The Legendary Spearman
Cess~
Suara resapan dari daging yang tengah digoreng terdengar begitu jelas di sebuah dapur. Bau harum dari rempah-rempah yang diberikan di daging tersebut tercium saat daging itu digoreng menggunakan margarin. Membuat perut siapapun yang menciumnya akan segera terhipnotis dan ingin memakan mereka.
Seorang pria yang tengah memasak daging tersebut, dengan segera meletakkan daging yang telah dimasaknya di sebuah piring dan meletakkan beberapa hiasan berupa dua buah bunga kemangi pada samping piring yang disirami dengan saus diatasnya.
Kring~
"Dua Chicken Steak dan dua Happy Soda! Pesanan untuk Meja Nomor 5!" ungkap pria tersebut.
"Baik~" sahut seorang gadis dengan rambut twintail yang datang menghampirinya.
"Senior, Meja Nomor 2 katanya meminta tambahan Tumis Ayam Jamurnya satu lagi!" panggil gadis lain dengan rambut pendek coklat.
"Maaf, Manajer! Bisakah kamu mengurusnya? Aku tengah menyiapkan hidangan lain saat ini!" ujar pria yang dimaksud.
"Oh, ya! Serahkan saja padaku!" sahut sang Manajer yang mengambil catatan dari gadis berambut coklat pendek tadi.
"Oy, Yudha! Pesanan Meja Nomor 3 dimana?" tanya pria berambut hitam.
"Tunggu sebentar! Aku tengah menghidangkannya saat ini!" jawab pria bernama Yudha tersebut.
Aktivitas tersebut terus berlanjut hingga Restoran mulai sedikit sepi. Membuat Yudha memutuskan untuk mengambil istirahat setelah izin ke Manajernya.
"Manajer, aku izin istirahat sebentar!" ucap Yudha yang berjalan menuju ruang istirahat karyawan.
"Oh, yah! 30 Menit saja lho!" ungkap Manajer.
"Tentu!" sahut Yudha.
Sesampainya di sana, dia dibuat terpesona oleh seorang wanita berambut hitam panjang dan mata merah miliknya. Menggelengkan kepalanya untuk menyadarkan diri, Yudha lalu memberanikan diri untuk menyapa wanita tersebut.
"Sedang beristirahat juga, Senior Diana?" sapa Yudha.
"Oh, Yudha? Begitulah," sahut Diana yang kembali meminum minuman miliknya.
"Hari ini benar-benar sangat ramai yah!" ucap Yudha.
"Kamu benar, bahkan Rini yang selalu ceria sampai dibuat pusing karenanya," jelas Diana.
"Benarkah? Tapi itu tidak terlihat jelas diwajahnya," balas Yudha.
"Fufu, tentu saja kamu tidak menyadarinya. Lagipula gadis itu sangat pandai menyembunyikan ekspresinya!" ungkap Diana.
"Heh~" kagum Yudha.
Yudha mengeluarkan kotak makanan miliknya dan memakan apa yang ada di dalamnya. Diana yang melihat itu dengan tatapan serta senyuman miliknya, membuat Yudha sedikit risih tapi diabaikan.
"Jadi, sampai kapan kamu ingin menggantungku seperti ini?" celetuk Diana bertanya.
"Uhuk! Uhuk! Maaf?" ucap Yudha terbatuk-batuk.
"Sudah hampir seminggu aku mengungkapkan perasaanku kepadamu bukan?" jelas Diana.
"Tentu.. aku mengingatnya. Tapi, ini pertama kalinya ada seorang wanita yang mengungkapkan perasaannya kepadaku. Jadi aku hanya sedang bingung saat ini, mungkin?" balas Yudha sembari memakan makan siangnya.
"Lagipula, bukankah biasanya para pria yang mengungkapkan perasaannya?" lanjut Yudha.
"Hmm, aku tidak terlalu memikirkan gengsi seperti gadis-gadis lain sih?" ungkap Diana.
"Ngomong-ngomong, 3 hari lagi kita akan mendapatkan libur yang sama bukan?" tanya Diana memastikan.
"Yah, aku pikir begitu?" jawab Yudha ragu.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita mulai saja dari dasarnya? Seperti, kencan?" ajak Diana.
Pfft!
Yudha menyemburkan air putih yang baru saja diminum olehnya. Dia menoleh bingung kearah Diana yang tersenyum manis dan santai setelah mengajaknya berkencan.
"Ada apa dengan wajah itu? Apa kamu tidak suka berkencan denganku?" tanya Diana yang mulai risih dengan wajah bingung Yudha.
"Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja aku.."
"Atau kamu memiliki hal lain yang harus dikerjakan pada hari itu?" lanjut Diana memotong perkataan Yudha yang belum selesai.
"Tidak ada.. sih," ujar Yudha.
"Kalau begitu, kita sepakat bukan? Sekarang, bisa serahkan ponselmu?" pinta Diana.
"Untuk apa?" tanya Yudha bingung sembari menyerahkan yang Diana inginkan.
Diana mengambil ponsel Yudha dan mulai mengetik sesuatu. Tidak lama setelahnya, ponsel Diana berdering. Membuat Yudha tahu apa yang dilakukan oleh Diana barusan.
"Menambahkan nomorku! Memangnya apa lagi?" jelas Diana.
"Ah! Sudah hampir waktunya, sebaiknya aku segera keluar untuk menggantikan Rini!" ungkap Diana yang segera berlari keluar dari sana.
Yudha terdiam membisu, dia sudah lama menginginkan nomor Diana. Tetapi karena malu, dia tidak bisa melakukannya. Yudha lalu mengambil ponselnya dan menggesekkan wajahnya di layar ponsel.
Tuk~
Mendengar suara yang terjatuh, Yudha melirik kearah pintu. Seorang gadis berambut hitam dengan gaya twintail tengah menatapnya. Seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Yudha yang mengenali gadis tersebut sebagai Rini, hanya bisa tertawa hambar.
"Menjijikan," ujar Rini yang membanting pintu tersebut dan pergi dari sana.
***
Setelah menyelesaikan shift miliknya, Yudha segera berjalan pulang menuju rumahnya. Namun dia tidak pulang sendirian, melainkan ditemani oleh seorang pria yang juga bekerja bersamanya di restoran sebagai pelayan bernama Denis.
"Hahaha! Jadi itu yang terjadi di sana?" tawa Denis puas.
"Berisik! Lagipula aku tidak menduga kalau Rini akan langsung masuk setelah Diana keluar!" jelas Yudha.
"Maaf, bukan maksudku meledek dirimu. Tapi apa kau tidak masalah berkencan dengan Diana?" tanya Denis.
"Kenapa? Apa maksud pertanyaan itu?" balas Yudha penasaran.
"Tidak ada sih, tapi bukankah kau tidak punya baju bagus untuk kencan?" jelas Denis.
"Setelah dipikir-pikir, benar juga. Jadi aku harus bagaimana?" bingung Yudha.
"Tenang saja, besok aku akan meminjamkan baju yang bagus untuk kencan pertamamu!" ungkap Denis.
"Kau tidak akan meminjamkan baju yang aneh lagi padaku bukan?" tanya Yudha memastikan.
"Apa kau belum memaafkan kejadian waktu itu?" tanya Denis balik.
Yudha hanya diam memberikan tatapan kosong, mencoba mengingat apa yang telah terjadi padanya dulu. Denis yang melihat itu segera meminta maaf dan menjelaskan kalau itu sebuah kecelakaan dimana baju yang telah disiapkan oleh Denis sebelumnya malah tertukar dengan kostum badut.
"Aku benar-benar sangat menyesal kau tahu?" ungkap Denis.
"Yah, bukan berarti aku belum memaafkan dirimu. Tapi aku hanya trauma saat meminjam baju darimu," jelas Yudha.
"Tenang saja, kali ini akan berbeda! Lagipula besok kita masih satu shift bukan?" jelas Denis.
"Yah, terserah kau saja. Tapi kalau kali ini juga sama seperti sebelumnya, aku akan pergi sendiri untuk membeli baju!" sahut Yudha.
Mereka menghabiskan waktu cukup banyak dengan berbincang-bincang. Sebelum akhirnya berpisah di persimpangan jalan. Dimana Yudha belok untuk pergi ke sebuah kos-kosan yang ada di ujung jalan, sementara Denis sendiri masih lurus untuk mencapai sebuah halte bis.
Awalnya Yudha berjalan lurus terus menuju sebuah rumah besar yang dijadikan tempat kos. Tapi ditengah perjalanan, dia menemukan pria tua yang tengah tertidur di jalan.
Yudha melihat kalau ada beberapa orang yang mengabaikan pria tua tersebut. Dia juga ingin melakukan hal itu, tetapi setelah mendengar deruan keras dari perut pria tersebut, membuatnya memutuskan untuk mengulurkan bantuan.
"Permisi, pak!" panggil Yudha yang membuat pria tua tersebut menoleh kearah dirinya.
"Jika mau, bagaimana kalau datang ke tempatku untuk makan?" tawar Yudha yang disambut dengan tangis haru pria tua tersebut.
Yudha melihat itu segera teringat dengan keluarganya di tempat yang jauh. Dia hanya bisa tersenyum dan membantu pria tua tersebut berjalan ke tempatnya tinggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Cordius Satya
oke gua baca ulang setelah nabung chapter. tapi gua tetep aja masih ketawa pas baca ini
2023-06-20
1
vina
udah mampir semangat sepuh 🛐
2023-06-12
1
Manusia Biasa
awal yang bagus, pengenalan tokoh yang tidak terlalu membingungkan, ada banyak ilustrasi juga👍
2023-05-24
1