...🌹Happy Reading 🌹...
" Mas, mas kan bilang sama aku untuk terus sabar...jangan karena aku Mas durhaka sama mama," ucap Niar memeluk Arham dari belakang.
" Sakit memang Mas, tapi ini ujian pernikahan kita kan?," lanjutnya, Arham membalikkan badannya dan menatap wajah istrinya itu.
" Maapin aku ya, aku gak bisa melindungi kamu dari omelan mama, a aku bukan suami yang bisa menjaga kamu,"
" Jangan ngomong gitu mas,"
Arham kembali membelakangi Niar,ia menatap jalanan raya yang terlihat sepi diluaran sana tapi sebenarnya Arham sedang tidak memperdulikan itu, ia sedang memikirkan cara agar mamanya tidak lagi datang berkunjung kerumahnya jika hanya untuk membuat luka.
" Haruskah aku menyuruh mama pulang Ni?," tanya Arham tanpa menoleh pada Niar istrinya.
" Jangan mas, mama cuma punya kamu, kalau mama sakit hati gimana?, jangan yah," bujuk Niar menggemgam tangan suaminya.
" Tapi ...mama selalu bikin kamu sakit hati Ni?,"
" Iya, tapi sebagai anak tetap kitalah yang salah mas, ingat mas doa orang tua itu cepat terkabul apalagi seorang ibu.Kalau mama sakit hati sama kamu, itu akan mempersulit kita nantinya," lanjut Niar mengingatkan Arham akan hal itu.
Arham menghela nafas dalam dalam, ia tak mengira sesakit apapun hati Niar terhadap mamanya, Niar tetap tidak ingin Arham membenci mamanya.
****
"Arvitha, kamu belum pacar pacarankan?, harusnya jangan dulu yah, usia kamu masih muda kerja keras dulu kejar mimpimu," ucap Nyonya Erin saat Arvitha sedang menyetrika baju.Ia tak bisa pungkiri jangankan anak mantu pembantu pun jadi sasaran omelan dari Nyonya besar ini.
Arvitha mengiyakan semua ucapan Nyonya Erin dengan senyuman yang dibuat buat.
****
Keesokan paginya, Nyonya Erin sudah bersiap siap untuk pulang kerumah nya, Arham mengantar mamanya sampai kedalam mobil.
" Jaga kesehatan ya ma," ucap Arham seraya menyalim tangan mamanya.
" Iya kamu juga, kamu Niar sehat sehat yah...," jawab Nyonya Erin dengan senyuman merekah Niar membalasnya.
" Ya udah mama berangkat,"
" Dadah mama sayang...," jawab Arham melambaikan tangannya.
Saat mobil Nyonya Erin sudah melenggang, mereka bertiga menarik napas lega seraya masuk kedalam rumah bersama.
" Hah...sehari rasa seabad,tepar," ucap Arvitha lirih seraya membaringkan badannya di sofa.
" Maapin mama ya Ar," ucap Niar tulus.
" Gak papa Mbak, capek bangat...gak ada waktu istirahat aku," lanjut Arvitha.
" Alhamdulillah udah kembali seperti biasa," lanjut Arham seraya duduk disamping Niar.
Mereka akhirnya senang sudah bebas dari kekangan Nyonya Erin sang mama.
"Arvitha, jangan tidur disini," ucap Niar membangunkan Arvitha yang ternyata sudah terlelap.
" Ih benaran tidur loh mas, kecapekan kali dia nih, gendong mas kekamarnya," pinta Niar menatap suaminya.
Arham meski sebenarnya malas tetap menuruti ucapan Niar, ia menggendong Arvitha kekamar Arvitha dan meletakkan Arvitha dengan sangat hati hati.Seketika perasaan aneh dihati Arham muncul menatapi wajah Arvitha dari jarak yang begitu dekat ia bahkan bisa merasakan hembusan nafas Arvitha.
Arham pun memcium bibir Arvitha sekilas, tapi....
" Mas..," panggil Niar yang melihat adegan itu.Ia pun segera berlari dari sana.
" Sayang aku gak bermaksud...," ucap Arham mengejar Niar.
Niar mengusap wajahnya sendiri.
" Tadi mama kamu, sekarang kamu mas," ucap Niar lirih.
" Astaqfirullohalazim Ni,aku gak bermaksud melakukan itu di depan kamu,"
" Mas suka sama Arvitha?, jujur saja mas gak usah bohongi aku," ucap Niar menatap nanar suaminya.
" Niar...kenapa kamu ngomong gitu?, jangan curigaan seperti itu, aku hanya...,"
" Hanya tertarik iya kan?, huh...aku sadar aku siapa, em aku percaya sama kamu mas, tolong jangan khianati aku." ujar Niar segera memeluk Arham.
Malam hari nya Niar nampak tengah berdandan di depan meja rias miliknya di kamarnya. Tiba tiba tangan Arham mendarat begitu saja di pundaknya sembari mengulas senyum.
" Udah cantik kok sayang, gak ada yang perlu diubah dari wajah kamu," ucap Arham seraya meneluk Niar kemudian ia menyandarkan kepalanya di bahu Niar.
Niar tersenyum seraya mengelus pipi sang suami,"Bisa aja mas,"
Arham kembali berdiri " Sayang aku tidur di kamarnya Arvitha ya," lanjut Arham. Seharusnya Niar senang jika Arham sudah menerima kemauan nya dan itu artinya dia akan segera menimang bayi tapi...hatinya justru mengatakan yang sebaliknya sakit, yang dia rasakan saat Arham suaminya meminta hal itu padanya.
Niar kemudian menatap Arham dengan senyuman yang dibuat buat dibibirnya. " Iya mas, gak papa, pergilah aku juga udah mau tidur," ucap Niar kemudian bergegas dari meja rias kekasurnya.
Arham mencium pucuk kepala istrinya sekilas lalu pamit untuk tidur bersama Arvitha.
***
Tengah malam Niar terbangun dari tidurnya,tidak tahu kenapa tiba tiba ia merasa kehausan yang membuat ia segera turun untuk mendapatkan air minum.
Setelah kembali dari dapur, otomatis dia melewati kamar Arvitha.Awalnya dia tidak begitu peduli tapi suara suara itu begitu menyiksa bagi dirinya. Terdengar suara des a han bersahut sahutan dari Arham dan Arvitha.
Niar kembali kekamarnya dengan rasa pedih dihatinya.Tak terasa air matanya kini sudah membanjiri pipinya ia terus menepuk nepuk dadanya yang kian terasa sesak.
" Niar, ini kemauan kamu, ayo dong jangan nangis...Arham hanya menuruti yang kamu mau," ucap Niar lirih dalam tangisannya.
****
" Sayang kamu sakit ya?," tanya Arham setelah mendapatkan Niar yang masih menutupi seluruh tubuhnya dengan selimutnya.Arham mendekatinya dan segera mengecek suhu tubuh Niar.
Niar menepiskan tangan Arham dari keningnya." Iya.Aku sakit, sakit jiwa karena kamu," sontak hal itu membuat Arham bingung.
" Maksud kamu apa Niar?,"
" Masih bertanya kenapa?, " Sembari duduk menatap nanar suaminya.
" Jujur aja mas,kamu mulai suka kan sama Arvitha, iyalah Arvitha cantik, Arvitha bisa mu a sin kamu dan dia juga bisa memberikan kamu anak, hal yang gak bisa aku lakukan Arvitha bisa," ucap Niar panjang lebar dengan uraian air matanya.
Arham memeluk Niar penuh kasih, " Udah hentikan! aku minta maaf,"
Arham menciumi pucuk kepala istrinya.
" Niar, hal ini sudah pernah aku tanyakan pada kamu sebelumnya, dan aku tidak pernah menyetujui permintaan mu ini sebelum akhirnya kamu yang memaksakan aku untuk menikahi Arvitha, aku menyukainya itu hal yang wajar tapi bukan berarti aku mencintainya, hum," ucap Arham setelah Niar merasa tenang.
" Janji sama aku mas,kamu tidak akan pernah membuka hati untuk Arvitha."
Bukannya menjawab, Arham malah menjauhi Niar.
" Mas, jawab mas,"
Bersambung
Jangan lupa like dan komen nya juga votenya ya gys.
Masukkan ke faforit biar gak ketinggalan cerita nya. Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
tina yusuf
hi aku sdh mampir ,semangat kak
2023-05-16
0