Hari minggu ini Anjani akan ziarah ke makam mertuanya. Setiap minggu memang selalu Ia sempatkan pergi ke sana, entah membersihkan kuburan atau menengok. Lagi pula jika sudah di sana, Anjani selalu betah.
Sesampainya di makam mertuanya itu, Anjani terlebih dahulu mencabut rumput liar dan dedaunan. Sore itu cuaca terlihat sejuk, ditambah langit yang berwarna jingga membuat hari terlihat lebih indah.
"Mah Pah, maaf ya pas hari jumat gak kesini, aku sibuk banget. Gimana kabar kalian? Aku kangen banget sama Mama dan Papa," ucap Anjani sambil tetap mengerjakan tugasnya.
Walaupun mereka adalah mertuanya, bukan orang tua kandungnya, tapi Anjani sangat menghargai. Ia sudah di panti asuhan dari kecil, dan orang tua Kevin sangat menyayanginya sampai mau mengangkatnya sebagai anak.
Tetapi ternyata rencana itu tidak jadi, karena akhirnya Anjani malah di jodohkan dengan anak mereka. Anjani yang merasa tidak enak menolak pun menerima saja saat diminta menikah dengan Kevin. Seperti dugaan awalnya, jika pernikahan mereka tidak berjalan lancar.
"Mah Pah, maaf aku gak bisa jaga Kevin. Aku gak tahu gimana pendapat kalian tentang Kevin yang menikah lagi, tapi kalau aku sendiri jujur saja kecewa. Hanya saja aku sadar diri, tidak berdaya juga untuk membantah," ucap Anjani menceritakan.
Suara langkah kaki mendekat, membuat perhatian Anjani teralih. Saat mengangkat kepala, kedua matanya sempat menyipit karena silau matahari. Saat pandangannya sudah jelas, baru lah Ia bisa melihat siapa orang itu.
"Mas Kevin, apa benar itu kamu?" tanya Anjani.
"Iya ini aku, memangnya siapa lagi?" Kevin lalu ikut berjongkok di sebelah nya, tidak lupa menyimpan dua buket bunga di makam kedua orang tuanya.
"Kok bisa kebetulan begini? Apa Mas sendiri? Gak sama Donita?" Banyak sekali yang ingin Anjani tanyakan, merasa aneh saja dengan suasana ini.
"Dia tidak ikut, di hari libur saja dia tetap sibuk kerja." Kevin lalu baru menatap Anjani, "Kamu sudah dari kapan di sini?"
"Sudah lumayan lama sih," jawab Anjani pelan.
Setelah itu hening, keduanya terdiam sambil menatap makam yang sudah bersih dan indah dengan taburan bunga. Entah kenapa suasana canggung ini sangat tidak nyaman, seharusnya mereka santai saja karena sedang berdua.
Sesekali Anjani melirik Kevin lewat ekor matanya, bibirnya melengkungkan senyuman tipis melihat pria itu malah memainkan tanah dengan kayu kecil di tangannya. Apakah Kevin kebosanan? Seperti anak kecil saja.
"Kamu sering kesini Anjani?" tanya Kevin tanpa menatap. Ini adalah pertama kalinya mereka bertemu langsung di makam kedua orang tuanya.
"Sering kok, setiap minggu pasti selalu kesini. Biasanya sih hari jumat, tapi kan waktu itu lagi sibuk jadi gak ada waktu. Kalau Mas gimana?" Anjani bertanya balik.
Kevin mengangguk pelan, membatin di dalam hati. Pantas saja setiap Ia kesini keadaan makam kedua orang tuanya tampak bersih, ternyata Anjani lah yang membersihkan. Melihat perempuan itu masih perhatian begitu, membuatnya jadi terharu.
"Aku gak sering, tapi kalau ada waktu kosong begini pasti selalu sempatin kesini. Lain kali, kalau misal mau kesini bareng aja," ucap Kevin sambil membalas tatapannya.
Tetapi reaksi Anjani membuat Kevin sedikit terkejut, "Enggak ah, kalau kita pergi bareng yang ada nanti istri muda Mas itu ngambek lagi. Mas kan bilang gak mau buat dia curiga," tolak nya.
Entah apa maksud Anjani mengatakan itu, tapi Kevin jadi merasa tidak enak hati sendiri. Perempuan itu selalu saja mengungkit dirinya saat dulu, sekarang kan Kevin sudah berusaha tidak se egois dulu lagi dan tetap memperhatikan Anjani.
"Donita gak akan tahu kalau gak ada yang ngasih tahu, lagian kita kan perginya keluar. Kalau dari rumah ya gak usah bareng, bisa ketemuan di tempat lain," sahut Kevin.
Anjani malah terkekeh kecil, tapi tawanya itu terdengar agak sinis. Mungkin sekarang Ia tertawa, tapi percayalah hatinya merasa pilu sendiri harus melakukan ini.
"Kenapa ketawa?" tanya Kevin bingung.
"Ya lucu aja, kita kaya lagi selingkuh ya sampai diam-diam an dan cari aman. Padahalkan kita suami istri, tapi ya ada seseorang yang harus Mas jaga hatinya," celetuk Anjani menusuk hati.
Mendengar sindiran itu membuat Kevin berdehem pelan menghilangkan canggung. Tetapi kalau dipikir lagi, yang dikatakan Anjani itu memang benar. Mereka sampai harus diam-diam an, berakting seperti orang asing juga di rumah.
Kevin selalu penasaran dengan isi hati Anjani harus menghadapi situasi seperti ini. Tetapi sepertinya tidak Ia tanyakan pun bisa di simpulkan, jika Anjani sangat tersakiti. Kevin merasa terbebani karena tidak tahu harus berbuat apa, kata maaf saja tidak cukup.
"Aku juga sedang berusaha jaga perasaan kamu, tapi entah kamu sadar atau tidak. Tapi aku harap kamu jangan beranggapan kalau aku selalu lebih mementingkan Donita." Karena Kevin pun tetap memperhatikan Anjani, lanjutnya di dalam hati.
"Tidak apa, aku baik-baik saja. Mas gak perlu khawatirin ataupun pikirin aku, aku sudah biasa menerima semuanya." Anjani mengatakan itu dengan perasaan pahit, pura-pura tegar itu sangat menyebalkan.
Kevin malah jadi semakin tidak tega jika Anjani sudah bersikap tegar begitu, sayangnya Ia tidak bisa mengungkapkan isi hatinya karena terlalu gengsi. Kevin selalu memendamnya, padahal jika Ia ungkapkan jika dirinya pun peduli pada Anjani mungkin perempuan itu tidak akan terlalu sedih.
"Ayo kita pulang, sebentar lagi gelap," ajak Kevin sambil beranjak berdiri.
"Mas ngajak aku pulang? Maksudnya bukan berarti kita pulang bareng kan?" tanya Anjani memastikan, tidak mau dianggap kepedean juga.
"Sekalian ngajak pulang bareng lah, sudah ayo."
Melihat ukuran tangan Kevin, membuat Anjani diam memperhatikannya beberapa saat. Tetapi perempuan itu memilih berdiri sendiri, mengabaikan uluran tangan Kevin, lalu melenggang pergi lebih dulu.
Sikap pria itu lagi-lagi membuat Anjani bingung, tapi mengingat perkataannya tadi membuat Anjani merasa masih ada harapan. Tetapi jujur Anjani merasa senang saat Kevin bilang pria itu mau berusaha menjaga perasaan untuknya juga.
"Kamu sudah masak untuk makan malam belum? Kalau belum kita beli aja dari luar, nanti sampai di rumah tinggal pindahin ke piring," tanya Kevin memulai obrolan lagi, sekarang mereka sedang di perjalanan pulang.
"Belum sih, ya sudah beli di luar aja. Kalau telat masak Donita pasti bakal marah dan ngomel-ngomel," jawab Anjani tidak mau ambil pusing, memilih yang mudah saja.
Kevin mengangguk lalu akan mencari restoran enak di sekitar sana. Ia menawarkan ini karena tidak tega juga jika Anjani pulang dari sini capek lagi harus memasak, Kevin kan sudah bilang akan berusaha sebaik mungkin.
Sesampainya mereka di rumah, langsung turun dari mobil. Tetapi keduanya malah terkejut melihat Donita yang berada di teras rumah, tatapan memicing curiganya itu membuat Anjani dan Kevin gugup.
"Dari mana kalian? Kenapa semobil?" tanya Donita menginterogasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
$uRa
nah Lo.....
2023-09-24
0