Siksaan yang Asya alami hari itu benar-benar membuatnya seperti orang gila. Dia berusaha untuk tak melawan apa pun yang suaminya katakan agar tak bertambah berat. Hanya saja tak semudah itu, Dagan masih menggunakan Asya sebagai bulan-bulanan atas apa yang menganggu dan mengusik dirinya. Dia kesal dengan apa yang Elina dan Aksa lakukan padanya, tapi dia menggunakan Asya sebagai pelampiasan.
"Kamu pikir masuk penjara lebih baik daripada hidup di sini? Kamu salah, Asya." Fagan memberi pertanyaan.
Dia kembali menambah kuat rambut Asya sampai membuat wanita itu meringis kesakitan. "Asal kamu tahu, ya. Ini saja nggak cukup buat bayar apa yang udah kamu lakuin ke aku," sentak Fagan.
Dia seperti pria berdarah dingin yang tak mempunyai perasaan saat melakukan itu. Memang ini terjadi hanya saat keadaan hatinya tak baik-baik saja, tapi terasa sangat melelahkan bagi Asya karena dia adalah korbannya.
"Sakit, Tuan. Lepaskan," rintih wanita itu sudah tak berdaya.
Seketika Fagan melepas jambakan rambut Asya wanita itu, tapi Asya terlanjur kesakitan. Bagaimana juga keadaan tak seperti yang Asya bayangkan. Menyedihkan memang, tapi tak ada yang bisa Asya perbuat. Setelah puas menyiksa Asya, Fagan pergi dengan kursi rodanya itu. Dia meninggalkan Asya sendiri tanpa peduli dia kesakitan.
"Dasar bipolar. Eh, bipolar apa psikopat sih? Kejam banget begitu? Dia pikir nggak sakit apa?" gumam Asya setelah lebih tenang.
Wanita itu meratapi apa yang baru saja terjadi padanya. Dia kesal sekaligus tak terima dengan apa yang Fagan lakukan, tapi Asya cukup tahu diri karena tak segala keadaan bisa dia balas. Dia melanjutkan apa yang harus dia selesaikan. Hingga waktu berlalu sampai sore hari. Teringat apa yang nyonya rumah itu katakan, Asya menjadi panik. Dengan lebam di beberapa sisi kepalanya, Asya segera menuju ke dapur.
"Sudah selesai, Nyonya. Jangan katakan apa pun, aku memasaknya tanpa setengah Nyonya Besar," ujar Lia.
Diam-diam pembantu itu bergerak menyiapkan makan malam untuk para majikannya. Dia yang melihat perlakuan buruk sang pemilik rumah membuatnya tak tega pada Asya. Mendengar Maria memerintahkan Asya menyiapkan makan malam setelah membereskan ruangan yang hancur itu, tentu saja membuat Lia menjadi tak bisa tinggal. Dia membawa bahan masakan ke dapur belakang dan diam-diam menyiapkan semuanya.
"Kompres kepalamu dengan ini. Sepertinya benda yang Tuan Fagan lempar tadi mengenai kepalamu." Lia memberikan kompres karet yang biasa diisi dengan air dingin.
Asya terharu, dia merasa dimengerti dan ada yang menemani. "Ini baru hari pertama, Lia. Kenapa aku sudah disiksa seperti ini? Butuh berapa lama untuk membayar kesalahan yang sama sekali nggak aku perbuat?" rintih Asya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Sttt, udah. Jangan nangis di sini. Kamu ke kamarku aja dan obati dulu luka-lukamu." Lia memberi tawaran.
Asya mengangguk mau, dia mengikuti langkah kaki Lia menuju kamar belakang dan Lia membantu Asya mengobati seluruh luka di tubuh wanita itu. Beberapa goresan kaca ditangan dan juga lebam di kepala diobati semua tanpa terlewat.
"Makasih, ya, Lia. Kamu udah berani nolong aku." Asya mengucapkan terima kasih dengan sangat tulus.
"Nggak papa, kok. Aku ngerti kamu pasti kesakitan. Tuan Fagan sebenernya nggak seperti itu. Dia nggak pernah bersikap kasar dan dingin sebelum ini semua terjadi." Lia menjelaskan.
Asya tak mau percaya, yang dia ketahui, Fagan yang sekarang ini. Dia mengenal Fagan dengan sikap kasar dan dinginnya yang biasa dua tunjukkan padanya sekarang. Sehingga dia hanya mengiyakan apa yang Lia katakan tanpa ingin membantah.
"Lia, Nona Muda mencarimu. Cepet," kata seorang pria yang tiba-tiba melingguk ke pintu kamar Lia.
"Ah, dia memintaku memijitnya hari ini." Lia menimpali.
"Kembali ke kamarmu lewat pintu samping, kamu akan baik-baik aja," jelas Lia.
"Nyonya Besar ada di taman samping, bukankah itu akan bahaya?" celetuk Abrisam—ajudan pribadi Fagan.
Asya menoleh ke arah pria itu, dia menjadi bingung karena aksesnya kembali ke rumah utama jadi terkendala.
"Aku serahkan padamu, Sam. Jangan sampai Nyonya Muda ketahuan sama mereka dari sini," ujar Lia yang terburu pergi.
"Ngawur banget sih? Kenapa lempar tanggung jawab begitu saja. Woi," protes Abrisam tapi tak didengarkan oleh Lia.
Pria itu menjadi bingung, dia tak tahu apa yang harus dia lakukan pada Asya yang terjebak di kamar Lia.
"Mau gimana ini? Kenapa aku yang harus tanggung jawab bawa kamu kembali ke rumah depan? Bahaya benget," keluhannya lagi.
"Nggak perlu panik, aku bisa balik sendiri, kok." Asya menjawab santai. "Makasih kalian udah baik sama aku," lanjutnya.
Abrisam diam, dia tak tahu apa yang Asya maksudkan. Melihat Asya berdiri, Sam jadi panik. Dia takut wanita itu ketahuan oleh nyonya rumah yang begitu galak itu. Namun saat melewati pintu keluar, Asya membawa sebuah keranjang yang ada di sana. Entah apa maksudnya, Sam tak tahu.
"Dari mana kamu, Asya? Kamu mau kabur?" Maria memergoki gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
KimRyn21
Harapan baru buat Asya.. ada Lia
2023-06-17
0
Frizka
Alhamdulillah ada orang baik
2023-06-11
4
Frizka
Astogeh🤣🤣
2023-06-11
4