Scary Sweet

Daniel bilang memulai hal baru itu bukan hal yang harus ditakuti. Ya, Yerin hampir saja membenturkan kepala Daniel ke dinding kafetaria. Bisa-bisanya dia berbicara sangat lantang dengan wajah tanpa dosanya itu. Mengatakan jika Yerin baru saja memulai kencan butanya dengan Hoseok. Mengatakan jika itu awal yang bagus untuk memulai dunia percintaannya.

Jika bukan tangan Sejeong yang menahannya untuk tidak melempari Daniel dengan sepatu high heelsnya. Mungkin saat ini Daniel sedang dilarikan ke rumah sakit. Mungkin tidak akan menjadi masalah besar jika saja Hoseok berada di luar area kafetaria atau setidaknya tidak berada di zona perghibahan tak bermutu milik Daniel. Tapi ini, sialnya Hoseok berada tepat di seberang meja dari Yerin dan sekawanannya duduk.

Hanya terpisah oleh dua meja, bisa dibayangkan bagaimana ekspresi dan juga reaksi dari Hoseok saat namanya terseret begitu saja. Yerin teramat malu, bahkan wajahnya sudah tidak dapat dikatakan baik-baik saja. Seluruh wajahnya sudah berubah menjadi merah layaknya kepiting rebus. Mata yang terpejam dengan amarah yang siap meledak. Sedang si pelaku utama sudah ditarik dengan paksa oleh Sehun untuk di amankan. Sejeong juga memberikan tatapan membunuh ke arah Sehun, karena memang kekasihnya lah yang menjadi biang masalah saat ini.

Sedang Hoseok yang menjadi tokoh utama menggerakkan kepalanya layaknya orang linglung. Mengerjapkan matanya berulang kali, mungkin sedang berusaha memahami kondisi di sekitarnya. Berbeda dengan Taehyung yang hampir tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Sepertinya telingaku memang sedang bermasalah, Taehyung. Apa kau mendengar sesuatu tadi?"

Sedang yang diajak berbicara tak menjawab sama sekali, terlalu santai dengan makanan di depannya.

"Aku sedang tidak berbicara dengan batu kan?" sindir Hoseok yang merasa diabaikan.

"Bukan telingamu yang bermasalah, tapi otakmu yang bermasalah." Taehyung menjawab sekenanya, bangkit lalu membawa sisa makanannya untuk di buang. Lagipula dirinya terlalu malas meladeni ucapan Hoseok yang semakin hari semakin membuatnya tambah pusing.

"Aku tidak gila, Taehyung!!" sungut Hoseok, tidak terima jika otaknya yang memang pas-pasan untuk berpikir dihina begitu saja oleh Taehyung.

Dirinya jadi mencak-mencak sendiri kan, sempat bersitatap dengan Yerin yang entah sejak kapan menatapnya dari jarak jauh. Hanya sebentar sebelum dirinya membuang muka dan mengejar Taehyung. Sikap yang Hoseok tunjukan tadi membuat Yerin semakin merasa bersalah. Merengut kesal lalu menatap Sejeong dengan tatapan mengintimidasi.

"Kau.... seret Sehun dan juga Daniel ke hadapanku atau aku yang akan membuat mereka berdua berakhir di tanganku!" ancam Yerin.

Beranjak dari duduknya dan meninggalkan Sejeong sendiri. Yerin masih merasa dongkol dengan dua spesies aneh yang sialnya berstatus teman dekat dengan Yerin. Sedangkan Sejeong mencebik kesal karena dirinya malah ikut terkena imbasnya juga. Tidak berniat menyusul Yerin, Sejeong lebih memilih berjalan ke arah yang berlawanan dengan gadis bermarga Jung itu.

Kemarahan Yerin berlangsung hingga waktu jam pulang kerja. Karena baik Sejeong, Sehun maupun Daniel tidak ada yang berniat menemui untuk meminta maaf.

"Kau tidak pulang?" Mou yang memang berada di divisi yang sama dengan Yerin bertanya.

Ini sudah waktunya pulang, tapi di meja kerja Yerin terlihat masih begitu banyak berkas. Yerin begitu fokus sampai dirinya tidak sadar dengan kondisi lingkungan kerjanya yang mulai menggelap dan hanya menyisakan lampu kerja miliknya saja.

"Seokjin sialan itu memberiku banyak sekali tugas."

"Jangan mengumpatnya, kau akan kena karma nanti."

"Persetan dengan karma."

Sedang Mou hanya tertawa pelan, sudah menjadi rahasia umum jika Yerin dan Seokjin itu layaknya kucing dengan tikus yang tidak pernah akur. Seokjin yang jahil dan Yerin yang sering sekali terkena imbasnya. Divisi mereka akan terasa sangat sepi jika Yerin atau Seokjin tidak masuk kerja. Pengaruh mereka memang begitu besar, bukan. Mou menepuk pelan pundak Yerin, memberikan sedikit semangat meski dirinya sendiri sudah lelah luar biasa. Bisa dibayangkan bagaimana lelahnya Yerin yang bekerja dua kali lipat dibanding dirinya.

"Ingin kopi? Aku bisa membawanya untukmu." tawarnya.

"Tidak usah Mou. Kau pulanglah, kau juga pasti lelah kan?"

Inilah yang membuat Yerin mendapatkan nilai lebih dari teman-temannya. Perhatian kecil yang Yerin berikan, memiliki pengaruh yang besar bagi mereka. Tak peduli dengan tugasnya yang kelewat banyak, namun rasa pedulinya terhadap yang lain tidak sekalipun memudar. Yerin memiliki sifat keibuan yang membuat orang lain merasa nyaman dengannya.

"Jangan paksakan dirimu."

Yerin mengangguk mengiyakan, setelah Mou pergi kantor benar-benar terasa begitu hening. Memang saat ini hanya ada dirinya saja, menghilangkan keheningan yang nyatanya mampu membuat bulu kuduknya meremang. Yerin memilih untuk memutar beberapa lagu melalui ponsel miliknya. Sedang serius memilih list yang akan dia putar, pintu kantor tiba-tiba saja terbuka pelan. Yerin seketika menghentikan gerakan tangannya, berganti dengan guliran manik kembarnya yang bergerak acak. Merasa sedikit takut, namun berusaha untuk tetap bersikap biasa saja.

"Hai."

Brakk

Ponselnya terlempar begitu saja diiringi dengan jeritan tertahan dari bibir Yerin. Keterkejutan Yerin membuat kursi yang di duduki Yerin mengalami selip karena di bagian bawahnya memiliki roda.

Bugg

"Aww.... Shhh..."

Yerin mengaduh karena tubuhnya terjatuh setelah kursi miliknya lari entah kemana. Nyeri di bagian pantat membuatnya mendesis pelan.

"Kau tak apa?"

Belum hilang dari rasa keterkejutannya karena terjatuh, kali ini suara deep persis seperti di film-film horor kembali terdengar. Yerin rasa-rasanya ingin menangis di tempat, dia ini amat sangat parno.

"Hei, aku bertanya padamu?"

"Nenek...." Yerin berteriak dan bergerak secara acak karena sesuatu menyentuh pundaknya secara tiba-tiba.

"Hei...hei... ini aku Taehyung. Rekan kerjamu." pemuda yang menyebutkan diri sebagai Taehyung jadi ikutan panik.

"T....Taehyung?" gerakan Yerin terhenti.

Menoleh ke arah sumber suara, mencoba meyakinkan diri sendiri jika itu memang benar Taehyung.

"Lihat, aku Taehyung."

Yerin menatap secara menyeluruh, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Memastikan jika pemuda di hadapannya itu menapakkan kedua kakinya di lantai dan bukan melayang. Setelah yakin jika di depannya ini memang benar-benar manusia. Barulah Yerin bernapas lega, Taehyung sedikit merasa bersalah. Melihat bagaimana wajah Yerin saat ini, pucat dengan tangan yang masih bergetar.

"Kau baik?"

Plakk

Pukulan yang Yerin layangkan ke lengan Taehyung diikuti dengan cubitan gemas membuat Taehyung meringis kesakitan.

"Baik katamu? Matamu katarak yah? Kau baru saja membuat jantungku bekerja ekstra, bodoh!" umpat Yerin.

"Kenapa malah menyalahkanku, aku kan hanya menyapamu."

"Niat sekali caramu melakukannya?"

Taehyung mendengus kesal, terlihat tidak terima dengan apa yang baru saja Yerin katakan. Namun, daripada berdebat dirinya lebih memilih untuk pergi. Menyesal dirinya menuruti ucapan Hoseok, tahu begini lebih baik dirinya pulang dan bergelung dengan selimut tebal. Saat tungkainya baru saja menapaki satu langkah, sesuatu menahan pergerakannya. Taehyung menoleh, mendapati Yerin dengan gurat cemas serta lipatan di keningnya.

"Ma....mau kemana?"

"Pergi."

"Jangan!"

"Lepas, aku mau pergi," sentak Taehyung.

Namun yang dia dapat adalah isakan kecil sarat akan ketakutan. Langkah yang tertahan tadi dilepas begitu saja, Taehyung meski dalam remang dirinya bisa melihat tangan Yerin yang bergetar. Lebih parah dari yang tadi.

"Jangan pergi," Yerin berucap terlalu lirih.

Helaan napas terhembus pelan, pada akhirnya Taehyung berjongkok berusaha mensejajarkan tubuh dengan Yerin. Tidak tega juga sih meski sebelumnya sempat dimaki.

"Maaf."

Tolong diingat, tentang Kim Taehyung yang mengucapkan kata maaf pada orang asing untuk pertama kalinya. Agar setidaknya Hoseok punya ultimatum untuk menggertak Taehyung jika sudah mulai keras kepala. Melirik sejenak ke arah meja kerja Yerin, Taehyung kembali meraih ponsel Yerin yang jatuh tak jauh dari posisinya.

"Ini sudah hampir pukul 9 malam, kenapa belum pulang?"

"Seokjin sialan itu yang membuatku harus pulang larut malam."

Entah Yerin sadari atau tidak, Taehyung terkekeh pelan. Lucu juga saat melihat seorang gadis dalam balutan ketakutan tapi masih bisa mengumpat ke banyak orang. Memang perempuan itu makhluk yang penuh dengan kejutan.

"Kau sendiri? Kenapa tiba-tiba masuk ke dalam sini?" selidik Yerin.

"Hoseok bilang aku harus kesini untuk menemanimu."

"Menemani? Kurasa kita tidak sedekat itu?"

"Memang, jika bukan karena perintah dari Seokjin-ssi langsung aku pun enggan menemani gadis galak sepertimu."

"Aku tidak galak!"

"Berhenti berdebat dan selesai kan tugasmu sekarang!"

"Kau menyuruhku?"

"Mau aku tinggal?"

Yerin menggeleng cepat, langsung berdiri lalu menarik kursi yang menjauh darinya. Kembali menarik puluhan kertas, menatanya dan kembali fokus untuk bekerja. Dengan Taehyung yang sudah berada disampingnya, menyalakan meja kerja orang lain, mengambil alih sebagian tugas Yerin untuk diperiksa. Ini sebenarnya tanggung jawabnya juga sih. Karena tugas ini adalah hasil diskusi kerja tim baru mereka.

Hoseok menyuruh Taehyung karena dirinya sendiri sudah mendapatkan tugas lain dengan Mingyu. Keduanya larut dengan pekerjaan masing-masing hingga waktu menunjukkan pukul 10 malam. Yerin merenggangkan tubuhnya, melirik ke arah Taehyung yang masih terlihat fokus dengan kertas di tangannya. Sedikit mengerucutkan bibirnya, jujur saja berdua dengan pemuda di dalam kantor dengan suasana sepi dan gelap membuat jantungnya berpesta tak karuan. Gugup sekali rasanya.

"Kenapa menatapku terus?"

Yerin sedikit terkejut saat Taehyung beralih menatapnya yang sialnya tepat ke arah manik kembar milik Yerin. Keduanya saling bertatapan untuk beberapa saat, hingga Yerin yang memutuskan kontak mata saat dirasa wajahnya memanas, kedua pipinya pasti sudah merona layak nya udang rebus.

"A....aku tidak menatapmu!"

"Selain penakut kau juga pembohong yang buruk yah?"

"Sok tau."

Sepertinya kata 'dingin' dan 'keren' itu harus Yerin tarik kembali saat kemarin dirinya pertama kali bertemu dengan Taehyung. Nyatanya pemuda di depannya ini jauh lebih cerewet daripada ekspektasinya.

"Mulutmu itu seperti perempuan. Cerewet sekali," gerutuan kecil tapi masih bisa di dengar oleh Taehyung itu hanya ditanggapi helaan napas lelah.

Selamanya pria itu selalu salah jika sudah berhadapan dengan wanita. Itu sudah mutlak dan tidak bisa dibantah lagi.

Sejenak Taehyung mencoba untuk menetapkan diri, mencoba untuk memahami tentang bagaimana dia harus bersikap. Ada beberapa hal yang membuat Taehyung merasa tertarik akan keberadaan Yerin. Dia memiliki hal yang tak dimiliki oleh orang lain dan Taehyung sedang mencari jawabannya.

Berbekal dari pertemuan yang sedikit memalukan ini. Tanpa keduanya sadari jika ada benang merah tipis terselip di antara garis takdir yang mulai membentuk. Pertemuan yang tak pernah terencana, mengalir begitu saja membentuk sebuah rasa yang tak terduga.

...°°°...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!