Seseorang bilang, 'kau tidak boleh melabuhkan hatimu semudah kau menarik pematik api'. Kehadiran Taehyung memang dinantikan oleh Yerin, namun jika apa yang diharapkan nyatanya berhasil membuat sesuatu di dalam sana mendesir hebat. Lebih baik tidak usah datang kan? Yerin hanya mampu tersenyum paksa saat Taehyung datang menghampiri dirinya, menarik tangan seorang wanita dengan sangat erat. Yerin dapat melihat jika tautan tangan itu bukanlah suatu paksaan. Terlihat begitu hangat. Tentu saja, Taehyung memperlakukan dia dengan sangat manis. Binar matanya tidak bisa berbohong dan Yerin benci itu. Yerin tidak menyukai binar mata yang seperti itu terpancar dari manik kembar Taehyung. Tidak tahu kenapa, Yerin tidak suka.
"Maaf, kau menunggu lama?" pertanyaan bodoh memang.
Mengabaikan ucapan Taehyung, pandangan Yerin jatuh pada wanita yang kini juga tengah menatapnya. Memandangnya ramah sambil tersenyum, cantik sekali memang. Yerin belum tahu atau memang dirinya menolak untuk tahu apa dan bagaimana hubungan Taehyung dengan wanita cantik ini.
"Irene, Bae Irene imnida."
Bahkan namanya saja indah, wanita ini memang jauh dari kata cacat. Benar-benar sempurna. Menyambut uluran tangan Irene, Yerin menyebutkan namanya. Melepas kembali tautan tangan dan duduk. Perasaan yang sebelumnya sudah Yerin tata dan menyiapkan diri untuk mendengarkan cerita Taehyung seakan hilang begitu saja. Tidak ada lagi niatan untuk sekedar menanyakan siapa wanita itu dan untuk apa datang kemari.
Pertanyaan klise, Yerin tidak suka itu meski dalam hatinya sudah setengah mati penasaran. Hoseok mengenal wanita itu juga, terlihat saat mereka semua duduk lalu Hoseok terlibat percakapan dengan Irene. Mengabaikan keberadaan Yerin yang sudah seperti orang asing disini.
Taehyung?
Lupakan si idiot itu. Menyuruh Yerin menunggu hampir satu jam lalu berakhir dengan Yerin yang terabaikan. Yerin sudah sangat menahan diri untuk tidak mengumpat di hadapan Taehyung, tapi semakin lama dia menahan diri, emosi di dalam tubuhnya sudah tidak bisa dibendung lagi.
Takk
Dentingan garpu membelah red velvet menghentikan aktifitas tiga manusia yang tengah asyik berbincang.
"Aku pulang."
Yerin meraih mantel dan juga tas kecil dengan sedikit kasar. Hoseok mencegah dengan menahan tangan Yerin, memandangnya dengan tatapan bingung. Sedikit merasa kesal dengan sikap Yerin yang terbilang tidak sopan.
"Silakan lanjutkan obrolan kalian. Aku akan pulang." final Yerin.
Jengah dirinya hanya dibuat pajangan disini. Tanpa melihat ekspresi Taehyung, Yerin benar-benar meninggalkan tempat itu. Keluar dari kafe, Yerin menarik napasnya lebih dalam, sesak luar biasa di dalam sana. Tidak tahu apa penyebabnya namun yang Yerin rasakan sekarang adalah kecewa luar biasa.
Mendapati Taehyung datang dengan wanita lain, meminta maaf namun tidak memberikan penjelasan adalah hal yang paling Yerin benci. Seenaknya membuatnya menunggu seperti orang bodoh dan berakhir menjadi orang idiot.
Memang tak seindah skenario yang dibuatnya, tetap saja takdir memiliki skenario lain yang lebih mengejutkan. Melangkahkan kakinya menjauh dari kafe, bersiap untuk menyambut bus berikutnya. Sambil menenangkan hati yang terlanjur terluka tanpa sengaja. Dunia memang sedang berusaha membuatnya menangis.
Lalu yang terjadi di hari berikutnya adalah Yerin tidak bisa menemui Taehyung sama sekali. Dirinya berusaha tidak peduli namun hati berkata lain, sekuat apapun dirinya mencoba mengabaikan atensi Taehyung. Selalu berakhir dengan mencari keberadaan Taehyung meskipun tidak secara terang-terangan. Hoseok bilang Taehyung akhir-akhir ini memang agak sibuk dibanding dengan hari biasanya. Berusaha percaya hingga dirinya menemukan Taehyung bersama dengan Irene.
Rasa khawatir yang sempat singgah tiba-tiba saja menguar entah kemana, hatinya terasa sakit tapi tidak tahu karena apa. Yerin benar-benar merasa bodoh. Setelah kejadian di kafe, Taehyung bahkan tidak mencari dirinya untuk sekedar meminta maaf. Ya, Yerin berusaha untuk tahu diri karena dirinya bukan siapa-siapa bagi Taehyung, tapi dengan janji yang sebelumnya Taehyung ucapkan itu membuat Yerin kembali berpikir selama ini hatinya memang salah bersinggah.
"Kau mau ke mana?"
Hoseok jelas melihat perubahan ekspresi wajah yang Yerin tunjukkan. Dirinya memang tidak terlalu paham dengan apa yang terjadi pada Yerin dan Taehyung. Atau mungkin karena perubahan sikap Taehyung yang lebih mementingkan Irene ketimbang mempedulikan keberadaan Yerin. Yerin melepas paksa cekalan Hoseok di tangannya.
"Pergi."
Bagi Hoseok, itu sesuatu yang wajar karena Irene memiliki tempat yang berbeda di hati Taehyung dan mungkin tidak bisa tergantikan oleh siapapun.
Irene cinta pertama?
Bukan, dia bukan cinta pertama namun kastanya lebih tinggi dari itu. Irene memiliki peran besar dalam kehidupan Taehyung sebelum Taehyung bekerja di tempat ini atau mungkin inilah penyebab kenapa Taehyung mau bekerja di tempat yang sama sekali tidak Taehyung inginkan. Banyak yang bilang jika Irene adalah masa lalu Taehyung dan mereka putus karena adanya orang ketiga. Cerita ini memang sangat terkenal di kantor tempat Yerin bekerja.
Dulunya, Irene bekerja dan satu perusahaan dengan Taehyung. Bahkan mereka satu divisi, namun karena suatu hal yang masih simpang siur membuat Irene harus dipindah tugaskan ke kantor cabang yang berada di Daegu. Kepindahan Irene membawa perubahan besar pada sikap Taehyung. Pengaruh Irene pada kehidupan Taehyung layaknya bom waktu, bisa meledak kapan saja.
"Brengsek!" umpat Yerin.
Yerin kembali bergumul di meja kerjanya, menyibukkan diri untuk menghibur hatinya. Mungkin dengan rasa lelah pada tubuh, otaknya tidak akan memikirkan hal-hal rumit yang menjengkelkan. Masih ada 4 file yang harus dia selesaikan hari ini. Dirinya harus cepat atau kata lembur akan kembali dia dapatkan.
Dan ternyata dua cup kopi tidak bisa membuat matanya tetap terjaga. Padahal semalam Yerin tidur dengan cukup. Mencuci muka menjadi solusi terakhir, Yerin menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Lingkaran hitam dan juga kantung mata yang menyedihkan. Dirinya benar-benar kacau, menggelikan sekali.
Setelah menata sedikit rambut dan memberi sedikit warna pada bibirnya. Yerin menyegerakan diri untuk segera keluar dari toilet. Kali ini wajahnya tidak semenyedihkan tadi, setidaknya terlihat lebih segar. Dari kejauhan ada sosok lain yang berjalan ke arahnya. Yerin kira dirinya hanya berhalusinasi, karena ini hampir jam pulang kantor.
Namun saat manik kembarnya sedikit menajam, ternyata itu bukan halusinasi. Dia Irene yang hanya berjalan saja sudah terlihat sangat cantik. Begitu anggun sampai-sampai setiap kali Yerin mendengar ketukan langkah dari high heelsnya, terdengar begitu berirama. Yerin tidak mungkin berbalik, tapi jika harus tetap melangkah pasti akan sangat canggung. Berharap saja jika Irene tidak mengenalinya karena pertemuan pertama yang memang berlangsung singkat.
Meyakinkan diri jika semuanya akan baik-baik saja, sedikit menundukkan kepala bermaksud untuk menghormati Irene yang biar bagaimanapun juga dia lebih senior. Merasa lega karena sepertinya Irene tidak mengenali wajahnya, namun di detik berikutnya dirinya harus mengumpat batin saat Irene memanggil namanya.
"Jung Yerin?"
Langkahnya terhenti seketika, Yerin tahu ini tidak sopan tapi demi apapun juga Yerin rasa-rasanya ingin mengumpat di depan wajah Irene. Dirinya sedang berada di situasi yang tidak baik-baik saja. Langkah Irene mendekat, menyentuh pundak Yerin dengan lembut dengan sedikit memiringkan kepalanya. Irene tersenyum dengan lebar, begitu senang dengan kehadiran Yerin. Berbanding terbalik dengan apa yang saat ini Yerin rasakan.
"Aku kira aku salah orang. Ternyata benar kau Yerin."
Pertemuan yang tidak Yerin duga sama sekali, Tuhan sedang menguji ketangguhan hatinya. Mencoba untuk kembali mengasah rasa, saat di waktu lampau pernah terluka begitu dalam. Mungkin jika waktu dapat di putar, Yerin lebih memilih untuk meminum kopi hingga perutnya membuncit besar. Daripada harus merasakan hal yang seperti ini, mengulang lagi serta menata hati yang sebelumnya bahkan masih sangat berantakan.
Selamat datang masalah baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments