Kevin memperhatikan Donita yang terlihat riang memilih pakaian dan barang-barangnya yang akan dibawa untuk liburan mereka nanti. Besok pagi sekitar pukul empat mereka akan berangkat, sudah memesan tiket juga.
"Hehe akhirnya kita jadi juga ya pergi, nanti pokoknya di sana aku harus banyak ambil foto, mau aku pamerin sama temen-temen kerja biar mereka percaya," ucap Donita.
"Kamu ini makanya jangan suka mikirin perkataan orang lain, jadinya gampang tersinggung, apapun harus di kabulin cepet," sahut Kevin dari ranjang.
Donita pun sempat melirik sinis suaminya itu, "Oh jadi kamu terpaksa nih ngabulin? Emangnya kamu gak mau liburan juga bareng aku?!" tanyanya sensi.
"Bukan gitu, tapi ini kan waktunya gak tepat. Ya untung aja bos aku ngasih izin, walau cuman bisa empat hari. Tapi aku harap kejadian gak terulang, kita harus profesional bekerja," jawab Kevin menjelaskan.
Sebenarnya ada yang ingin Kevin bicarakan, tapi Ia merasa sedikit gugup dan khawatir dengan tanggapan Donita. Tetapi jika tidak sekarang, waktunya akan semakin mepet. Kevin lalu turun dari ranjang dan mendekati istrinya itu.
Donita sempat melirik nya, tapi kembali fokus melanjutkan pekerjaan. Tumben sekali pikirnya Donita mau repot membereskan sendiri, biasanya selalu dibantu asisten ataupun Anjani.
"Kita akan pergi bertiga, aku sudah pesan tiketnya," ucap Kevin mengungkapkan.
Pergerakan Donita pun terhenti, "Bertiga, sama siapa?" tanyanya bingung.
"Dengan Anjani, dia harus ikut. Tunggu jangan menyela dulu, aku ajak dia karena berpikir kita akan cukup kerepotan di sana nanti, selain itu yang utama bisa bantuin kamu," jelas Kevin berusaha tetap tenang.
Donita tetap saja tidak bisa menerima alasan itu, Ia sampai menyimpan baju kaosnya kasar ke koper, "Kok gitu sih? Honeymoon itu perjalanan berdua antara suami dan istri, kenapa kamu malah ajak pembantu?" omelnya.
"Tadi kan aku sudah jelasin, pokoknya dia tetap ikut!" tegas Kevin tanpa menerima penolakan.
Kevin sudah pikirkan ini dari jauh-jauh hari, merasa tidak tega saja jika meninggalkan Anjani sendirian di rumah. Kevin kan akhir-akhir ini memang aneh, seperti katanya waktu itu, akan berusaha juga menjaga perasaan Anjani.
Tetapi masalahnya dengan mengajak istri pertamanya itu liburan bersamanya, bukannya malah akan membuat perasaannya semakin sakit? Dengan melihatnya bermesraan dengan Donita. Tetapi rencana Kevin bukan begitu.
"Gak mau ah, pokoknya dia gak usah ikut. Aku bisa kok lakuin apapun sendiri, nanti kamu juga kan bisa bantu. Aneh tahu gak kalau liburan malah ajak-ajak pembantu," protes Donita.
"Tapi kamu ini kan suka repot sendiri Donita, kamu selalu butuh pelayan. Asisten kamu gak akan ikut, jadi yang menggantikan bisa Anjani. Percaya sama aku, kalau dia ikut urusan kita bakal lebih lancar." Kevin terlihat berusaha membujuk dan meyakinkan Donita.
Pria itu lalu meminta maaf di dalam hati karena merasa perkataannya cukup jahat karena seperti akan membebani Anjani nanti di sana. Kalau Anjani dengar pasti akan sakit hati, tapi Ia kan sedang bohong pada Donita.
"Terus nanti dia bakal tidur dimana? Gak se kamar kan sama kita?" tanya Donita konyol, sepertinya perempuan itu mulai memikirkan perkataan Kevin.
"Haha ya enggak lah, aku juga sudah pesan kan kamar dia kok," jawab Kevin sambil tertawa kikuk.
Melihat Donita yang sepertinya belum terlalu percaya dan luluh, membuat Kevin merasa harus terus meyakinkannya. Kalau misal Donita tidak setuju tapi tetap Ia ajak Anjani juga kan tidak enak, nanti perempuan ini ngambek terus.
Sebenarnya alasan Kevin mengajak Anjani karena ingin perempuan itu bisa bersenang-senang. Ia ingat mereka belum sempat honeymoon juga. Ya walau nanti di sana pun harus berakting lagi, tapi setidaknya perempuan itu ikut bahagia juga.
"Kamu lanjutkan pekerjaan kamu, aku mau minum ke bawah dulu," ucap Kevin sambil melepas pelukan nya.
Kevin berharap semoga saja Donita itu mau, dan tidak berpikir jauh kenapa Ia sampai mengajak Anjani. Sesampainya di lantai bawah, bukannya ke dapur, Kevin malah menuju kamar Anjani di belakang.
"Hei sedang apa? Sibuk mulu dari tadi," tanya Kevin sambil melipat tangannya, bersandar di ambang pintu yang terbuka.
Anjani mengangkat kepalanya, ekspresi wajahnya terlihat tidak nyaman, "Gimana Mas? Sudah bicara dan minta izin sama Donita? Gimana tanggapan dia? Pasti gak izinin kan?" tanyanya banyak.
"Kata siapa? Diizinin kok, aku berhasil yakinin dia dan kamu bisa ikut sama kita besok pagi," jawab Kevin sambil berjalan mendekat.
"Serius? Kok bisa? Memangnya Donita gak curiga?" Anjani merasa belum yakin mendengar jawaban Kevin tadi.
"Bisa dong, apa sih yang gak bisa karena aku? Aku bilang aja kalau nanti di sana kamu pasti bakal banyak bantu-bantu, sekalian jadi asisten dia," Jawab Kevin.
Raut wajah Anjani perlahan berubah, senyuman di bibirnya pun menjadi hilang. Entah kenapa Ia merasa sedih mendengar itu, padahal Ia tahu alasan Kevin mengajaknya liburan karena pasti disuruh bantu-bantu di sana.
"Em Anjani, kamu jangan salah paham, aku gak serius. Aku pakai alasan itu supaya Donita ngasih izin aja kok," ucap Kevin segera meluruskan, hatinya tidak enak melihat perempuan itu murung.
"Tidak papa, toh memang benarkan nanti juga di sana aku cuman bantu-bantu?" tanya Anjani pahit.
Kevin menggigit pipi bagian dalamnya, ingin sekali membantah pertanyaan Anjani. Dengan menurunkan egonya, Kevin pun membawa sebelah tangan perempuan itu dan menggenggam nya, membuat Anjani pun kembali mengangkat kepala.
"Enggak Anjani, kalau kamu berpikir begitu kamu salah. Alasan aku ajak kamu liburan karena.. Karena kita dulu belum sempat honeymoon juga," ucap Kevin menjelaskan.
Anjani terdiam beberapa saat, "Benarkah? Tapi nanti di sana kita tetap jadi orang asing, bahkan mungkin aku bakal lihat terus Mas sama Donita bermesraan."
"Aku minta maaf, tapi aku akan berusaha tidak terang-terangan. Aku juga pengen menghabiskan waktu sama kamu, maaf selama ini terlalu acuh." Kevin langsung menghela nafas berat setelah mengatakan itu.
Hening, kamar itu pun menjadi sunyi karena dua orang itu saling diam. Suasana pun terasa menjadi canggung, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Anjani lalu kembali melirik Kevin, bibirnya berkedut berusaha menahan senyuman. Entahlah bagaimana perasaannya saat ini, tapi jika pun benar alasan Kevin tadi, pria itu sudah membuatnya merasa dihargai dan mulai dianggap.
"Ekhem kamu lanjutkan berkemas ya, nanti jangan tidur terlalu malam, biar gak kesiangan. Pokoknya harus pasang alarm, sekitar jam tiga. Oke?" kata Kevin mengingati sambil berdiri dari duduknya.
"Iya Mas, tinggal sedikit lagi kemas-kemasnya. Aku juga gak bawa banyak baju sih," jawab Anjani.
"Kalau gitu aku pergi dulu, selamat malam." Kevin memilih cepat-cepat keluar dari kamar, merasa malu sendiri sudah mengungkapkan isi hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments