...🌹Happy Reading 🌹...
Arvitha meraba lehernya dan kemudian meraba bibirnya, ia sedikit tersenyum mengingat kejadian tadi malam.
" Arvitha, jika aku melakukannya kamu tidak akan marah kan?," ucap Arham menanyai kesiapan Arvitha.
Arvitha terdiam mematung ditempat duduknya. Sementara Arham terus menatapi dirinya.Hingga akhirnya ia mengangguk,Arham berterimakasih kemudian ia menggemgam tangan Arvitha.
Arham dan Arvitha sudah mencoba untuk saling pasrah dengan keadaan ini.Akhirnya Arham membawa Arvitha berbaring dalam dekapannya, berbeda dengan malam sebelumnya kali ini Arham benar benar memperlakukan Arvitha dengan lembut.
Arham mulai mencium kening Arvitha kemudian pucuk kepala sang gadis ,Setelahnya ia sengaja mengungkung gadis itu dibawah tubuh tegapnya.Desir darah Arvitha mulai panas diperlakukan seperti itu oleh Arham, jantungnya bahkan sudah tidak berdetak dengan normal.
Sedangkan Arham semakin memperdalam ciumannya keceruk leher Arvitha, hembusan nafasnya semakin membuat Arvitha merasakan hawa panas dingin yang kian menyiksanya.
"Udah siap?,"tanya Arham setelah ia melepaskan adu bibir dengan Arvitha,Arvitha hanya mampu mengangguk sekarang.
Arham pun melepaskan pakaiannya satu persatu hingga menjadikannya polos dihadapan gadis itu.
" Tuan,tolong pelan pelan ya," pinta Arvitha pelan saat Arham melepas pakaiannya satu persatu.Arham tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya tersenyum kemudian kembali menciumi bibir ranum milik Arvitha.
Hingga terjadi lah hubungan suami istri itu.
***
" Tuan,bangun...udah siang itu," ucap Arvitha membangunkan Arham yang masih pulas dalam tidurnya.
Arvitha kemudian mengulas senyum seraya mengelus rambut Arham suaminya itu.Namun karena Arham memang masih enggan membuka matanya, akhirnya Arvitha memilih keluar dari kamar itu.
Setelah kepergian Arvitha,Arham mengulas senyum dibibirnya seraya membuka matanya rupanya tadi ia sudah bangun hanya saja ia malu untuk menatap gadis itu karena kejadian tadi malam.
Arham mengendap endap keluar dari kamar Arvitha,bak maling yang takut ketahuan ia takut bila harus bertemu dengan Arvitha, bukan takut sebenarnya tapi malu.Melihat keadaan sekitar sepi senyap Arham buru buru keluar dari kamar itu dan segera berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.
***
"Ini kopinya Tuan," ucap Arvitha seraya meletakkan secangkir kopi di meja makan itu, Arham hanya berdehem tanpa menoleh pada Arvitha sedikit pun.
"Mas kenapa?,"tanya Niar melihat gelagat suaminya itu.
" Gak papa,"ucap Arham secepatnya sembari berdiri"Aku duluan ya," lanjut Arham segera melenggang dari sana.
" Mas Arham kenapa Ar?,"
" Hah?,"Arvitha melongo kenapa juga ia yang ditanyakan soal Arham kan yang istrinya itu Niar." Aneh," bathin Arvitha merungut.
" Gak tahu Mbak," jawab Arvitha singkat.
***
" Bego, bego, gak bisa rasanya menatap Arvitha sekarang, yang ada cuma malu berkepanjangan," rungut Arham seraya memasang jam tangannya, eh tahu tahunya Arvitha malah kesal sendiri melihat Arham yang lama bangat dalam berdandan.
" Ampun dah Tuan, lama bet, sini Arvitha bantu," ucap Arvitha seraya menarik tangan Arham, sedangkan Arham dibuat melongo seketika.Dengan telaten Arvitha membantu Arham bersiap mulai dari mengancingkan kancing pergelangan kemeja Arham, memasangkan dasi sampai menyisir rambut Arham.
" Nah kan, kalau udah kek gini ganteng gak ada dua," ucap Arvitha seraya tertawa kecil.
" Jadi pengen benaran nikah haha...dulu tuh Arvitha mengkhayal kalau ntar punya suami, Arvitha yang akan menyiapkan semua perlengkapannya,"lanjut Arvitha tersenyum membalikkan badannya seakan khayalan nya dulu itu sudah tercapai.
Arham pun ikut tersenyum mendengar cerita Arvitha, ia bahkan tidak bisa menyangkal jika hatinya mungkin mulai menaruh rasa pada Arvitha, entah itu perasaan cinta atau hanya perasaan kagum Arham juga tidak tahu, yang pasti ia merasa mendapatkan sesuatu yang tidak ia dapatkan dari Niar istrinya.
" Kamu sudah berada di fase khayalan itu Ar," lanjut Arham tersenyum membuat Arvitha menghadap kearahnya.
" Sayangnya Tuan bukan suami aslinya Ar hem, ya udah Tuan berangkat gih ntar telat lagi," ucap Arvitha seraya menyalim tangan Arham yang kini menjadi suaminya.
Arham tertawa kecil mendengar ocehan dari gadis kecil yang sudah menjadi istrinya itu kemudian ia pun mengelus pucuk kepala sang gadis.
"Sudah siap Mas, ayok berangkat!," ucap Niar yang baru saja menuruni anak tangga.
Arham dan Niar pun masuk kedalam mobil masing masing, sedangkan Arvitha tinggal seorang diri.Ia melambaikan tangannya saat keduanya sudah menancap gas masing masing.
" Ya Allah...jangan sampe aku baperan dengan tatapan Tuan Arham,"ucap Arvitha kemudian menghela nafas sebelum akhirnya ia masuk kembali kedalam rumah.
Arvitha masih sendirian, ia mengerjakan pekerjaannya sebagai pembantu dirumah ini.Mulai dari menyapu, ngepel, nyuci baju, hingga melap piring yang sudah ia cuci.
" Ah...mau mati, capek," lirih Arvitha sembari merebahkan tubuhnya di sofa.
Ting tong
Suara bel rumah itu, membuat Arvitha menghela nafasnya panjang kemudian melangkahkan kakinya yang sudah terasa lemas.
" Walaikumsalam,"jawab Arvitha seraya membukakan pintu.
" Niar dan Arham ada?," tanya wanita paruh baya yang sudah tidak asing lagi bagi Arvitha.
" Mereka sudah kekantor nyonya," jawab Arvitha.
Wanita yang terlihat masih cantik diusianya itu kemudian masuk tanpa Arvitha suruh, ia duduk di sofa sembari memperhatikan seisi rumah ini, seakan akan Arvitha tidak becus membersihkan rumah.
" Ambilkan saya minuman,"
" Iya nyonya, maap lupa tadi," ucap Arvitha meminta maaf kemudian melenggang dari sana.Di dapur Arvitha menarik dan membuang napasnya dalam dalam.
" Kuatkan mentalmu Ar," ucap Arvitha lirih seraya menuangkan air panas kedalam teko kecil kemudian ia pun menambahkan gula dan teh lalu mengaduknya perlahan.
" Kamu sudah melap isi lemari ini?," tanya Nyonya Erin saat Arvitha baru saja sampai dengan teh hangat yang ia bawakan.
" Sudah nyonya,"jawab Arvitha menunduk.
" Hem masih berdebu, ulangi!,"perintah Nyonya Erin yang segera diiyakan oleh Arvitha.
Arvitha segera mengambil handuk kecil untuk melap kembali isi lemari hias itu.
" Sebelumnya apa kamu tidak berniat menyeduhkan teh nya terlebih dulu," ucap Nyonya Erin lagi yang seketika membuat Arvitha keringat dingin.
" Mampus, pakek lupa lagi," rungut Arvitha dalam hati.Ia pun segera menyeduhkan teh tersebut kedalam cangkir.
" Anak gadis itu harus anggun, apa kamu tidak bisa lebih anggun sedikit?,"
Arvitha benar benar dibuat kesal dengan ini tapi ia harus sabar dan lebih sabar lagi menghadapi mamanya Arham ini.
Arvitha tersenyum kemudian menuangkan air teh tersebut dengan anggun bak princes di negri dongeng.
Bersambung
Jangan lupa like dan komen nya.juga votenya ya
masukkan faforit biar gak ketinggalan cerita nya. Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
ᴳᴿ🐅ᴹᴿˢ᭄𝕬ⁿᶦᵗᵃₚᵣₐ𝒹ᵢₜₐ🤎𝓰ₐₙⱼi
cinta datang krn terbiasa
begitu jg hubungan Ervita dan Arham
2023-05-16
2
🍁𝐀ⁿᶦ𝐍❣️💋🄿🄰🅂🄺🄰🄷👻ᴸᴷ
sabaarr..... sabaarr
2023-05-12
1