Bab.16 Menitip Benih di rahim pembantuku.

...🌹Happy Reading🌹...

Arham mengkerut kan keningnya heran melihat wajah kusut Arvitha, kemudian ia memberikan pelukan hangat untuk Arvitha.

" Mas,hem...malu diliatin orang," ucap Arvitha segera tersenyum melepaskan pelukannya Arham darinya.

" Kamu kenapa, wajah ditekuk terus kek gitu?," tanya Arham menatap Arvitha, Arvitha menghela nafasnya panjang sembari berjalan ke arah kursi dan duduk disana sembari menatapi secarik kertas yang masih ditangannya.Arham pun mendekatinya dan mengambil kertas itu dari tangan Arvitha, ia pun membacanya.

" Tunggu disini, aku akan segera kembali!," perintah Arham sebelum berlari pergi dari sana, bahkan Arvitha belum sempat mengucapkan apa apa.

Seperginya Arham, Arvitha menatap ayahnya dari jendela kaca,lagi dan lagi air matanya mengalir lagi, membasahi pipinya.

" Maafkan Arvitha pa," lirihnya sendu.

" Dokter yang menangani Pak Fandy, Dokter Irsyan kan?,saya ingin dia tangani sekarang!," ucap Arham setelah selesai membayar semua tagihan administratif.

Akhirnya, para perawat dan seorang dokter mendorong brankar Pak Fandy ke ruang operasi.

" Loh dok, papa saya mau di pindahin kemana?," tanya Arvitha yang belum tahu -menahu.

" Kami akan membawanya ke ruang operasi, karena operasi akan berlangsung sekitar 15 menit lagi, nunggu dokter spesialis bedah datang." ucap Dokter itu segera berlalu dan para perawat lainnya.

" Alhamdulillah...," lirih Arvitha mengusap wajahnya.

***

" Huek, huek...," Di tengah kerisauannya menunggui sang ayah dioperasi, Arvitha terus merasakan mual bahkan sesekali ia juga muntah.

Arham merapihkan rambut Arvitha kebelakang dan segera memijit tengkuk Arvitha.

" Aku gak kuat lagi mas, mau muntah terus...," lirih Arvitha terlihat lemas.

" Kita pulang aja iya?," tanya Arham menatap Arvitha.

" Papa gimana?operasinya belum kelar? gimana kalau ada apa apa nanti?," ucap Arvitha balik bertanya.Akhirnya Arham hanya membawa Arvitha istirahat di bangku tunggu koridor rumah sakit, Arham menyuruh Arvitha berbaring saja, karena memang kedaannya yang sudah lemah, Arvitha pun menirut saja dan tidur berbantalkan paha Arham sang suami.

" Arvitha, jangan terlalu dipikirkan, papa kamu mudah- mudahan akan baik baik saja, inshaallah.Dan...kalau kamu tenang bayinya juga akan ikut tenang, jadi jangan nangis terus ya," ucap Arham mengelap air mata Arvitha dengan tangannya dan kemudian ia mengelus rambut Arvitha sang istri.

" Sok tahu, mas tahu darimana coba, aku yang sedih masa iya berpengaruh sama bayi?," rungut Arvitha kesal seraya mengawaskan tangan Arham dari rambutnya.Ingin rasanya Arham ketawa sekarang, tapi ia menahannya dan akhirnya ia berdehem menetralkan suasana.

" Arvitha, Arvitha.Lagi sedih aja masih sempat sempatnya kamu ngelucu, ya tahulah, mas bukan anak kecil Arvitha!," tegas Arham yang semakin membuat Arvitha kesal, ia bahkan mencubit paha Arham sangking kesalnya, sehingga membuat Arham meringis kesakitan.

" Aw sst...kok aku dicubit sih?," tanya Arham mengelus pahanya yang terasa panas oleh cubitan Arvitha.

" Abisnya, mas sok tahu sih," ucap Arvitha seraya mengusap wajahnya sendiri.Akhirnya Arham hanya bisa diam sekarang, ia malas harus berdebat dengan Arvitha apalagi dengan keadaan yang sekarang ini.

Hening.Tiada seorang pun lagi yang membuka suara.Akhirnya pelan pelan Arham memperhatikan wajah Arvitha yang tertidur menyamping masih berbantalkan pahanya.

" Tidur rupanya, pantas gak ngedumel lagi," ucap Arham sembari tersenyum dan mengelus rambut Arvitha istrinya.

Tak lama setelahnya, Dokter Irsyan datang menghampiri mereka.Setelah berjabat tangan.

" Gimana kabarmu Ham?," tanya Irsyan.

" Baik.Baik.Nanti kita bicara ya, takut ngenganggu Vitha ketiduran, " ucap Arham sembari tersenyum dan segera diangguki oleh Irsyan, kemudian berlalu dari sana.

****

Niar menghela napasnya saat ia membuka pintu kamarnya dan mendapati kamar itu kosong tanpa penghuni.Kemudian ia pun masuk ke kamarnya.

" Waktu gadis,impianku adalah menjadi seorang istri yang setia dan melayani suaminya, serta menjaga anak anaknya, tapi impian itu harus hilang saat aku menikah dengan Arham dan mendapatkan mertua yang egois.Hem terdengar aneh memang, tapi...akhirnya hal itulah yang membuang segala impian itu, aku akhirnya ikut program kb agar gak punya anak dari Arham, kalau dipikir pikir bodoh sih aku, menjadikan Arvitha sebagai maduku sendiri hanya karena ingin terbebas dari mertua egois itu.Maaf Mas Arham, aku terpaksa membohongimu selama ini, aku hanya tidak mau menjadikan anakku sebagai alat percobaan bagi mamamu." ucap Niar seraya menatapi dirinya dari pantulan cermin.

" Tapi, sekarang sepertinya kamu tidak akan mempermasalahkan hal itu, toh pada nyatanya kamu begitu cepat berpaling dan mencintai Arvitha, hem benar kata orang penyesalan itu selalu datang terlambat.Tapi buat apa,sekarang bagimu aku hanya seorang istri yang tak berguna." lanjut Niar lirih, hatinya tersayat dengan ucapannya itu sehingga membuat nya berurai air mata.

****

" Pa," ucap Arvitha bersemangat saat sang ayah perlahan membuka matanya.

Arvitha segera meraih tangan sang ayah dan menciuminya.

" Emh...kepalaku...," ringis Pak Fandy memegangi kepalanya, Arvitha segera meraih tangan satunya ayahnya lagi.

" Pa, Arvitha disini." ucap Arvitha seraya mengusap kedua tangan sang ayah.

" Arvitha...," lirih Pak Fandy memberi kode ingin memeluk putrinya itu.Arvitha pun segera memeluk sang ayah penuh rasa haru.

Beberapa jam kemudian, Pak Fandy mulai terlihat bugar bahkan ia juga sudah mulai mengajak putrinya Arvitha bercanda.

" Haha papa bisa aja, nih makan dulu," ucap Arvitha seraya mengambilkan makanan untuk ayahnya.

Tiba tiba saja, rasa mual kembali Arvitha rasakan saat mencium aroma obat- obatan yang sangat menganggu baginya.

" Huek...huek...," Arvitha segera berlalu ke arah westapel diruangan itu, Arham juga segera memijit tengkuk Arvitha.Sementara Pak Fandy kini dibuat heran oleh keadaan ini.

" Pa, makan sendiri aja ya, Arvitha gak kuat," lirih Arvitha sembari keluar dari ruangan itu,Arham juga segera mengikutinya pergi.

Beberapa saat kemudian, Arvitha dan Arham masuk kembali ke ruang rawat Pak Fandy.Pak Fandy menatapi sang putri begitu tajam.

" Papa kenapa menatapi Ar kek gitu?, seram deh," ucap Arvitha cengengesan namun juga takut.

" Arvitha, siapa orangnya?," tanya sang ayah masih nanar menatap tajam pada Arvitha.Arvitha akhirnya balik menatap nanar pada sang ayah karena bingung dengan pertanyaan seperti itu.

" Maksud papa apa?,"

" Kamu lagi mengandung kan?," tanya sang ayah kini tertunduk.Hening seketika.Kemudian Arvitha tertawa sumbang menatap sang ayah.

" Papa ngomong apa sih? ya enggaklah." ucap Arvitha tertawa kecil menutupi kenyataan.Tapi Pak Fandy sepertinya tidak sedikitpun percaya akan hal itu.

" Sembilan belas tahun papa kenal kamu Vitha, bahkan sebelum kamu lahir papa sering curhat sama kamu, papa kenal kamu nak, papa hanya perlu tahu siapa orangnya? itu saja." ucap Pak Fandy membuat Arvitha dan Arham menghela nafas panjang.

" Ar..., minta maaf pa, Ar sudah nikah tanpa ijin papa." lirih Arvitha mengusap kedua tangan sang ayah dan menatap Arham sekilas.

" Saya yang minta maaf pak,saya...," ucapan Arham itu terhenti saat Pak Fandy tersenyum dan mengelus rambut Arvitha.

" Maafkan papa nak, papa memang orang tua yang gagal menjaga kamu," lirih Pak Fandy kemudian.

" Pak, saya yang salah disini, Arvitha...," ucap Arham kembali terpotong saat Pak Fandy mengangkat tangannya seakan memberi kode agar berhenti.

" Saya hanya ingin, nikahi Arvitha kembali di hadapan saya," ucap Pak Fandy.

" Tapi pa, Ar hanya...," kembali ucapan Arvitha terpotong saat Pak Fandy tersenyum dan mengelus pipi Arvitha.

****

" Jangan gila mas, gimana dengan Mbak Niar?, Arvitha gak mau terus terusan menjadi orang ketiga diantara kalian." ucap Arvitha saat mereka masih di dalam mobil saat sudah sampai di halaman rumahnya.

" Aku tidak perlu ijin dari Niar, untuk menikahi mu bukan?," tanya Arham sembari membuka pintu mobil dan segera turun.

" Mas...," panggil Arvitha namun tak dihiraukan oleh Arham.Arham terus berjalan memasuki rumah sedang Arvitha mengejarnya di belakang.

" Mas tolong pikirkan baik baik soal ini, ucapan papa tadi hanya perlu kamu abaikan saja," ucap Arvitha menarik tangan Arham, saat Arham ingin menaiki anak tangga menghindari ocehan dari Arvitha.

" Kalau aku tidak mau, kamu mau bilang apa?," ucap Arham sembari tersenyum dan melepaskan tangan Arvitha darinya, ia pun segera menaiki anak tangga menuju kamarnya.

" Mas....!," teriak kesal Arvitha namun hanya dibalas senyuman oleh Arham.

" Sudah pulang mas?," tanya Niar saat Arham masuk kedalam kamarnya.Arham pun segera menganggukinya.

" Arvitha kenapa teriak teriak?," tanya Niar kembali namun lagi lagi Arham hanya membalasnya dengan bahada tubuh dengan mengendikkan bahunya.

" Hem,mas sepertinya memang sudah tidak peduli denganku, mas sudah benar benar menghapus aku dari kehidupan mas, dan sekarang hanya ada Arvitha." Arham menoleh pada Niar dan menghampirinya.

" Aku gak bermaksud Ni,"

" Hem, gak papa,bentar lagi juga aku akan terbiasa." ucap Niar seraya berdiri dari duduknya dan pergi berlalu dari kamar itu.

****

" Huek...huek," Arvitha sampai menangis karena terus menerus muntah yang membuat dirinya juga lemas dan lemah lunglai.

" Mas...Mbak...," lirih Arvitha kemudian berbaring di shofa sambil menunggu keduanya datang.

Niar yang baru saja dari dapur segera panik melihat keadaan Arvitha yang semakin lemas." Arvitha, kamu baik baik saja?," tanya Niar seraya merapikan rambut Arvitha yang sudah menutupi wajahnya.

" Sakit Mbak...," lirih Arvitha meringis kesakitan bahkan membuatnya enggan untuk duduk.

" Iya Mbak tahu, tapi aku harus berbuat apa untuk nolong kamu gitu?," ucap Niar semakin panik yang melihat Arvitha meringis kesakitan.Pertanyaan itu hanya dapat gelengan kepala saja dari Arvitha kemudian Arvitha meringkuk memeluk tubuhnya sendiri.

" Arvitha kenapa?," tanya Arham saat ia baru saja menuruni anak tangga.Niar hanya menggeleng kan kepalanya saja, Arham pun segera menghampiri Arvitha dan Arham seketika terkejut dengan pelukan Arvitha padanya.Arham menatap Niar namun Niar berusaha untuk tersenyum.

Sakit, jelas sakit yang Niar rasakan, tapi semua sudah terlanjur, ini permintaannya sendiri.Niar menangis dalam bathinnya hatinya sakit teriris sembilu oleh luka rasa cemburu.

" Kamu kenapa?," tanya Arham pada Arvitha tapi tatapannya tak lepas dari Niar.Arvitha segera melepaskan pelukannya." Maaf, maaf, maaf, mbak...," ucap Arvitha seketika terlihat baik baik saja, dan kini ia merasa bersalah pada Niar.

Niar tersenyum." Gak papa, aku ngerti kok, ya udah kamu istirahat sana, ku buatkan teh hangat untuk kamu," ucap Niar kemudian bergegas pergi.

Setelah kepergian Niar, Arham tergelak melihat wajah Arvitha yang ditekuk karena rasa bersalahnya." Lagian kamu ngapain peluk peluk aku? hum." tanya Arham kemudian mendapatkan tamparan dari Arvitha di lengannya.

" Gak tahu mas, tiba tiba aja gitu." rungut Arvitha memanyunkan bibirnya.

" Gak tahu kenapa, kalau dekat mas, aku baik baik saja, pantang mas ngilang bentar udah kangen aja," ucap Arvitha menjelaskan yang membuat Arham tertawa.

" Kangen? bukannya kamu malas bangat ketemu aku yah?," tanya Arham lagi.

" Jangan ge- er dulu, ini bukan aku yang kangen sama kamu, tapi bayinya yang pengen dekat dekat sama kamu terus." sela Arvitha sebelum Arham menyimpulkan ucapannya.

" Emang bisa gitu? bukannya kemaren kamu bilang gak ada hubungannya antara perasaan kamu dan bayinya?," ucap Arham kembali, Arvitha menghela nafasnya malas.

" Tau ah, capek ngomong sama mas," ucap Arvitha seraya membaringkan tubuhnya di sofa dan membuat paha Arham sebagai bantal.

" Kalau Mbak Niar datang, bilang ya." ucap Arvitha kemudian menutup matanya, sementara Arham semakin tersenyum geli.

Sementara Niar kini, menghela nafasnya panjang dan membasuh wajahnya dari air mata, kemudian ia kembali ke ruang tengah dan lagi lagi hatinya tersayat melihat Arham dan Arvitha tengah bercanda mesra.Akhirnya Niar kembali menghela nafasnya panjang.

" Hemk," deheman Niar segera membuat Arvitha duduk dan memasang wajah penuh senyum yang dibalas senyum juga dari Niar.

" Mas, aku ijin ya mas, aku ada urusan di kampung, jadi aku akan pulang besok." ucap Niar setelah memberikan secangkir teh hangat pada Arvitha.

" Urusan? soal apa Ni?," tanya Arham bingung, soalnya setahu dia Niar tidak pernah ada urusan di kampungnya.

" Gak penting juga sih mas, cuman aku pengen pulang kampung aja dulu, nanti kan aku bisa ziarahin mama papa juga." jawab Niar seadanya.

" Tapi kenapa tiba tiba?," tanya Arham lagi.

" Kalau mas gak ijinin juga gak papa kok,hem." lanjut Niar kemudian tersenyum." Aku ke kamar dulu," ucap Niar seraya berdiri dan segera pergi.

Arvitha tersenyum sembari merangkul lengan Arham." Temanin aku tidur," ucap Arvitha membawa Arham ke kamarnya.

" Mas,Mbak Niar sepertinya cemburu sama Ar ya?," tanya Arvitha mendongak menatap wajah suaminya dalam dekapan itu.

" Iya kayaknya, tapi itu bukan salah kamu, bukannya dia yang memulai kisah ini? iya kan?," ucap Arham kemudian mencium bibir Arvitha sekilas.

" Itu namanya mas egois, mas gak mikirin perasaannya Mbak Niar gimana, kalau aku jadi Mbak Niar keknya dari dulu aku udah minta talak dari mas," ucap Arvitha yang membuat Arham menatap nanar padanya.

" Mamanya mas loh...luar biasa nyelekit kalau ngomong mas, jadi kesimpulannya Mbak Niar itu sudah sabar bangat hadapin mama mertua kek gitu, kalau Arvitha ya mas, jujur aja, Ar gak suka sama mamanya mas," lanjut Arvitha menjelaskan.

" Mama gak sekejam itu juga kali Ar,yang aku tahu mama baik orangnya cuman sedikit lebih tegas." jawab Arham sembari memainkan anak rambut Arvitha.

" Hah...sepertinya mas ini memang anak mama, em maksud Ar bukan pengen mas durhaka enggak.Tapi gini mas, kalau orang tua masih suka ikut campur urusan rumah tangga anaknya, bakal ada kemungkinan rumah tangga itu akan hancur." ucap Arvitha kemudian ia mengelus pipi Arham.

" Lelaki itu meski sudah nikah memang tetap milik ibunya mas, tapi bukan berarti mas abaikan anak orang yang rela tinggalkan orang tuanya demi mas," lanjut Arvitha kemudian tangannya turun mengelus buah jakun Arham.Arham yang risih segera menepiskan tangan Arvitha darinya.

" Arvitha sungguh bijak malam ini, bagus bangat!," ucap Arham tersenyum.Kemudian ia mencubit hidung Arvitha gemas, dan mencium pucuk kepala Arvitha.

" Ish...mas dikasih tahu malah buat bercandaan sih," rungut Arvitha saat Arham berdiri dan pergi ke arah pintu untuk menguncinya.

Arham kembali ke tempat tidur dan segera memeluk Arvitha." Aku boleh jujur?,"tanya Arham yang segera diangguki oleh Arvitha.

"Aku mencintaimu Arvitha...," bisik Arham di dekat telinga Arvitha.

Bersambung...

Episodes
1 Bab.01 Menitip Benih di rahim pembantuku.
2 Bab.02 Menitip Benih di rahim pembantuku.
3 Bab.03 Menitip Benih di rahim pembantuku
4 Bab.04 Menitip Benih di rahim pembantuku
5 Bab.05 Menitip Benih di rahim pembantuku
6 Bab.06 Menitip Benih di rahim pembantuku
7 Bab.07 Menitip Benih di rahim pembantuku
8 Bab.08 Menitip Benih di rahim pembantuku
9 Bab. 09 Menitip Benih di rahim pembantuku
10 Bab. 10 Menitip Benih di rahim pembantuku
11 Bab. 11 Menitip Benih di rahim pembantuku
12 Bab. 12 Menitip Benih di rahim pembantuku
13 Bab.13 Menitip Benih di rahim pembantuku
14 Bab.14 Menitip Benih di rahim pembantuku
15 Bab.15 Menitip Benih di rahim pembantuku
16 Bab.16 Menitip Benih di rahim pembantuku.
17 Bab.17 Menitip Benih di rahim pembantuku
18 Bab.18 Menitip Benih di rahim pembantuku
19 Bab.19 Menitip Benih di rahim pembantuku.
20 Bab.20 Menitip Benih di rahim pembantuku.
21 Bab.21 Menitip Benih di rahim pembantuku.
22 Bab.22 Menitip Benih di rahim pembantuku.
23 Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
24 Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
25 Bab 25.Menitip benih di rahim pembantuku
26 Menitip benih di rahim pembantuku bab 26
27 Menitip benih di rahim pembantuku bab 27
28 Menitip benih di rahim pembantuku bab 28
29 Menitip benih di rahim pembantuku bab 29
30 Menitip benih di rahim pembantuku bab 30
31 Menitip benih di rahim pembantuku bab 31
32 Menitip benih di rahim pembantuku bab 32
33 Menitip benih di rahim pembantuku bab 33
34 Menitip benih di rahim pembantuku bab 34
35 Menitip benih di rahim pembantuku bab 35
36 Menitip benih di rahim pembantuku bab 36
37 Menitip benih di rahim pembantuku bab 37
38 Menitip benih di rahim pembantuku bab 38
39 Menitip benih di rahim pembantuku bab 39
40 Menitip benih di rahim pembantuku bab.40
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bab.01 Menitip Benih di rahim pembantuku.
2
Bab.02 Menitip Benih di rahim pembantuku.
3
Bab.03 Menitip Benih di rahim pembantuku
4
Bab.04 Menitip Benih di rahim pembantuku
5
Bab.05 Menitip Benih di rahim pembantuku
6
Bab.06 Menitip Benih di rahim pembantuku
7
Bab.07 Menitip Benih di rahim pembantuku
8
Bab.08 Menitip Benih di rahim pembantuku
9
Bab. 09 Menitip Benih di rahim pembantuku
10
Bab. 10 Menitip Benih di rahim pembantuku
11
Bab. 11 Menitip Benih di rahim pembantuku
12
Bab. 12 Menitip Benih di rahim pembantuku
13
Bab.13 Menitip Benih di rahim pembantuku
14
Bab.14 Menitip Benih di rahim pembantuku
15
Bab.15 Menitip Benih di rahim pembantuku
16
Bab.16 Menitip Benih di rahim pembantuku.
17
Bab.17 Menitip Benih di rahim pembantuku
18
Bab.18 Menitip Benih di rahim pembantuku
19
Bab.19 Menitip Benih di rahim pembantuku.
20
Bab.20 Menitip Benih di rahim pembantuku.
21
Bab.21 Menitip Benih di rahim pembantuku.
22
Bab.22 Menitip Benih di rahim pembantuku.
23
Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
24
Bab.24 Menitip Benih di rahim pembantuku
25
Bab 25.Menitip benih di rahim pembantuku
26
Menitip benih di rahim pembantuku bab 26
27
Menitip benih di rahim pembantuku bab 27
28
Menitip benih di rahim pembantuku bab 28
29
Menitip benih di rahim pembantuku bab 29
30
Menitip benih di rahim pembantuku bab 30
31
Menitip benih di rahim pembantuku bab 31
32
Menitip benih di rahim pembantuku bab 32
33
Menitip benih di rahim pembantuku bab 33
34
Menitip benih di rahim pembantuku bab 34
35
Menitip benih di rahim pembantuku bab 35
36
Menitip benih di rahim pembantuku bab 36
37
Menitip benih di rahim pembantuku bab 37
38
Menitip benih di rahim pembantuku bab 38
39
Menitip benih di rahim pembantuku bab 39
40
Menitip benih di rahim pembantuku bab.40

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!