"Sekarang bangun, mandi terus makan. Aku bisa sarapan nanti di kantor saja. Oh iya lain kali kejadian ini jangan terulang ya, Donita itu emang agak galak," kata Kevin menasehati.
"Iya Mas aku minta maaf, aku juga mau bilang makasih ke Mas karena sudah belain aku. Tapi kenapa? Bahkan sampai Mas minta Donita untuk minta maaf sama aku. Mas bukan--"
"Ekhem aku cuman gak suka lihat dia terlalu kasar ke kamu, kamu juga kan sebenarnya di sini bukan pembantu. Aku pikir sikapnya tadi sudah keterlaluan. Kamu jangan kepedean, aku bukan belain kamu kok," sela Kevin menahan gengsinya.
Anjani mengerucutkan bibirnya mendengar itu, jadi dirinya terlalu kepedean ya? Tidak apalah. Kan tetap saja sama Kevin membelanya tadi, pria itu bersikap tegas. Sikap Kevin itu bagus karena tidak membela yang salah, ya walau Anjani juga tidak sepenuhnya benar.
Setelah suaminya itu keluar kamar, Anjani pun segera turun dari ranjang untuk membersihkan tubuhnya dahulu. Ia harus bersiap untuk mengerjakan pekerjaan rumah, masak nanti saja sore. Sedang untuk sarapannya Anjani memilih memesan bubur saja yang kebetulan lewat di depan.
Setelah semua pekerjaan rumahnya selesai, Anjani menghela nafas lega. Ia melirik jam di dinding yang menunjukan pukul sembilan, entah kenapa tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Anjani ingin membuatkan bekal makan siang untuk Kevin, seperti kebiasannya dulu.
"Dia sudah makan belum ya? Tadi pagi kan aku bangun kesiangan, gak sempat buat sarapan. Biasanya selalu aku bekalin makan siang juga, takut Mas Kevin belum makan," tanya Anjani seorang diri.
Akhirnya Anjani oun memutuskan menghubungi Kevin dahulu untuk memastikan, "Hallo Mas, maaf kalau ganggu waktunya. Aku cuman mau tanya, Mas sudah makan belum? Tadi kan belum sempat sarapan di rumah," tanyanya.
["Kamu gak ganggu, lagian aku cuman lagi tandatangan dokumen. Kenapa tanya itu? Kamu khawatir ya aku belum makan? Kalau aku bilang aku belum makan dari pagi gimana?"]
"Ya ampun kok bisa-bisanya belum makan sih? Emangnya Mas gak laper? Ini juga sudah mau siang, mending sekarang Mas beli makanan dulu. Jangan di nanti-nanti, kalau sakit gimana?" Nada suara Anjani terdenhar khawatir sekali.
Kalau tahu begini nanti Anjani tidak akan bangun kesiangan lagi, ternyata Kevin itu harus di peringati terus karena akan abai pada diri sendiri. Untung saja sekarang Anjani telepon, tidak terbayang kalau tidak Ia tanyakan. Tidak apalah dianggap terlalu peduli, toh memang Ia sangat peduli pada Kevin.
Walaupun sikap pria itu cukup jahat kepadanya, dengan meminta mebikah lagi lalu menyuruhnya pura-pura jadi pembantu. Tetapi perasaan cinta ini membuat Anjani bertahan, selain itu juga karena janjinya. Anjani selalu berharap semoga suatu saat nanti Kevin itu bisa melihat perasaannya.
Anjani selama ini sudah berusaha menjadi istri yang baik untuk Kevin. Melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, juga memenuhi kewajiban lainnya sebagai istri. Mungkin belum saatnya saja, tapi Anjani tidak tahu sampai kapan akan menunggu.
["Gimana kalau kamu bawain aku makan siang aja kesini? Aku males makan-makanan kantor, selalu gak enak. Aku lagi pengen makan yang pedes, ayam cabai hijau. Gimana?"]
"Mas serius? Jadi nanti aku ke kantor Mas gitu? Gimana kalau ada Donita? Terus karyawan lain juga pasti curiga, jangan deh. Mending Mas beli aja biar cepet," tolak Anjani dengan rendah hati, Ia sadar diri.
["Kamu ini selalu aja mikirnya terlalu jauh, lagian mereka juga gak akan peduli. Sudahlah santai saja. Pokoknya nanti jam istirahat kamu kesini ya, bawa makan siang aku. Aku tunggu!"]
Belum sempat Anjani membantah, panggilan sudah Kevin akhiri dari sebrang sana. Helaan nafas berat terdengar keluar lewat celah bibir Anjani. Sekarang Ia bimbang, haruskah pergi ke kantor tempat kerja suaminya itu?
Tetapi kan perintah suami itu harus selalu dipatuhi, jika tidak takutnya menjadi dosa. Selain itu Anjani juga takutnya jika Ia tidak datang, Kevin tidak akan makan-makan lalu sakit. Setelah pertimbangan matang, akhirnya Anjani memutuskan akan ke kantor Kevin.
Untung saja di kulkas pun masih ada stok ayam, Anjani pun segera membuat lauk keinginan suaminya itu. Di pukul sepuluh siangnya, Anjani sudah siap dan rapih untuk berangkat. Ia berangkat dengan menaiki taxi, sambil menenteng paperbag berisi kotak makanan.
Jarak ke kantor Kevin tidak terlalu jauh, dalam setengah jam sudah sampai. Anjani berdiri di depan gedungnya dengan perasaan gugup. Setelah merasa lebih tenang, Anjani pun masuk ke gedung tinggi itu. Anjani lalu memutuskan bertanya pada resepsionis.
"Permisi Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis wanita itu ramah dengan senyuman lebarnya.
"Saya mau bertemu Pak Kevin Mahendra. Dia bilang Manajer Pemasaran di sini. Saya mau mengantar makan siang untuknya," jawab Anjani sambil menunjukkan paperbag nya.
"Kalau boleh tahu Ibu ini siapanya Pak Kevin? Soalnya tidak bisa sembarang orang yang bisa bertemu beliau. Nanti saya akan beritahu Pak Kevin setelah ini," tanya resepsionis itu.
Dengan perasaan campur aduk, Anjani pun menjawab, "Saya.. Saya pembantu di rumah Pak Kevin. Tadi pagi beliau titip katanya untuk di antarkan makan siang ke kantor. Nama saya Anjani, katakan saja begitu," ucapnya.
Kenapa Anjani tidak berkata jujur saja jika Ia istri Kevin Mahendra? Tidak, karena pasti akan membuat kehebohan di sini. Tidak banyak yang tahu juga dirinya, toh pernikahannya dengan Kevin waktu itu saja hanya akad biasa saja tanpa perayaan.
Yang semua orang tahu istri Kevin itu ya Donita, model seksi yang sering tampil menjadi sampul majalah. Mereka bahkan dianggap sebagai pasangan yang serasi, cantik dan satunya tampan. Kalau tahu Anjani istrinya Kevin, pasti banyak yang akan meragukan.
Setelah resepsionis itu menelepon Kevin, langsung mempersilahkan nya naik ke lantai tujuh dan memberitahu ruang kerja pria itu. Sebelum pergi Anjani tidak lupa mengucapkan terima kasih, lalu pergi dari sana. Ia terus memperhatikan sekitar karena baru pertama kali kesini, ternyata bagus juga.
"Anjani di sini," teriak Kevin dari depan ruangan, pria itu melambaikan tangan padanya seolah meminta mendekat. Anjani pun menurut saja menghampiri nya.
"Em Tuan ini makanannya, seperti pesanan Tuan, ayam cabai hijau. Saya juga buatkan minumannya. Nasinya masih hangat, jadi langsung dimakan saja. Kalau begitu saya permisi dulu," ucap Anjani setelah menyerahkan paperbag itu.
Kevin langsung menahan tangan perempuan itu, "Loh kamu mau kemana? Kenapa juga ngomongnya begitu lagi? Jangan pulang dulu lah, kan baru sampai di sini. Ayo temani aku makan, kamu juga pasti belum makan kan?"
Sebelum Anjani menolak, Kevin langsung menarik tangan perempuan itu masuk ke ruangan kerjanya dan tidak lupa menguncinya lagi. Masa saja Kevin biarkan Anjani langsung pulang lagi, kasihan sudah jauh-jauh kesini. Setidaknya mereka harus makan bersama dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Uthie
laki plin plan....
2023-09-25
0
$uRa
hanya karena nikah di jodohkan....malah cari lagi yang lebih parah
2023-09-24
0