7. Dihajar Habis

Setelah Asya keluar, amukan Fagan semakin menjadi. Semua buku di rak yang tersusun rapi itu hancur berantakan di lantai. Pecahan kaca dari vas, bingkai foto juga guci-guci berserakan tanpa aturan. Terdengar juga umpatan disertai raungan Fagan. Dia menyumpah serapahi Elina karena rasa kecewa yang ada di hatinya. 

"Kenapa rambutmu berantakan?" tanya Maria saat Asya keluar. 

Asya meraba rambutnya dan tak bisa berkata apa pun. Dia hanya menunjuk ke arah pintu ruang kerja Fagan. Tenggorokan Asya cekat, tak ada yang bisa dia ucapkan sama sekali. Seketika Maria menoleh ke arah pintu ruangan itu. Samar terdengar suara barang yang dibanting ke lantai. 

"Kamu biarkan dia mengamuk?" Maria menyalahkan Asya. "Kamu pasti bikin dia emosi," lanjutnya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. 

Maria berjalan ke ruang kerja Fagan dan mendapati putranya itu duduk di lantai dengan menyandarkan kepalanya di kursi roda. 

"Apa yang terjadi, Sayang? Apa yang Asya lakukan?" tanya Maria khawatir. 

Fagan tak menjawab, dia masih terlalu kalut untuk menjelaskan semua pada ibunya. Dia yang menahan kecewa dalam hatinya menjadi semakin hancur. Maria mendekati Fagan dan mengusap lembut bahunya. 

"Kenapa kakiku lumpuh, Ma? Kenapa aku harus kecelakaan hari itu? Semua ini menghancurkan semuanya. Elina dan semua kebahagiaanku pergi sejak saat itu," ujar Fagan diiringi derai air mata. 

Pria itu meratapi nasib buruk yang menimpanya. Kehidupan Fagan berubag total setelah semua yang terjadi. Dia hanya pria lemah yang tak mempunyai harapan indah di masa depan. Terutama dalam hal percintaan. Sejak Elina memutuskan pergi dan memilih Aksa, Fagan tak punya pilihan lain lagi, dia hanya bisa menerima dan meratapi sakit hatinya. 

"Elina, Ma. Dia benar-benar tak akan kembali padaku. Dia dan Aksa akan tunangan," jelas Fagan setelah lebih tenang. 

Maria mengerti apa yang membuat Fagan mengamuk. Lagi-lagi Elina, gadis itu beberapa kali membuat Fagan histeris dan mengamuk hebat. Mulai dari saat Elina memutuskan hubungan mereka berdua, kedekatan Elina dengan Aksa dan sekarang undangan pertunangan Elina dan Aksa. 

"Ayo berdiri, nggak seharusnya kamu seperti ini. Kembali ke kamar dan tenangkan dirimu." Maria membuat Fagan bisa lebih tenang. 

Seperti biasa, setelah merasa tenang, Fagan akan bersikap dingin dan angkuh lagi. Dia mengenyampingkan masalah yang baru saja membuatnya hancur berantakan. Saat Maria mendorong kursi roda Fagan keluar, Asya bernapas lega. Akhirnya dia melihat Fagan keluar dalam keadaan baik-baik saja. 

"Masuk dan bersihkan semuanya, Asya. Jangan lupa siapkan makan malam." Maria memberi perintah. 

"Ta ... tapi, Nyonya." Asya ingin protes. 

"Nggak ada tapi, lakukan atau kamu akan kelaparan malam ini," ancam Maria. 

Fagan sama sekali tak melihat ke arah Asya. Dia memandang ke arah lain tanpa peduli siksaan yang diberikan ibunya pada Asya. Fagan dan Maria berlalu sedang Asya berjalan ke arah ruang kerja Fagan lagi. Dia membawa tempat sampah dan sapu untuk membersihkan segalanya. 

"Mau mulai dari mana? Hancur sekali tempat ini." Asya mengeluh. Namun tak ada yang bisa dia lakukan selain segera bergerak membersihkan semuanya. Dia tak mau mendapat caci maki yang lebih mengerikan lagi. 

Waktu berjalan dan sudah satu jam Asya mencoba membereskan tempat yang sudah terlanjur hancur itu. Mulai dari mengembalikan buku-buku ke rak, sampai memunguti pecahan kaca yang berserakan di sana. Sesekali bahkan Asya terlihat terperanjat karena ada kaca yang menggores tangannya. 

"Dia belum selesai?" tany Fagan pada dirinya sendiri karena Asya belum juga keluar dari ruangannya. 

Fagan menjalankan kursi rodanya ke arah ruang kerjanya. Pintu yang terbuka membuat Fagan tahu apa yang sedang Asya kerjakan di sana. Gadis itu nampak sibuk dengan cucuran keringat di dahinya.

"Asya, maafkan aku. Aku membuatmu bekerja keras untuk ini." Fagan bicara dalam hati. 

Sedetik kemudian, hati Fagan di penuhi amarah lagi dia ingat Elina dan Aksa. Sehingga otaknya langsung menuju kepada Asya yang selalu dia tuduh sebagai penyebab segalanya terjadi. Fagan membawa kursi rodanya mendekat pintu. Dia melihat Asya lebih dekat lagi. Wajah Asya membuat Fagan menjadi gelap mata, hingga dia tega melempar sebuah pajangan yang terbuat dari kayu sampai mengenai kepala Asya. 

"Akh," seru Asya kesakitan. 

Dia memegangi kepalanya yang terkena lemparan Fagan. 

"Sakit? Apa terasa sakit?" Fagan menghardik. 

"Apa salahku, Tuan? Kenapa Anda melempar benda itu?" tanya Asya. 

"Kamu mau tanya salahmu? Salahmu sangat besar, Asya. Kenapa kamu membuat aku kehilangan dua kakiku? Kenapa kamu membuat Elina pergi dariku?" Fagan membentak istrinya. 

Asya tertunduk tanpa kata, lagi-lagi alasan itu mereka gunakan untuk mengancam dan menekan Asya. 

"Poliskan saja aku, Tuan. Lebih baik aku di penjara, dari pada aku terus menjadi bulan-bulanan amarahmu." Asya memberontak. 

Terpopuler

Comments

Cintia

Cintia

Asal marah Bae😌

2023-06-11

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!