Tanpa sengaja Asya merasa kesenangan. Setidaknya urusan ranjang bisa ditunda dan dia tak perlu takut mengalami penyiksaan di bagian itu. Walau begitu Asya mencoba menjaga perasaan Fagan agar tak terjadi hal-hal mengerikan yang seperti biasanya.
"Kamu kecewa?" tanya Fagan.
"Tentu saja tidak, Tuan." Asya menjawab dengan cepat.
Fagan faham jika apa yang dikatakan Asya itu spontan dan mencerminkan apa yang ada di dalam hati wanita itu.
"Kamu akan tetap menjadi seorang perawan selama aku masih lumpuh. Hanya saja semua itu tak akan mudah, Asya." Fagan memberi kisi-kisi.
Asya berusaha tak peduli karena tak mau terlalu khawatir. Dia menyelesaikan tugasnya dengan baik walau penuh dengan kecanggungan. Hingga akhirnya dia berbalik tubuh untuk pergi.
"Tunggu," seru Fagan.
Asya menghentikan langkah kakinya tapi sama sekali tak membalik badannya. Dia membelakangi Fagan tanpa peduli apa yang diinginkan suaminya itu lagi setelah dia berusaha keras mengganti pakaian dan mengurus pria itu.
"Kecelakaan itu merenggut separuh dari kesempurnaan yang aku miliki. Walau tak ada kerusakan di wajahmu, tapi kamu tahu sendiri jika kelumpuhan ini tak terhindarkan. Separuh dari tubuhku lunglai dan tak berfungsi sama sekali." Fagan bercerita dengan nada memelas.
Seketika Asya menjadi terkejut, entah apa yang pria itu inginkan, tapi cerita itu cukup membuatnya merasa iba. Bagaimana juga Asya hanya gadis biasa yang memiliki sisi hati yang lembut dan mudah tersentuh. Dengan cara yang tak biasa, Fagan membuat hatinya luluh lantai kasihan. Asya seketika lupa akan kata dan perlakuan kasar suaminya saat itu. Hingga tanpa diberi aba-aba, Asya membalik tubuhnya dan menatap iba pada pria yang hanya bisa duduk di kursi roda itu.
"Tuan, sungguh. Tak ada niat sedikitpun pada hatiku melihat semua ini terjadi. Apalagi menjadi penyebab kecelakaan yang Anda alami. Sungguh," ujar Asya.
Fagan tersenyum miring, dia seperti sedang dikasihani oleh istrinya sendiri. Sehingga harga dirinya sedikit tercoreng oleh gadis rendahan yang dia jadikan tumbal untuk mempertahankan nama baik keluarganya itu.
"Kamu sudah membayarnya, Asya. Jalani hukuman ini dengan baik," bisik Fagan.
Hal itu membuat Asya menjadi kesal. Hatinya yang semula melunak kini tersakiti lagi dengan kalimat yang Fagan ucapkan. Seketika Asya melanjutkan langkahnua pergi tanpa kata menuju sisi kanan kamar itu. Dia melangkah keluar dari sebuah pintu kaca yang menghadap ke balkon. Asya mengeringkan rambutnya dengan handuk putih milik rumah itu.
"Apa ini? Takdir macam apa yang Tuhan berikan padaku? Apa aku harus percaya jika semua akan baik-baik aja kalau begini keadaannya?" gumamnya sembari menggosok rambut.
Wanita itu meratapi nasibnya sendiri. Dia tak punya siapapun untuk mengadu. Sedang Fagan hanya duduk di atas kursi rodanya sembari memantau pekerjaannya melalui sebuah tablet yang ada ditangannya. Sesekali dia melirik ke arah gadis yang baru saja menjadi istrinya itu berdiri merenung di balkon. Kibasan rambut Asya yang diterpa angin begitu indah. Membuat garis samping wajah Asya mempesona. Dalam diamnya Fagan terpesona, tapi lagi-lagi keburukan hatinya segera menutup rasa terpesona itu dengan amarah dan dendamnya.
"Permisi, Tuan." Suara Lia menggelegar dari luar pintu. Seketika Asya dan Fagan menoleh serentak. "Ada tamu, Tuan," lanjut pembantu itu.
Asya tak mau membuat Fagan marah hingga akhirnya dia berinisiatif untuk membuka pintu.
"Nyonya, di bawah ada tamu. Mereka mencari Nyonya Muda dan Tuan Muda." Lia menjelaskan.
"Siapa?" sentak Fagan dari dalam.
"Em ... itu, Tuan Muda. Ah," jawab Lia gagu.
"Siapa, Lia?" Fagan tak sabar.
"Tuan Aksa dan Nona Elina." Lia bergetar.
Seketika mata Fagan membesar. Dia terkejut karena dia orang yang paling dia benci itu muncul di hadapannya langsung. Baru kemarin dia berhasil menahan amarah dan cemburu, kini mereka sengaja datang untuk membuat semua itu kembali terjadi.
"Usir mereka," perintah Fagan.
"Enggak bisa, Fagan. Mereka datang atas perintah Tuan Lingga. Mereka datang membawa hadiah pernikahan dan niat baik memperbaiki hubungan," sela Maria.
Fagan tak bisa membantah apa yang ibunya inginkan. Dia setuju menemui Aksa dan Elina. "Turun dulu, Lia. Aku dan Asya akan segera menyusul," kata Fagan. "Tutup pintunya, Asya." Fagan memberi perintah.
Asya menurut dan dia menutup pintu kamarnya. Keduanya berjalan menjauhi pintu dan Fagan meminta sesuatu pada Asya dengan nada yang lembut. Dia ingin Asya bersikap manis dan mesra seakan pernikahan mereka bahagia di hadapan Elina dan Aksa.
"Tuan, apa Anda yakin aku bisa lakukan setelah apa yang terjadi? Bahkan caci maki Anda saja masih menggema di telingaku," ujar Asya dengan lancangnya.
"Tutup mulutmu. Lakukan atau aku akan menambah hukumanmu," ancam Fagan sebelum akhirnya mereka berdua turun menemui Aksa dan Elina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
AKbaR
Aih! Perubahan yang anu
2023-06-11
7