6. Amukan Fagan

"Selamat, Fagan." Aksa mengulurkan tangannya. 

Sementara Elina berdiri di sebalah Aksa dengan sebuah paper bag ditangannya. Dia nampak mengulas senyum manis ke arah mantan kekasihnya itu. 

"Silakan duduk," kata Asya. 

Dia sepertinya tahu benar jika ada sesuatu yang tak beres di sana. Melihat senyum Elina saja sudah cukup membuat Asya menyadari jika ada semacam ejekan yang sedang Elina tahan untuk sang pria lumpuh itu. 

"Istrimu berkelas juga, Fagan," ujar Elina yang merasa terkesan dengan sikap anggun Asya yang entah dari mana asalnya. 

"Jangan meremehkan orang lain, Elina." Aksa menimpali. 

Mereka duduk dalam satu suasana yang begitu aneh. Kecanggungan terlihat di sana sini sehingga membuat keadaan menjadi sesak. Mata Elina tak berhenti melucuti Asya yang nampak sangat cantik dengan baju dari merek super mewah. "Orang kaya juga rupanya." Elina bicara dalam hati. 

Kesan mewah yang sengaja Fagan ciptakan pada Asya membuay Elina terbius. Dia diam seribu bahasa melihat penampilan Asya yang tak kalah darinya. 

"Papa menyuruhku datang untuk memberikan ini. Beliau minta maaf karena tak bisa menghadiri pernikahan salah satu putra terbaiknya, Fagan." Aksa menjelaskan maksud kedatangannya. 

"Cih, sejak kapan aku jadi putra papamu?" jawab Fagan ketus. 

Aksa tak peduli karena memang dia sudah tahu sikap Fagan memang seperti itu sejak dia dan Elina menjalin hubungan. Aksa tetap menberikan sebuah paper bag yang sudah dia bawa dari rumah tadi. 

"Selamat atas pernikahan kalian berdua. Doa terbaik aku sertakan, semoga kalian bahagia selamanya." Aksa menambahkan. 

"Terima kasih, Tuan. Kami menyambut baik apa yang Anda berikan, tapi mohon maaf, kami terpaksa mengembalikan ini karena memang kami tak menerima hadiah apa pun dari siapapun dalam pernikahan kami," sahut Asya seperti yang sudah Fagan ajarkan di kamar tadi. 

"Ditolak?" Maria yang mendengarkan pembicaraan dari ruang sebelah menjadi kesal. "Bagaimana bisa anak kampungan itu menolak hadiah dari keluarga Lingga?" omelnya. 

"Tapi," sela Aksa. 

"Enggak ada tapi, apa yang istriku katakan benar adanya. Ambil dan bawa kembali hadiah yang kalian berikan. Tanpa mengurangi rasa hormat, sampaikan pada papamu jika aku sendiri yang menolaknya." Fagan ikut bicara. 

Aksa menarik mundur lagi paper bag-nya karena tak mau terjadi keributan. "Baiklah, aku akan sampaikan pada Papa," katanya. 

Suasana menjadi hening, hanya ada tatap mata canggung satu sama lain yang terjadi. Mereka menghindari kontak mata agar tak terlihat gugup dan buruk. 

"Satu lagi, Fagan." Aksa mulai bicara sembari mengambil tangan Elina yang dia pangku. Aksa mengenggamnya erat sembari menunjukkan ke arah Fagan. "Kami datang untuk mengundangmu ke pesta pertunangan kami. Setelah melihatmu menikah dan menemukan wanita yang tepat, kami memutuskan untuk meresmikan hubungan kami berdua juga," jelas Aksa. 

Seketika hati Fagan meledak. Wanita yang sampai detik itu masih menjadi pemilik hatinya akan dipersunting oleh teman karibnya sendiri. Amarah meletup-letup tapi dia masih harus menahannya. 

Ternyata kedatangan mereka berdua bukan hanya untuk menyampaikan hadiah, tapi juga untuk menyampaikan undangan pertunangan. Tentu saja hal itu di luar ekspektasi Fagan. Hatinya luluh lantai karena kabar pertunangan Elina dan Aksa akan segera digelar. 

"Fagan, datang, ya. Berikan doa restumu pada kami," ujar Elina setengah mengejek. 

"Tentu, tentu saja aku akan datang. Jangan khawatir," balas Fagan sok kuat. 

Setelah pertemuan itu, Asya membawa Fagan kembali ke kamar, tapi Fagan menolak dan meminta Asya membawanya ke ruang kerja. Begitu sampai di ruangan itu, segala caci maki dan luapan emosi tumpah begitu saja. Fagan mengamuk sembari melempar barang yang bisa dia raih dengan tangannya. 

"Sini, Asya!" teriak Fagan tanpa perasaan. 

Asya yang sudah menjauh karena ketakutan mendekat dengan meremat kedua tangannya di depan dada. "Iya, Tuan."

Fagan menarik paksa rambut Asya dan membuat wajah yang sedari tadi tertunduk itu akhirnya terlihat. Fagan meludah sembarangan dan menunjuk wajah Asya dengan sangat kejam. 

"Dasar, wanita nggak tau diri. Gara-gara kamu aku cacat, gara-gara kamu aku kehilangan kakiku dan gara-gara kamu sekarang aku ditinggal Elina. Kamu adalah orang yang paling aku benci, Asya." Fagan mencaci habis Elina tepat di depan wajah wanita itu. 

"Lepas, Tuan. Lepaskan aku. Sakit," rintih Asya memohon. 

Saat itu juga, Fagan melepaskan cengkeraman tangannya hingga Asya tersungkur di lantai. Wanita itu ambruk karena dorongan yang begitu kuat dari Fagan. Hingga tangan yang dia gunakan untuk menahan tubuhnya tergores pecahan vas yang dibanting Fagan saat amarahnya memuncak tadi. 

"Keluar, Asya. Keluar sekarang juga." Fagan tak tahan dan akhirnya memilih mengusir Asya. 

"Saya akan keluar, Tuan. Tapi jangan lakukan hal-hal yang membahayakan bagi dirimu." Asya masih bisa mengucapkan kekhawatiran yang dia rasakan pada Fagan. 

Terpopuler

Comments

ABian

ABian

Menyebalkan kalau mantan datang

2023-06-11

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!