Sekitar pukul empat sore nya, Anjani sudah sibuk di dapur menyiapkan makan malam. Memasak adalah salah satu pekerjaan yang disukai nya, karena Ia bisa berkreasi apapun yang di maunya. Kali ini menu utamanya adalah Bebek goreng.
Saat sedang asik memasak, telinganya tidak sengaja mendengar suara seseorang yang masuk ke rumah sambil tertawa keras. Merasa penasaran, Anjani pun mencoba mengintip dari pintu dapur menuju ke depan. Itu Donita, dengan lelaki yang tidak Ia kenali.
"Wah hebat juga ya dia masih muda tapi sudah punya rumah besar begini, emang aku akuin kamu pinter juga cari suami," ucap pria itu sambil memperhatikan sekitar.
"Haha iya dong, emang harus pinter cari suami. Tapi kayanya ini rumah orang tua Kevin, orang tuanya sudah meninggal jadi di warisin ke dia," sahut Donita.
Baru saja Anjani akan berbalik kembali ke dapur, langkahnya terhenti mendengar teriakan Donita dari depan yang memanggil namanya. Anjani pun segera ke sana menghampiri. Dari dekat, barulah Ia bisa melihat dengan jelas lelaki itu.
"Raka kamu mau minum apa?" tanya Donita menawarkan.
"Minuman dingin deh, gerah nih," jawab Raka, "Siapa dia?" tanyanya melirik perempuan yang berdiri itu.
"Pembantu di rumah ini, dia sudah kerja di sini dari lama katanya," jawab Donita agak malas.
"Hah pembantu? Masa sih? Gayanya kaya bukan pembantu." Ternyata Raka saja meragukan, reaksinya yah hampir sama saja dengan Donita saat awal.
Donita lalu mengedikkan bahunya, "Aku juga tidak tahu," ucapnya acuh. Sebenarnya Ia juga agak keberatan, tapi Kevin terlihat sangat mempertahankan pembantu muda ini di rumah.
Anjani lalu minta izin untuk ke dapur membuatkan minuman, rasanya tidak nyaman sekali di perhatikan dua orang itu. Masakannya juga masih setengahnya, belum jadi semua. Setelah membuat jus, Anjani kembali ke depan.
Saat sedang menghidangkan minuman, Anjani merasa jika teman lelaki Donita itu memperhatikannya terus. Tetapi Anjani berusaha abaikan dan terlihat tidak peduli. Donita sendiri entah pergi kemana sekarang.
"Mau kemana? Jangan buru-buru, ayo temani saya dulu di sini," cegah Raka dengan berani menahan tangan pembantu itu.
Anjani yang mendapat kontak fisik tiba-tiba itu tentu saja terkejut dan langsung melepaskan, "A-ada apa ya Pak? Apa anda butuh sesuatu lagi?"
"Pak? Astaga saya jadi ngerasa tua deh dipanggil Pak," kata Raka, Ia lalu berdiri dan mendekat, "Nama kamu siapa?"
Anjani pun menyebutkan namanya dengan kepala menunduk, hanya merasa gugup saja dengan lelaki itu. Ia merasa tidak nyaman. Ingin pergi tapi takut dianggap tidak sopan, nanti kena omel Donita lagi.
"Kamu beneran kerja jadi pembantu di sini Anjani? Kok mau sih? Kamu cantik loh, pasti sekarang gampang banget kalau mau cari pekerjaan. Jadi model kaya Donita juga bisa," kata Raka yang entah apa maksudnya.
"Em tidak apa, mungkin memang sudah rezekinya. Jadi pembantu juga gak papa, yang pentingkan halal," ucap Anjani berusaha sopan.
Raka terlihat tersenyum tipis, Ia lalu satu langkah semakin mendekat membuat Anjani pun repleks mundur karena tidak nyaman. Tetapi tangannya malah ditahan Raka, membuat mereka pun kembali bertatapan.
"Kalau kamu tertarik untuk terjun ke dunia model, kamu hubungi saya saja ya. Saya bisa lihat kamu punya potensi, tipe wajah kamu ini cukup sempurna untuk standar kecantikan zaman sekarang," ucap Raka dengan nada suara rendahnya.
"Tidak perlu Pak, saya tidak tertarik untuk jadi model," tolak Anjani sambil melepaskan tangannya.
"Ck kok masih panggil Pak sih? Jangan Pak dong, Mas atau nama langsung juga gak papa," ujar Raka lalu mengedipkan sebelah matanya.
Anjani hanya tersenyum kikuk karena merasa bingung harus menanggapi bagaimana. Ia bisa langsung menyimpulkan jika Raka ini orangnya agak narsis, sepertinya pemain juga dari gerak-geriknya. Sayangnya Ia bukan tipe cewek yang mudah digombali.
"Kalian lagi ngapain?" Tanya Donita yang sudah kembali.
Melihat akhirnya perempuan itu kembali, membuat Anjani dapat bernafas lega. Ia lalu melenggang pergi dari sana tanpa pamitan dulu, merasa bingung juga harus menjelaskan bagaimana dengan situasi seperti tadi.
"Kamu ngapain tadi mepet-mepet gitu sama dia? Jangan bilang kamu tertarik lagi sama dia? Hei dia itu pembantu," tanya Donita.
"Enggak kok, kamu salah lihat aja," bantah Raka.
Anjani tentu saja sempat mendengar itu saat pergi dari sana, tapi setelah masuk ke dapur Ia tidak bisa mendengar obrolan mereka lagi. Entahlah apa maksudnya Donita menanyakan itu, merasa aneh saja. Mereka itu sebenarnya ada hubungan apa?
Melihat sayuran yang belum Ia masak, Anjani pun segera melanjutkan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda. Sekitar pukul setengah enam sore, akhirnya pekerjaannya pun selesai juga. Makanan sudah Ia hidangkan juga di atas meja.
Sekarang waktunya mandi, badannya gerah sekali karena banyak melakukan aktifitas dari pagi. Saat melirik ke ruang tamu Donita dan Raka tidak terlihat, entah kemana dua orang itu. Tetapi Anjani tidak pedulikan, Ia pun menuju kamarnya.
"Bedak aku sudah habis, lip tin juga mau habis. Nanti deh kalau ada waktu beli lagi," gumam Anjani saat sedang menyisir rambutnya di meja rias.
Selesai mandi dan berganti baju, Anjani keluar dari kamarnya untuk melihat lagi masakan di dapur. Tetapi saat melewati tangga, Ia malah tidak sengaja berpapasan dengan Donita dan Raka yang turun dari lantai atas.
Kernyitan terlihat di kening Anjani melihat itu, Ia sempat mengira teman lelakinya Donita sudah pulang dari tadi, ternyata belum. Saat dua orang itu di bawah dan ada di depannya, tatapan Anjani belum berubah.
"Kenapa kamu lihatnya begitu? Mau aku colok mata kamu hah?!" omel Donita galak.
"Enggak kok Nyonya, maaf. Nyonya sudah makan malam belum? Makanannya sudah siap dari tadi," ucap Anjani mengalihkan obrolan.
"Belum, saya nunggu Kevin pulang aja. Sudah sana balik ke dapur, pekerjaan kamu masih banyak!" usir Donita.
Anjani mencebikkan bibirnya merasa kesal dengan sikap ketus Donita, tidak ada habisnya memarahinya. Sempat Ia bertatapan dengan Raka, pria itu hanya menyeringai ke arahnya membuat Anjani mengernyit jijik.
Entah kenapa Anjani merasa teman lelakinya Donita itu bukan orang baik-baik. Memang sih jangan menyimpulkan begitu saja, tapi dari sikap pertamanya di awal pertemuan mereka menurutnya cukup kurang ajar.
"Masa saja aku tanyakan pada Donita siapa laki-laki itu, belum apa-apa pasti sudah di omelin, dianggap kepo lah, gak sopan lah. Huft ternyata jadi orang gak enakan bener-bener gak enak," gumam Anjani sambil menghela nafas berat.
Untuk mengalihkan pikirannya, Anjani pun memutuskan membuat jus jeruk untuk pendamping makan malam nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments