Bab. 10 Menitip Benih di rahim pembantuku

...🌹Happy Reading 🌹...

" Jadi mas sudah tahu Arvitha lagi halangan?,"

" Eem," singkat Arham enggan melepaskan pelukan nya dari Arvitha.

" Jadi kok masih tidur sama Ar sih mas?, maksudku ...Mbak Niar...,"

" Niar yang minta aku kesini, udah jangan banyak nanya, aku masih ngantuk," ucap Arham segera mempererat pelukannya pada gadis itu.

****

" Arvitha, aku boleh tanya sesuatu?,"

Arvitha kembali memeluk boneka beruangnya kemudian menyandarkan tubuhnya.

" Kenapa mas?,"

" Arvitha, apa alasan kamu mau dekat sama aku? iya memang awalnya kamu marah tapi selanjutnya kamu seakan sudah tidak mempermasalahkannya, aku kira kecanggungan akan lama ada pada diri kita masing masing tapi ternyata faktanya berbeda, kamu bagi aku seakan pasrah aja dengan keadaan kenapa?."

" Hem...a aku butuh uang mas, makanya...,"

" Arvitha, kamu jangan bohong sama aku, bukan itu alasannya. Mungkin dulu iya tapi sekarang enggak kan?," tanya Arham menatap serius pada Arvitha.

" A a aku...mas ngomong apa sih," ucap Arvitha seraya berdiri dan segera mengambil handuknya.

" Aku mau mandi, mas boleh keluar."

Arham menarik tangan Arvitha dan membawanya duduk di hadapannya,

" Arvitha, katakan yang sejujurnya aja, untuk apa kamu bersedia melayani aku memperlakukan aku sebagai suami, karena apa?,"

" Mas, ini bukan saatnya membahas hal itu, intinya aku hanya butuh uangmu dan harus melahirkan anak untukmu kan, hanya itu, gak ada alasan lain."

" Jangan bohong Arvitha, kamu mulai terbiasa denganku kan?,"

Tok tok

" Mbak Niar." ucap Arvitha mengalihkan pembicaraan dengan ketukan pintu tersebut.

" Aku harap bukan hanya aku yang merasakannya Ar...," lanjut Arham kemudian ia pun berdiri dan segera membukakan pintu.

" Kenapa sayang?,"

" Untuk apa kamu menanyakan mengapa? sedang kamu sendiri tidak bisa membuat pernyataan, kamu boleh bilang suka sama aku tapi nyatanya Mbak Niar lah pemilik hati kamu." lirih Arvitha membathin.

" Aku mau ngomong sama Arvitha," jawab Niar kemudian masuk kedalam kamar Arvitha.

" Arvitha, ini mbak buatin khusus buat kamu,"

" Jamu untuk apa mbak?," heran Arvitha karena setahunya dia baik baik saja.

" Hem...untuk mengurangi nyerinya, lagi halangankan?,"

Arvitha segera tertawa kecil mendengar jawaban Niar, sempat terlintas dipikirannya kalau itu adalah jamu kesuburan.

" Hehe kirain apa tadi,"

" Oh ya sekalian aku mau ngomong, nanti siang aku udah terbang ke Paris perjalanan bisnis ."

" Oh gitu Mbak, terus Ar sendiri dong,"

" Enggak lah kan ada Mas Arham. "

" Em.Kayaknya kita perlu ngomong berdua Ni," ucap Arham sebelum akhirnya ia beranjak dari sana.

" Em ya udah ya Ar, itu kalau masih sakit istirahat aja dulu gak usah dipaksain toh rumah juga masih bersih kok.Tidur aja ya." ucap Niar, Arvitha pun menuruti ucapan majikannya itu.

***

" Nanti siang katamu? kamu gak bilang sama aku kalau kamu ada perjalanan bisnis?," tanya Arham.

" Iya maaf mas, soalnya kemaren kitakan lagi diam diaman jadi lupa bilangnya, aku sebentar kok mas cuman seminggu doang."

" Niar, seminggu itu bukan waktu yang bentar."

" Mas, mas kan ada Arvitha.Lagian cuma seminggu kok, biasanya juga Arvitha yang menyiapkan kebutuhan mas."

Arham memijit keningnya yang terasa berdenyut.

" Niar...kamu istri ku apa bukan sih?,"

" Ya allah mas, kok gitu ngomongnya, cuman seminggu mas."

Arham tersenyum sumbang dan mempersilahkan.

" Ya udah silahkan...," ucap Arham, kemudian ia pun pergi kekamar mandi.

Selesai mandi ia sudah melihat Niar menyusun barang bawaannya nanti.

" Jadi pergi juga?,"

" Iya dong mas, ini menyangkut bisnis aku.Lagian mas kan sudah setuju tadi."

Arham tak menjawab lagi, ia segera memasang pakaiannya kemudian turun tanpa berkata apa apa lagi pada Niar.

Arham menghela nafasnya panjang saat mendapati Arvitha di ruang tamu sedang menyapu.Arham tak menghiraukannya juga ia hanya pokus pada persiapannya dan kini ia sedang mengancingkan kancing pergelangan kemejanya tapi entah kenapa dari tadi gak bisa bisa terpasang.Arvitha yang melihat kejengkelan Arham kemudian menghampiri dan membantu Arham mengancingkan kancing pergelangan kemeja Arham.

" Biasakan minta tolong mas," ucap Arvitha kemudian mengulas senyum dan menatap wajah suaminya itu.

" Aku lagi gak pokus aja."

" Mas, kalau ada masalah selesaikan baik baik, jangan menghindarinya biar mas bisa tenang." ujar Arvitha menyemangati sang suami meski pada nyatanya ia sendiri juga selalu menghindari masalah.

" Pandai kamu mengajari saya," ucap Arham seraya mengusek pucuk kepala Arvitha .

" Ya udah aku berangkat ya," lanjut Arham.

" Mbak Niar...,"

Arham menghela nafas, " Iya deh iya...,"

Bersamaan dengan hal itu Niar muncul dihadapan mereka.

" Niar kalau mau pergi ya udah pergi aja,"

" Benaran? gak marah kan mas?,"

Arham menjawab nya dengan anggukan.

" Tapi aku perginya sama Leo ya mas," seketika wajah Arham kembali mengguratkan ketidaksukaannya.

" Gak ada teman lain apa? Ratna, Karin kemana?," tanya Arham mendelik kesal.

" Ikut jugalah mas, jadi kita jalan berempat lagian mas gak usah curigaan gitu deh, Leo itukan sahabat aku gak pantas rasanya kalau mas cemburu sama dia." ucap Niar ikut kesal melihat wajah suaminya.

" Em ya udah silahkan...silahkan kemana saja kalian mau, aku capek dengan tingkah kamu yang seperti ini." ucap Arham geram meninggikan suaranya, kemudian ia pun pergi melangkah meninggalkan Niar dan Arvitha disana.

" Iii punya suami kok posesif bangat." geram Niar dengan kepalan tangannya.

Sekarang Arvitha sadar akan suatu hal setelah melihat semua kejadian yang baru saja terjadi di depan matanya.

Siang harinya Leo menjemput Niar, melihat Leo mencium pipi Niar, Arvitha menegak ludahnya kasar.

Tapi ia tidak boleh salah mengartikannya dulu, bisa jadi nanti ucapannya berakibat fatal.Setelah berpamitan dengan Arvitha, mobil Leo dan Niar pun melaju kencang.

" Aku boleh berpikir Mbak Niar itu selingkuh gak sih? boleh gak sih?" ucap Arvitha bertanya tanya pada dirinya sendiri.

***

" Mas udah pulang?," tanya Arvitha kemudian menyalim tangan Arham.

" Niar benaran pergi?," ucap Arham balik bertanya.

" Iya mas,"

" Sama Leo?,"

" Gak tahu mas, gak kenal,"

" Haih...sama cowok kan?," tanya Arham kembali yang diangguki oleh Arvitha.

Arham pun menghela nafasnya panjang.Kemudian ia memperhatikan Arvitha yang terlihat rapih.

" Kamu mau kemana? rapih begini?,"

Arvitha mengembangkan senyuman manisnya. " Maaf mas, Ar ada janji sama Mas Rakha."

" Ya udah, aku antar," ucap Arham segera mengambil kunci mobilnya diatas meja.

" Mas gak marah?,"

" Buat apa hum? dia pacar kamukan?," tanya Arham mendelik.

Arham tak menunggu jawaban dari Arvitha, ia hanya segera keluar dan segera masuk kedalam mobilnya.

Arvitha dibuat bingung oleh sikap tak peduli dari Arham meski begitu ia hanya nurut ikut dengan Arham.

" Aku tidak mau terlibat dengan urusan pribadimu Ar, kamu dan Rakha sudah lama kenalkan mungkin juga sebelum kenal aku, maka...lupakan yang aku tanyakan tadi pagi,lakukan apapun yang kamu mau." ucap Arham dengan wajah serius. Justru hal itu sangat menakutkan bagi Arvitha setahunnya Arham orangnya humoris tapi mengapa Arham sekarang dingun seperti ini, Arvitha bingung dibuat nya.

Setelah sampai dicafe tujuan mereka, Arham pun mengerem dan menyuruh Arvitha menemui Rakha. Meski sebenarnya Arvitha ragu, ia tetap menemui Rakha juga.

" Lama benar lu, capek gua nungguin tahu gak," ucap Rakha kemudian menyedot jusnya.

Arvitha pun duduk di depan Rakha yang terbatasi dengan meja.

" Belum sempat duduk, udah kena omel," ucap Arvitha kesal.

" Makanya yang on time dong cayang," geram Rakha mencubit pipi Arvitha gemas.

" Mas mau ngomong apa tadi?,"

Rakha tak langsung menjawab, ia mengucek hidungnya yang tiba tiba terasa gatal.

" Hac...cim.."

Arvitha segera memberikan tisu.

" Mas sakit? pilek apa gimana?," tanya Arvitha kemudian memegangi kening Rakha.

Arham yang melihatnya dari kejauhan merasakan kecemburuan.

" Bisa bisanya dia lupa sama suami," rungutnya kesal.

" Iya mas pilek, Amsterdam dingin bangat sih."

" Hah, Amsterdam? kapan mas balik? perasaan mas disini sini mulu." ucap Arvitha keheranan sembari duduk kembali dikursinya.

" Tadi malam, mas kan mimpi udah balik kesono." Tentu penuturan itu membuat Arvitha tergelak.

" Haha mimpi berasa nyata ya mas."

" Ho'oh, mimpinya kek nyata bangat, mas mimpi kamu nikah sama orang lain terus mas balik lagi ke Amsterdam, auto nangis kejer deh eh bangun bangun udah flu aja."

Ucapan Rakha justru membungkam Arvitha seketika, bagaimana caranya ia bisa mengatakan yang sebenarnya jika dalam mimpi saja sudah membuat Rakha sakit sampai dunia nyata.

" Kenapa kamu diam?," tanya Rakha saat melihat wajah sendu Arvitha.

" Gak papa mas." singkat Arvitha kemudian meminum jusnya.

Tiba tiba Rakha berdiri tepat dibelakang Arvitha kemudian mengeluarkan kalung dari gemgamannya." Happy Anniv dek"

" Mas, benarkah? kita anniv hari ini?," tanya Arvitha saat Rakha memasang kan kalung dilehernya.

" Hey...aku lagi pilek loh dek, jangan nambahin sakitku ngapa," rungutnya

" Sakit apa?" tanya Arvitha bingung.

" Sakit hati haha..,"

Kemudian Rakha membuka jaket yang ia pakai, Rakha segera menutup tubuh mungil Arvitha yang terbuka dengan jaketnya.

" Ish udah cantik cantik juga, ditutupin juga sama dia." ucap Arvitha seraya memanyunkan bibirnya.

" Ck...aneh.Pakaian terbuka gitu dibilang cantik, nanti ada saatnya setelah kita nikah baru aku boleh lihat eh maksudnya...hehe pikir ajalah sendiri.," ucap nya kemudian mengusek pucuk kepala sang pacar.

" Ish mesum..." kesal Arvitha menggeplak tangan Rakha.

Sedangkan Arham kini mengepalkan tinjunya, ia teramat geram melihat Arvitha dan Rakha yang terus bercanda dari tadi.

Bersambung

Cieee ada yang cemburu...

Jangan lupa like dan komen nya juga votenya ya gys...

Masukkan ke faforit biar gak ketinggalan cerita nya. Makasih banyak

Episodes
1 Bab.01 Menitip Benih di rahim pembantuku.
2 Bab.02 Menitip Benih di rahim pembantuku.
3 Bab.03 Menitip Benih di rahim pembantuku
4 Bab.04 Menitip Benih di rahim pembantuku
5 Bab.05 Menitip Benih di rahim pembantuku
6 Bab.06 Menitip Benih di rahim pembantuku
7 Bab.07 Menitip Benih di rahim pembantuku
8 Bab.08 Menitip Benih di rahim pembantuku
9 Bab. 09 Menitip Benih di rahim pembantuku
10 Bab. 10 Menitip Benih di rahim pembantuku
11 Bab. 11 Menitip Benih di rahim pembantuku
12 Bab. 12 Menitip Benih di rahim pembantuku
13 Bab.13 Menitip Benih di rahim pembantuku
14 Bab.14 Menitip Benih di rahim pembantuku
15 Bab.15 Menitip Benih di rahim pembantuku
16 Bab.16 Menitip Benih di rahim pembantuku.
17 Bab.17 Menitip Benih di rahim pembantuku
18 Bab.18 Menitip Benih di rahim pembantuku
19 Bab.19 Menitip Benih di rahim pembantuku.
20 Bab.20 Menitip Benih di rahim pembantuku.
21 Bab.21 Menitip Benih di rahim pembantuku.
22 Bab.22 Menitip Benih di rahim pembantuku.
23 Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
24 Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
25 Bab 25.Menitip benih di rahim pembantuku
26 Menitip benih di rahim pembantuku bab 26
27 Menitip benih di rahim pembantuku bab 27
28 Menitip benih di rahim pembantuku bab 28
29 Menitip benih di rahim pembantuku bab 29
30 Menitip benih di rahim pembantuku bab 30
31 Menitip benih di rahim pembantuku bab 31
32 Menitip benih di rahim pembantuku bab 32
33 Menitip benih di rahim pembantuku bab 33
34 Menitip benih di rahim pembantuku bab 34
35 Menitip benih di rahim pembantuku bab 35
36 Menitip benih di rahim pembantuku bab 36
37 Menitip benih di rahim pembantuku bab 37
38 Menitip benih di rahim pembantuku bab 38
39 Menitip benih di rahim pembantuku bab 39
40 Menitip benih di rahim pembantuku bab.40
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bab.01 Menitip Benih di rahim pembantuku.
2
Bab.02 Menitip Benih di rahim pembantuku.
3
Bab.03 Menitip Benih di rahim pembantuku
4
Bab.04 Menitip Benih di rahim pembantuku
5
Bab.05 Menitip Benih di rahim pembantuku
6
Bab.06 Menitip Benih di rahim pembantuku
7
Bab.07 Menitip Benih di rahim pembantuku
8
Bab.08 Menitip Benih di rahim pembantuku
9
Bab. 09 Menitip Benih di rahim pembantuku
10
Bab. 10 Menitip Benih di rahim pembantuku
11
Bab. 11 Menitip Benih di rahim pembantuku
12
Bab. 12 Menitip Benih di rahim pembantuku
13
Bab.13 Menitip Benih di rahim pembantuku
14
Bab.14 Menitip Benih di rahim pembantuku
15
Bab.15 Menitip Benih di rahim pembantuku
16
Bab.16 Menitip Benih di rahim pembantuku.
17
Bab.17 Menitip Benih di rahim pembantuku
18
Bab.18 Menitip Benih di rahim pembantuku
19
Bab.19 Menitip Benih di rahim pembantuku.
20
Bab.20 Menitip Benih di rahim pembantuku.
21
Bab.21 Menitip Benih di rahim pembantuku.
22
Bab.22 Menitip Benih di rahim pembantuku.
23
Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
24
Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
25
Bab 25.Menitip benih di rahim pembantuku
26
Menitip benih di rahim pembantuku bab 26
27
Menitip benih di rahim pembantuku bab 27
28
Menitip benih di rahim pembantuku bab 28
29
Menitip benih di rahim pembantuku bab 29
30
Menitip benih di rahim pembantuku bab 30
31
Menitip benih di rahim pembantuku bab 31
32
Menitip benih di rahim pembantuku bab 32
33
Menitip benih di rahim pembantuku bab 33
34
Menitip benih di rahim pembantuku bab 34
35
Menitip benih di rahim pembantuku bab 35
36
Menitip benih di rahim pembantuku bab 36
37
Menitip benih di rahim pembantuku bab 37
38
Menitip benih di rahim pembantuku bab 38
39
Menitip benih di rahim pembantuku bab 39
40
Menitip benih di rahim pembantuku bab.40

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!