Dengan sekuat tenaga Diego berlari secepat kilat ke arah Raisa lalu menyambar tubuhnya itu dan membawanya ke tepi jalan. Meskipun keduanya sama-sama terjatuh dengan posisi yang saling berpelukan serta tubuh Diego yang terhempas dan ditindih oleh Raisa, tetapi Diego merasa lega dan sangat bersyukur karena Raisa selamat dari bahaya. Wanita itu tidak tertabrak mobil yang di saat itu melaju kencang dan sepertinya juga tidak melihat Raisa yang berada di depannya.
Raisa dan Diego saling berpandangan sejenak, merasakan detak jantung keduanya yang di saat ini tidak stabil. Entah karena hal yang baru saja terjadi atau karena keduanya saling berdekatan. Hingga pada akhirnya Raisa tersadar terlebih dulu dan merasa sangat syok dengan apa yang baru saja terjadi, tetapi saat ini ia menyadari jika Diego pasti kesakitan karena telah menahan tubuhnya itu.
"Tuan, kau tidak apa-apa? Maafkan aku Tuan. Pasti tubuhmu sangat sakit karena menahan tubuhku." Raisa langsung bangkit, lalu membantu Diego untuk duduk. "Tuan terimakasih karena telah menyelamatkanku, aku benar-benar tidak melihat ada mobil di depanku tadi. Jika tidak ada Tuan, aku tidak tahu bagaimana nasibku," ucap Raisa.
"Aku tidak apa-apa Raisa, syukurlah kau selamat. Tapi kenapa kau jalan tidak melihat-lihat seperti itu? Seharusnya kau lebih fokus dan berhati-hati. Pasti beberapa hari ini kau kurang tidur karena menjaga Nenekmu itu, pasti ruang rawat inap itu tidak bisa membuatmu istirahat dengan nyaman 'kan," kata Diego yang terlihat begitu perhatian.
Raisa pun menganggukkan kepalanya, memang benar salah satu masalahnya ia tidak dapat tidur nyenyak karena ruangannya yang tidak nyaman apalagi bersebelahan dengan orang lain yang terkadang suka menimbulkan keributan, akan tetapi ada masalah lain juga yang selalu mengganjal pikirannya akhir-akhir ini yaitu soal pekerjaannya.
"Tapi Tuan, aku yakin malam ini pasti aku bisa tidur dengan nyenyak karena kau telah memberikanku pekerjaan. Apalagi Nenekku juga sudah bisa beristirahat dengan tenang, Nenek sudah jarang bangun malam," jawab Raisa meyakinkan.
"Ya sudah lebih baik sekarang kau kembali ke rumah sakit, aku yang akan mengantarmu ke sana," ucap Diego.
"Terimakasih Tuan, tapi kau tidak perlu repot-repot. Biar aku ke sana sendiri saja dan kau bisa pulang langsung," tolak Raisa yang merasa tidak enak.
"Kau tidak usah ke GR-an. Aku tidak mau kau kenapa-napa lagi, nanti malah aku yang rugi karena kau tidak bisa membayar hutangmu itu," tukas Diego.
"Cih, aku kira kau menolongku benar-benar karena peduli, ternyata karena kau takut aku tidak membayar hutangmu Tuan," batin Raisa. Akan tetapi ia tetap bersyukur karena Diego telah menyelamatkan nyawanya dan ia bukan hanya merasa berhutang uang saja saat ini tetapi juga berhutang budi terhadap bos barunya itu.
_____
"Aku harap kau tidak terlalu lama untuk menunda bekerja di rumahku, Ibuku pasti akan mengomel karena aku belum juga mendapatkan Baby Sister," ucap Diego saat mereka sudah tiba di depan rumah sakit.
"Iya Tuan, aku akan secepatnya bekerja untukmu. Aku akan mencari seseorang untuk menjaga Nenekku secepatnya supaya aku lebih tenang meninggalkannya. Tapi aku boleh 'kan Tuan pergi pagi dan pulang sore, aku tidak bisa tinggal di rumahmu," pinta Raisa.
"Ya tentu saja, karena aku juga tahu bahwa kau hanya tinggal berdua saja dengan Nenekmu. Itu tidak masalah bagiku, tapi jika dalam keadaan mendesak, seandainya Anakku membutuhkanmu malam hari kau harus siap untuk datang ke rumahku," ucap Diego.
"Baik Tuan aku mengerti, terimakasih banyak Tuan. Kalau begitu aku masuk dulu," ucap Raisa. "Oh ya Tuan hati-hati ya pulang ke rumah," ucap Raisa tersenyum.
"Hm," jawab Diego.
Setelah Raisa sudah tak terlihat lagi dari pandangan matanya, Diego pun melangkahkan kakinya secara perlahan karena sejujurnya tubuhnya itu terasa sakit. Bagaimana tidak, sudah terjatuh lalu tertimpa Raisa pula, tentunya sebagai manusia biasa bukan robot, ia bisa merasakan sakit. Hanya saja Diego berusaha untuk menahannya di depan Raisa. Akan tetapi ia juga merasa sangat senang, ada kebahagiaan tersendiri dalam dirinya karena bisa menjadi pahlawan untuk Raisa. Lalu ia masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan rumah sakit.
*****
Keesokan hari saat terbangun, Raisa sangat terkejut karena melihat 2 orang Suster yang di saat itu sedang mengemasi barang-barang Neneknya.
"Loh Sus, ini ada apa? Kenapa barang-barang Nenek saya dikemas, Nenek saya mau dibawa kemana? Nenek saya kan belum sembuh, lagipula saya sudah membayarnya. Apakah Nenek sudah tidak diperbolehkan lagi berada di sini? Saya tolong Suster, jangan usir kami. Nenek saya masih butuh perawatan, saya akan membayarnya, saya juga masih mempunyai uang kok untuk membayar rumah sakit ini," ucap Raisa langsung berpikiran yang bukan-bukan.
"Nona, sepertinya Anda salah paham. Kami sama sekali tidak mengusir kalian. Kami akan memindahkan Nenek Sania ke ruangan VIP," ucap Suster.
"Hah ruang VIP? Tapi kenapa? Apakah ruangan ini sudah penuh? Tapi saya tidak sanggup membayarnya jika Nenek harus dipindahkan ke ruangan VIP," ucap Raisa berterus terang.
Memang ia masih memiliki uang, tetapi sampai saat ini ia belum bisa bekerja, sedangkan keuangannya sudah pasti semakin hari akan semakin menipis. Sudah pasti akan semakin menambah biaya jika neneknya harus dipindahkan ke ruangan yang lebih mahal.
"Nona tidak perlu memikirkan biayanya karena sudah ada yang bertanggung jawab dan akan membayar seluruh pengobatan Nenek Anda sampai benar-benar sembuh. Beliau juga yang meminta Nenek Sania untuk segera dipindahkan," terang suster.
"Siapa Suster?" Tanya Raisa kebingungan.
"Kalau soal itu saya tidak tahu, saya hanya menjalankan tugas. Lebih baik Nona tanyakan saja ke bagian administrasi. Sekarang kami akan memindahkan Nenek Sania ke ruang VIP dulu," kata suster.
"Baik Suster," jawab Raisa mengikutinya. Ia benar-benar merasa penasaran siapa sosok malaikat yang sudah berbaik hati menolong keluarganya itu, apakah itu Diego? Pikirnya.
*****
Tok … tok … tok …
Terdengar suara ketukan pintu ruangan Diego. Terlihat seseorang membuka pintu dan langsung saja masuk ke dalam ruangan tersebut setelah Diego mempersilahkannya.
"Tuan, aku sudah melakukan semua yang kau perintahkan," tutur Darrel yang merupakan asisten Diego.
"Bagus, terimakasih karena kau telah melakukannya dengan baik. Pastikan juga bahwa keadaan di sana baik-baik saja, perintahkan anak buahmu selalu memeriksa kondisi di sana dan mengabarkannya padamu, lalu segera kau beritahu aku!" Titah Diego.
"Baik Tuan. Tapi Tuan apakah ini tidak terlalu berlebihan? Kau sudah menolongnya dan sekarang kau juga menolong keluarganya," tukas Darrel yang menurutnya Diego terlalu baik dengan orang yang baru saja dikenal, padahal biasanya ia sangat berhati-hati terhadap orang asing.
"Itu bukan urusanmu. Kau hanya perlu menjalankan tugas yang aku perintahkan tanpa ikut campur," tukas Diego menegaskan, sehingga membuat Darrel pun bungkam.
"Aku minta maaf Tuan, aku janji tidak akan mencampuri urusanmu lagi," ucap Darrel.
"Baguslah jika kau mengerti," ucap Diego datar.
"Iya Tuan. Oh iya, aku ingin mengingatkan jika jam 2 siang ada meeting dengan Perusahaan Y di Restoran A. Aku juga sudah mempersiapkan materi meeting-nya," ucap Darrel.
"Terimakasih telah mengingatkanku. Nanti aku akan menghampirimu, ingatkan lagi jika dalam waktu setengah jam aku belum keluar dari ruanganku," ucap Diego.
"Baik Tuan, kalau begitu aku permisi dulu," ucap Darrel yang langsung saja keluar dari ruangan Diego.
Saat Diego hendak melanjutkan pekerjaannya yang tadi hampir selesai, di saat itu tiba-tiba saja …
Tok … tok … tok …
Suara pintu terdengar kembali dan seseorang masuk ke dalam ruangannya itu.
"Ada apa la-"
Ucapan Diego terhenti karena yang ada di depan matanya saat ini bukanlah Darrel seperti perkiraannya melainkan seseorang yang tidak ia sangka sebelumnya.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments