjaannya selesai. Dia membawa sprei kotor ke ruang laundry dan kembali lagi untuk membersihkan pecahan kaca. Seperti biasanya, saat melakukan hal semacam itu, selalu ada saja bagian kaca yang melukai tangan Asya. Apalagi dia melakukannya dengan hati yang gundah gulana. Dia khawatir pada ayahnya yang sudah terlanjur berjalan jauh untuk bertemu dengannya. 

"Bapak naik apa, Pak? Kenapa Bapak repot-repot cari Asya?" gumamnya sembari meneteskan air mata. 

Kerinduan Asya nampaknya juga begitu dalam, hingga saat mendengar Fagan menghina dan mengutuk ayahnya membuat Asya bungkam. Asya cukup tahu, jika dia melawan, Fagan akan lebih menghina dan mengutuk lagi. Sehingga, diam dan menerima apa yang Fagan katakan adalah jalan terbaik.

* * *

"Liat ini," ujar Fagan sembari melempar kertas tebal yang memiliki aroma yang begitu harum itu. 

"Apa?" tanya Asya memungutnya. 

Lembaran berwarna merah muda dengan aksen pita putih itu dia buka dan baca. Jelas sekali tanggal pertunangan Elina dan Aksa sudah dekat. Asya tahu Fagan sedang sangat marah karena kedatangan undangan itu. Hanya saja Asya pura-pura tak tahu saja agar tak menjadi bulan-bulanan karena terkesan menghina. 

"Undangan pertunangan, Tuan." Asya mencoba membangun komunikasi untuk mengetahui apa yang suaminya itu inginkan. 

"Hm," jawab Fagan singkat. 

"Beri saja alasan untuk tak berangkat, Tuan. Jangan buat diri Tuan tersiksa dengan menghadiri pesta itu," usul Asya. 

Fagan nampak tak setuju, dia memasang mimik wajah yang mengerikan saat itu, sehingga tak ada yang bisa dia lakukan selain menundukkan kepalanya. 

"Nggak ada alasan buat nggak dateng. Aku akan datang bersamamu." Fagan memutuskan. 

"Enggak, Tuan. Aku ...," sela Asya yang tak yakin bisa ikut dengan Fagan menghadiri pesta para konglomerat itu. 

"Jangan menolak, aku sudah persiapkan segalanya. Kamu akan mendapatkan kursus-kursus penting, jadi bersiaplah," jelas Fagan. 

"Kursus?" tanya Asya tak mengerti. 

Gadis lulusan SMA yang hanya tahu tentang cuci piring, menyajikan makanan dan bersih-bersih cafe itu diminta untuk kursus oleh suaminya. 

"Kamu akan belajar banyak hal. Etika, table manners, cara berjalan, cara berpenampilan, dan banyak lagi. Bersiaplah," jelas Fagan. 

"Tidak ... tidak, Tuan. Aku nggak bisa lakuin itu." Asya masih menolak. 

"Kamu mau babak belur? Apa belum cukup semua yang aku lakukan padamu? Kamu masih mau menolak dan membantah aku?" sebut Fagan mengancam. 

Asya hanya bisa tertunduk saat nada bicara suaminya mulai meninggi. Dia tak berani membantah karena jika itu terjadi, akan membuat semua menjadi kacau balau.

"Jangan buat aku kecewa karena ini adalah bagian dari kesempatan kamu buat memperbaiki apa yang sudah kamu hancurkan." Fagan menjelaskan dengan sisi positif yang bisa Asya pakai untuk pijakan. 

"Kecewa? Kamu bilang aku bikin kamu kecewa? Apa nggak salah? Bukankah kamu yang terus membuat aku kecewa dan menghancurkan semua ini dengan sifat psikopat yang kamu miliki itu? Dasar pria kejam dan menyebalkan." Asya mengumpat suaminya. 

Terpopuler

Comments

Afiqzain

Afiqzain

bagus

2023-06-09

11

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!