...🌹Happy Reading 🌹...
Seperti biasa, Arvitha membereskan rumah. Seperti saat ini ia sedang menyiapkan sarapan.
" Pagi mbak...," ucap Arvitha seraya tersenyum menyambut Niar yang baru saja menuruni anak tangga.
" Iya," singkat Niar seraya duduk di kursi meja makan.Arvitha mengernyit bingung pasalnya tak biasa biasanya sikap Niar dingin seperti itu.
" Gak papa Ar, boleh tinggalin kita berdua dulu," ucap Arham seraya tersenyum dan segera diangguki oleh Arvitha.
Seperginya Arvitha, Arham menggemgam tangan Niar.
" Sayang...jangan gitulah sama Arvitha, yang ada dia gak betah lihat kamu bersikap seperti itu,"
" Sampai segitunya mas peduliin Arvitha?,"
" Niar...," ucap Arham
Niar menghela napasnya dalam dalam kemudian tersenyum.
" Mau pamit sama istri kesayangan? sekarang! aku duluan," ucap Niar kemudian bergegas dari meja makan tersebut.
Sementara Arham kini menyugar rambutnya frustasi. Pasalnya seakan ia lah yang menginginkan semua hal yang terjadi saat ini.Ia berasa dipojokkan oleh Niar istrinya.
" Arvitha, aku berangkat ya." pamit Arham sembari membetulkan posisi dasinya, segera Arvitha menyalim tangan Arham.
" Tuan, Mbak Niar kenapa?,"
" Gak papa, jangan dimasukkan ke hati ya, intinya nurut nurut aja apa kata Niar, ya udah aku berangkat." jawab Arham sembari tersenyum dan dibalas senyuman pula oleh Arvitha.
Niar dan Arham berada didalam mobil yang sama tapi seakan keduanya enggan membuka suara, mereka hanya diam diam saja sampai...
" Ni, aku minta maaf." ucap Arham memulai pembicaraan.
" Enggak mas, aku yang minta maaf.Aku terlalu egois memaksakan semua keinginan ku maaf mas."jawab Niar kemudian menyalim tangan Arham suaminya.
" Harusnya aku senang mas mulai terbiasa dengan Arvitha, mas bisa menyukainya.Em maksud aku kalau mas gak suka bagaimana mas mungkin bisa mendekati dia kan, em maaf ya mas,"lanjut Niar.
Arham hanya bisa diam sembari tersenyum, ia bingung harus menjawab apa tentang ini.
Tak terasa akhirnya mereka sampai kekantor otomatis mereka pun harus terpisah sebab ruangan yang berbeda.
***
" Mas gak usah mikirin ucapan aku tadi pagi ya, lagiankan aku sudah minta maaf juga,mas udah maafin aku kan? jadi mas sama Arvitha aja ya."
" Niar...,"
" Ayolah mas..., lagian Arvitha kan emang cantik jadi aku yakin mas gak akan bosan sama dia." ucap Niar menyuruh Arham untuk menemui Arvitha.
Arham menghela nafas dalam dan membuang nya kasar, seakan Niar mengerti kejengahan Arham atas sikapnya, ia pun memasang wajah manjanya dan jujur saja kalau sudah begitu Arham tidak dapat menolak permintaan Niar.
" Oh ya mas, minum kopi dulu." Niar mengambilkan secangkir kopi diatas nakas yang sudah ia siapkan sedari tadi.
Arham mendelik menatap Niar nanar.
" Is mas traumaan bangat, gak ada apa apa disitu, suwer." ucap Niar kemudian membuat jarinya membentuk huruf v.
" Terus..., kalau memang gak ada apa apa kenapa aku harus minum?," tanya Arham mengendikkan dagunya.
" Takutnya ini udah kamu taruh obat aneh itu," lanjut Arham. Niar meninju pelan lengan Arham kemudian tertawa kecil.
" Masih ingat aja, tapi ini sumpah gak ada kok, aku kasih mas kopi biar mas bisa begadang sama Arvitha.Cius benaran gak ada itu kok."
Mendengar penuturan itu, Arham akhirnya meminum kopi tersebut.
" Kalau ada nanti epeknya, awas aja kamu Ni." ancam Arham dengan wajah serius yang dibuat buat. Niar yentu daja tertawa dibuatnya.
" Udah turun sana, temui Arvitha." lanjut Niar mendorong pelan punggung Arham.
Niar menghela napasnya panjang sesaat rasa sesak terasa kembali menyakiti hatinya.
" Maafin aku mas, maaf...aku tidak bisa menjadi istri yang kamu inginkan."
****
( Mungkin memang ku salah...mungkin memang kusesali pernah tak hiraukan dirimu dulu...aku hanya ingkari kata hatiku saja tapi mengapa cinta datang terlambat)
Arham tersenyum mendengar nada dering ponsel Arvitha.
" Cih ganti ganti mulu nada dering nih anak," ucap Arham kemudian melihat ponsel tersebut dan panggilan telepon itu ternyata dari Rakha.
" Mas Rakha?hem, mungkin kali ya Rakha itu pacarnya Arvitha?," tebak Arham mengira ngira,kemudian atensinya beralih ke wallpaper ponsel Arvitha yang mana ada photo Rakha yang mencium pipi Arvitha dan Arvitha nampak malu.
" Kan benar dugaanku." lanjut Arham.
" Astaqfirullohalazim...," ucap Arvitha seraya memegangi handuk yang melilit di tubuhnya.
"Ish...tuan kok hoby bangat sih bikin jantungan," rungut Arvitha kesal.
Kemudian ia pun tersadar kini dirinya hanya berbalut handuk saja saat Arham kembali menyuruhnya memasang pakaiannya, Arvitha pun terbirit kekamar mandi setelah mengambil piyamanya.
" Mas eh Tuan...ada ada perlu apa tadi?," tanya Arvitha setelah ia keluar dari kamar mandi, seraya melepaskan kunciran rambutnya.
Arham belum menjawab ia masih menatapi wajah Arvitha, hingga Arvitha mengulangi pertanyaan yang sama.
Arvitha kembali mengikat rambutnya lalu menghampiri Arham yang sedari tadi hanya diam dikasur.
" Tuan...,"
" Panggilan hp kamu jawab," potong Arham sebelum Arvitha meneruskan ucapannya.
Arvitha mengambil hpnya yang ada di atas kasurnya, " Mas Rakha tadi nelpon ya?, dan...tuan membuka hp Ar?,"
" Maaf, gak sengaja tadi abisnya ribut mulu, lagian kebiasaan bangat kamu mandi malam gak baik buat kesehatan."
" Hem, Arvitha kan selesai kerjanya malam jadi mandi sorenya diganti malamlah.Ijin ya Tuan Ar nelpon Mas Rakha dulu," ucap Arvitha seraya menekan aplikasi hijau di ponselnya.
" Walaikumsalam Mas, Mas perlu apa telpon Ar tadi?,"
" Besok? boleh sih, Ar gak sibuk juga tapi malam ya siang Arvitha masih kerja"
" Oke Mas, sip..lobe you too," ucap Arvitha sebelum akhirnya ia menutup panggilan tersebut.
" Love you too...," rungut Arham kesal mendengar ucapan Arvitha itu.
Arvitha membalikkan badannya dan melihat wajah kesal Arham.
" Kenapa mas? eh Tuan...hehe kebawa bawa kan jadinya?,"
" Panggil mas aja gak papa," jawab Arham singkat tapi justru Arvitha terlihat senang.
" Ngapain si Rakha nelpon malam malam?," lanjut Arham bertanya hal itu justru berhasil membuat Arvitha tertawa.
" Cie...ngapain nanya nanya?," tunjuk Arvitha menggoda Arham.
" Hemk...enggak.Enggak bermaksud apa apa, lupa kamu kerja dirumah aku." ketus Arham.
Arvitha mengendikkan bahunya, lalu duduk disisi ranjang.
" Tuan mah gak asyik, gak bisa diajak bercanda. " lanjut Arvitha.
Arham pun menarik tangan Arvitha dan membawanya kebawah kungkungan badannya.
Tatapan keduanya menyatu,cukup lama mereka saling menatap.
" Katamu aku gak bisa bercanda kan?," tanya Arham kemudian tertawa melihat wajah takut Arvitha.
Arvitha pun akhirnya ikut tersenyum kemudian mendorong Arham dari atas tubuhnya, " Tuan sangat menakutkan," lirihnya sembari duduk.
Arham kembali menarik tangan Arvitha dan membawanya kedekapannya.
" Arvitha, kamu istriku jadi sesukaku berbuat apa," bisik Arham ditelinga Arvitha yang bagi Arvitha itu adalah bisikan kematian.Ia mengingat kejadian semalam saat Arham mengatakan hal yang sama sebelum mereka melakukan hal itu.
" Tuan...bisikanmu menakutkan tapi Ar gak bisa untuk malam ini," cicit Arvitha hati hati.
" Karena Arvitha...lagi tanggal merah sekarang. Faham kan?," lanjut Arvitha sebelum Arham bertanya alasannya.
Arham mengernyit namun dibalas senyuman oleh Arvitha,
" Maksud kamu apa ngomong seperti itu hem?," tanya Arham mendelik.
" Em...tuan bukannya itu ya..." tanya Arvitha pelan menatap wajah Arham.
Arham yang dari tadi pura pura serius kini tidak bisa menahan tawanya, ia tertawa terbahak sampai sampai terbatuk sedang Arvitha kini dibuat mati kutu menahan malu.
" Arvitha...Arvitha...apa dikepala kamu hanya memikirkan hal itu?," tanya Arham seraya mengusek pucuk kepala Arvitha.
Arvitha hanya bisa diam membeku, kemudian memperlihatkan giginya.
Arvitha benar benar malu karena sudah salah menangkap arti ucapan Arham, ia akhirnya menutupi wajahnya dengan boneka beruang miliknya sembari membelakangi Arham.
Bersambung
Jangan lupa like dan komen nya juga votenya ya gys.
Masukkan ke faforit biar gak ketinggalan cerita nya. Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Nini 🐻
jurus andalan wanita sok manja ulala🤣
2023-06-11
1