Bab. 09 Menitip Benih di rahim pembantuku

...🌹Happy Reading 🌹...

Seperti biasa, Arvitha membereskan rumah. Seperti saat ini ia sedang menyiapkan sarapan.

" Pagi mbak...," ucap Arvitha seraya tersenyum menyambut Niar yang baru saja menuruni anak tangga.

" Iya," singkat Niar seraya duduk di kursi meja makan.Arvitha mengernyit bingung pasalnya tak biasa biasanya sikap Niar dingin seperti itu.

" Gak papa Ar, boleh tinggalin kita berdua dulu," ucap Arham seraya tersenyum dan segera diangguki oleh Arvitha.

Seperginya Arvitha, Arham menggemgam tangan Niar.

" Sayang...jangan gitulah sama Arvitha, yang ada dia gak betah lihat kamu bersikap seperti itu,"

" Sampai segitunya mas peduliin Arvitha?,"

" Niar...," ucap Arham

Niar menghela napasnya dalam dalam kemudian tersenyum.

" Mau pamit sama istri kesayangan? sekarang! aku duluan," ucap Niar kemudian bergegas dari meja makan tersebut.

Sementara Arham kini menyugar rambutnya frustasi. Pasalnya seakan ia lah yang menginginkan semua hal yang terjadi saat ini.Ia berasa dipojokkan oleh Niar istrinya.

" Arvitha, aku berangkat ya." pamit Arham sembari membetulkan posisi dasinya, segera Arvitha menyalim tangan Arham.

" Tuan, Mbak Niar kenapa?,"

" Gak papa, jangan dimasukkan ke hati ya, intinya nurut nurut aja apa kata Niar, ya udah aku berangkat." jawab Arham sembari tersenyum dan dibalas senyuman pula oleh Arvitha.

Niar dan Arham berada didalam mobil yang sama tapi seakan keduanya enggan membuka suara, mereka hanya diam diam saja sampai...

" Ni, aku minta maaf." ucap Arham memulai pembicaraan.

" Enggak mas, aku yang minta maaf.Aku terlalu egois memaksakan semua keinginan ku maaf mas."jawab Niar kemudian menyalim tangan Arham suaminya.

" Harusnya aku senang mas mulai terbiasa dengan Arvitha, mas bisa menyukainya.Em maksud aku kalau mas gak suka bagaimana mas mungkin bisa mendekati dia kan, em maaf ya mas,"lanjut Niar.

Arham hanya bisa diam sembari tersenyum, ia bingung harus menjawab apa tentang ini.

Tak terasa akhirnya mereka sampai kekantor otomatis mereka pun harus terpisah sebab ruangan yang berbeda.

***

" Mas gak usah mikirin ucapan aku tadi pagi ya, lagiankan aku sudah minta maaf juga,mas udah maafin aku kan? jadi mas sama Arvitha aja ya."

" Niar...,"

" Ayolah mas..., lagian Arvitha kan emang cantik jadi aku yakin mas gak akan bosan sama dia." ucap Niar menyuruh Arham untuk menemui Arvitha.

Arham menghela nafas dalam dan membuang nya kasar, seakan Niar mengerti kejengahan Arham atas sikapnya, ia pun memasang wajah manjanya dan jujur saja kalau sudah begitu Arham tidak dapat menolak permintaan Niar.

" Oh ya mas, minum kopi dulu." Niar mengambilkan secangkir kopi diatas nakas yang sudah ia siapkan sedari tadi.

Arham mendelik menatap Niar nanar.

" Is mas traumaan bangat, gak ada apa apa disitu, suwer." ucap Niar kemudian membuat jarinya membentuk huruf v.

" Terus..., kalau memang gak ada apa apa kenapa aku harus minum?," tanya Arham mengendikkan dagunya.

" Takutnya ini udah kamu taruh obat aneh itu," lanjut Arham. Niar meninju pelan lengan Arham kemudian tertawa kecil.

" Masih ingat aja, tapi ini sumpah gak ada kok, aku kasih mas kopi biar mas bisa begadang sama Arvitha.Cius benaran gak ada itu kok."

Mendengar penuturan itu, Arham akhirnya meminum kopi tersebut.

" Kalau ada nanti epeknya, awas aja kamu Ni." ancam Arham dengan wajah serius yang dibuat buat. Niar yentu daja tertawa dibuatnya.

" Udah turun sana, temui Arvitha." lanjut Niar mendorong pelan punggung Arham.

Niar menghela napasnya panjang sesaat rasa sesak terasa kembali menyakiti hatinya.

" Maafin aku mas, maaf...aku tidak bisa menjadi istri yang kamu inginkan."

****

( Mungkin memang ku salah...mungkin memang kusesali pernah tak hiraukan dirimu dulu...aku hanya ingkari kata hatiku saja tapi mengapa cinta datang terlambat)

Arham tersenyum mendengar nada dering ponsel Arvitha.

" Cih ganti ganti mulu nada dering nih anak," ucap Arham kemudian melihat ponsel tersebut dan panggilan telepon itu ternyata dari Rakha.

" Mas Rakha?hem, mungkin kali ya Rakha itu pacarnya Arvitha?," tebak Arham mengira ngira,kemudian atensinya beralih ke wallpaper ponsel Arvitha yang mana ada photo Rakha yang mencium pipi Arvitha dan Arvitha nampak malu.

" Kan benar dugaanku." lanjut Arham.

" Astaqfirullohalazim...," ucap Arvitha seraya memegangi handuk yang melilit di tubuhnya.

"Ish...tuan kok hoby bangat sih bikin jantungan," rungut Arvitha kesal.

Kemudian ia pun tersadar kini dirinya hanya berbalut handuk saja saat Arham kembali menyuruhnya memasang pakaiannya, Arvitha pun terbirit kekamar mandi setelah mengambil piyamanya.

" Mas eh Tuan...ada ada perlu apa tadi?," tanya Arvitha setelah ia keluar dari kamar mandi, seraya melepaskan kunciran rambutnya.

Arham belum menjawab ia masih menatapi wajah Arvitha, hingga Arvitha mengulangi pertanyaan yang sama.

Arvitha kembali mengikat rambutnya lalu menghampiri Arham yang sedari tadi hanya diam dikasur.

" Tuan...,"

" Panggilan hp kamu jawab," potong Arham sebelum Arvitha meneruskan ucapannya.

Arvitha mengambil hpnya yang ada di atas kasurnya, " Mas Rakha tadi nelpon ya?, dan...tuan membuka hp Ar?,"

" Maaf, gak sengaja tadi abisnya ribut mulu, lagian kebiasaan bangat kamu mandi malam gak baik buat kesehatan."

" Hem, Arvitha kan selesai kerjanya malam jadi mandi sorenya diganti malamlah.Ijin ya Tuan Ar nelpon Mas Rakha dulu," ucap Arvitha seraya menekan aplikasi hijau di ponselnya.

" Walaikumsalam Mas, Mas perlu apa telpon Ar tadi?,"

" Besok? boleh sih, Ar gak sibuk juga tapi malam ya siang Arvitha masih kerja"

" Oke Mas, sip..lobe you too," ucap Arvitha sebelum akhirnya ia menutup panggilan tersebut.

" Love you too...," rungut Arham kesal mendengar ucapan Arvitha itu.

Arvitha membalikkan badannya dan melihat wajah kesal Arham.

" Kenapa mas? eh Tuan...hehe kebawa bawa kan jadinya?,"

" Panggil mas aja gak papa," jawab Arham singkat tapi justru Arvitha terlihat senang.

" Ngapain si Rakha nelpon malam malam?," lanjut Arham bertanya hal itu justru berhasil membuat Arvitha tertawa.

" Cie...ngapain nanya nanya?," tunjuk Arvitha menggoda Arham.

" Hemk...enggak.Enggak bermaksud apa apa, lupa kamu kerja dirumah aku." ketus Arham.

Arvitha mengendikkan bahunya, lalu duduk disisi ranjang.

" Tuan mah gak asyik, gak bisa diajak bercanda. " lanjut Arvitha.

Arham pun menarik tangan Arvitha dan membawanya kebawah kungkungan badannya.

Tatapan keduanya menyatu,cukup lama mereka saling menatap.

" Katamu aku gak bisa bercanda kan?," tanya Arham kemudian tertawa melihat wajah takut Arvitha.

Arvitha pun akhirnya ikut tersenyum kemudian mendorong Arham dari atas tubuhnya, " Tuan sangat menakutkan," lirihnya sembari duduk.

Arham kembali menarik tangan Arvitha dan membawanya kedekapannya.

" Arvitha, kamu istriku jadi sesukaku berbuat apa," bisik Arham ditelinga Arvitha yang bagi Arvitha itu adalah bisikan kematian.Ia mengingat kejadian semalam saat Arham mengatakan hal yang sama sebelum mereka melakukan hal itu.

" Tuan...bisikanmu menakutkan tapi Ar gak bisa untuk malam ini," cicit Arvitha hati hati.

" Karena Arvitha...lagi tanggal merah sekarang. Faham kan?," lanjut Arvitha sebelum Arham bertanya alasannya.

Arham mengernyit namun dibalas senyuman oleh Arvitha,

" Maksud kamu apa ngomong seperti itu hem?," tanya Arham mendelik.

" Em...tuan bukannya itu ya..." tanya Arvitha pelan menatap wajah Arham.

Arham yang dari tadi pura pura serius kini tidak bisa menahan tawanya, ia tertawa terbahak sampai sampai terbatuk sedang Arvitha kini dibuat mati kutu menahan malu.

" Arvitha...Arvitha...apa dikepala kamu hanya memikirkan hal itu?," tanya Arham seraya mengusek pucuk kepala Arvitha.

Arvitha hanya bisa diam membeku, kemudian memperlihatkan giginya.

Arvitha benar benar malu karena sudah salah menangkap arti ucapan Arham, ia akhirnya menutupi wajahnya dengan boneka beruang miliknya sembari membelakangi Arham.

Bersambung

Jangan lupa like dan komen nya juga votenya ya gys.

Masukkan ke faforit biar gak ketinggalan cerita nya. Makasih

Terpopuler

Comments

Nini 🐻

Nini 🐻

jurus andalan wanita sok manja ulala🤣

2023-06-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab.01 Menitip Benih di rahim pembantuku.
2 Bab.02 Menitip Benih di rahim pembantuku.
3 Bab.03 Menitip Benih di rahim pembantuku
4 Bab.04 Menitip Benih di rahim pembantuku
5 Bab.05 Menitip Benih di rahim pembantuku
6 Bab.06 Menitip Benih di rahim pembantuku
7 Bab.07 Menitip Benih di rahim pembantuku
8 Bab.08 Menitip Benih di rahim pembantuku
9 Bab. 09 Menitip Benih di rahim pembantuku
10 Bab. 10 Menitip Benih di rahim pembantuku
11 Bab. 11 Menitip Benih di rahim pembantuku
12 Bab. 12 Menitip Benih di rahim pembantuku
13 Bab.13 Menitip Benih di rahim pembantuku
14 Bab.14 Menitip Benih di rahim pembantuku
15 Bab.15 Menitip Benih di rahim pembantuku
16 Bab.16 Menitip Benih di rahim pembantuku.
17 Bab.17 Menitip Benih di rahim pembantuku
18 Bab.18 Menitip Benih di rahim pembantuku
19 Bab.19 Menitip Benih di rahim pembantuku.
20 Bab.20 Menitip Benih di rahim pembantuku.
21 Bab.21 Menitip Benih di rahim pembantuku.
22 Bab.22 Menitip Benih di rahim pembantuku.
23 Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
24 Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
25 Bab 25.Menitip benih di rahim pembantuku
26 Menitip benih di rahim pembantuku bab 26
27 Menitip benih di rahim pembantuku bab 27
28 Menitip benih di rahim pembantuku bab 28
29 Menitip benih di rahim pembantuku bab 29
30 Menitip benih di rahim pembantuku bab 30
31 Menitip benih di rahim pembantuku bab 31
32 Menitip benih di rahim pembantuku bab 32
33 Menitip benih di rahim pembantuku bab 33
34 Menitip benih di rahim pembantuku bab 34
35 Menitip benih di rahim pembantuku bab 35
36 Menitip benih di rahim pembantuku bab 36
37 Menitip benih di rahim pembantuku bab 37
38 Menitip benih di rahim pembantuku bab 38
39 Menitip benih di rahim pembantuku bab 39
40 Menitip benih di rahim pembantuku bab.40
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bab.01 Menitip Benih di rahim pembantuku.
2
Bab.02 Menitip Benih di rahim pembantuku.
3
Bab.03 Menitip Benih di rahim pembantuku
4
Bab.04 Menitip Benih di rahim pembantuku
5
Bab.05 Menitip Benih di rahim pembantuku
6
Bab.06 Menitip Benih di rahim pembantuku
7
Bab.07 Menitip Benih di rahim pembantuku
8
Bab.08 Menitip Benih di rahim pembantuku
9
Bab. 09 Menitip Benih di rahim pembantuku
10
Bab. 10 Menitip Benih di rahim pembantuku
11
Bab. 11 Menitip Benih di rahim pembantuku
12
Bab. 12 Menitip Benih di rahim pembantuku
13
Bab.13 Menitip Benih di rahim pembantuku
14
Bab.14 Menitip Benih di rahim pembantuku
15
Bab.15 Menitip Benih di rahim pembantuku
16
Bab.16 Menitip Benih di rahim pembantuku.
17
Bab.17 Menitip Benih di rahim pembantuku
18
Bab.18 Menitip Benih di rahim pembantuku
19
Bab.19 Menitip Benih di rahim pembantuku.
20
Bab.20 Menitip Benih di rahim pembantuku.
21
Bab.21 Menitip Benih di rahim pembantuku.
22
Bab.22 Menitip Benih di rahim pembantuku.
23
Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
24
Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
25
Bab 25.Menitip benih di rahim pembantuku
26
Menitip benih di rahim pembantuku bab 26
27
Menitip benih di rahim pembantuku bab 27
28
Menitip benih di rahim pembantuku bab 28
29
Menitip benih di rahim pembantuku bab 29
30
Menitip benih di rahim pembantuku bab 30
31
Menitip benih di rahim pembantuku bab 31
32
Menitip benih di rahim pembantuku bab 32
33
Menitip benih di rahim pembantuku bab 33
34
Menitip benih di rahim pembantuku bab 34
35
Menitip benih di rahim pembantuku bab 35
36
Menitip benih di rahim pembantuku bab 36
37
Menitip benih di rahim pembantuku bab 37
38
Menitip benih di rahim pembantuku bab 38
39
Menitip benih di rahim pembantuku bab 39
40
Menitip benih di rahim pembantuku bab.40

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!