🌹Happy Reading 🌹
"Aku minta maaf Arvitha, ini semua karena aku, maafkan aku" ucap Arham nampak sedih.Arvitha hanya bisa mengangguk saja, rasanya benar benar sakit baginya telah menyakiti Rakha sang pujaan.
Arvitha masih saja menangis hingga akhirnya Niar memeluknya. " Em...lagian nanti cepat lambatnya juga Mas Rakha bakal tahu juga kan, dan sekarang tanpa perlu kamu ucapkan dia sudah tahu bukannya itu lebih baik ya, udah Arvitha jangan nangis lagi, ingat loh sekarang kamu lagi hamil, ada kehidupan lain dirahim kamu jadi semangat lagi yah, jangan nangis terus ntar kalau kamu depresi gimana? hum..." ucap Niar tersenyum kemudian ia pun mengelus pucuk kepala Arvitha.
" Ada Mas Arham yang kedepannya akan menjaga kamu bukan?, ya udah aku keluar dulu," lanjut Niar kemudian menatap Arham seakan memberi kode agar menyemangati Arvitha. Niar pun akhirnya keluar dari kamar itu.
Arham menghampiri Arvitha perlahan, ia pun meraih wajah Arvitha. " Tatap aku Ar," ujarnya mengangkat dagu Arvitha. Arvitha pun menatapnya dan Arham segera mengulas senyum.
" Terkadang manusia harus sampai pada titik KEHILANGAN agar dia tahu adanya kasih sayang dan kesetiaan dan juga pengorbanan"ucap Arham kemudian mengelap air mata Arvitha dengan tangannya.
" Aku tahu kamu dan Rakha saling mencintai makanya sangat sakit yang kamu rasakan saat ini, " lanjut Arham.
Arvitha memeluk Arham." Benar mas, setelah kehilangan barulah aku sadar betapa cinta dan sayangnya Mas Rakha pada Arvitha, tapi sayang selama ini Arvitha hanya mencukinya saja."
" Maafin aku Ar," lirih Arham seraya mengusek pucuk kepala Arvitha.Tiba tiba nada dering ponsel Arvitha mengalihkan atensi mereka.
Arvitha pun segera menjawab panggilan telepon tersebut. " Beb, gua udah nemu ide buat mutusin Rakha." ucap Aleea disebrang sana.
" Terlambat, Mas Rakha udah putusin Ar tadi hum..." ucap Arvitha menghela nafasnya panjang kemudian menutup panggilan tersebut.
Setelah Arvitha merasa tenang, Arham baru bertanya soal kehamilan Arvitha.
" Iya mas, katanya udah 2 minggu." ucap Arvitha tersenyum.
" Selamat ya mas, mas akan jadi ayah," lanjut Arvitha yang segera dapat pelukan dari Arham.
Arham begitu senang mendengar kabar itu sampai sampai ia meneteskan air mata haru, ia terus menciumi pucuk kepala Arvitha seraya berucap terima kasih.Tak pernah ada dalam pikirnya khayalan dan impiannya yang akan memiliki momongan akhirnya terbalas meski bukan dari Niar istrinya.
Arvitha tak menyangka Arham begitu apresiasi dengan kehamilannya, Arvitha juga merasa senang melihat wajah haru bahagia sang suami.
***
Pagi pagi sekali Niar sudah mempersiapkan sarapan, bahkan sanking senangnya ia sempat melantunkan lagu tanda ia sedang bahagia.Bahagia dengan kehamilannya Arvitha, tentu saja karena itu adalah impiannya, impian memiliki bayi akan segera terwujud hanya menunggu beberapa bulan kedepan saja.
Sanking bahagianya, ia juga parnoan saat melihat Arvitha banyak bergerak sepeeti saat pagi ini ia sudah melihat Arvitha sedang membereskan rumah.
" Arvitha, no no...kamu kan lagi hamil, jadi tolong ya mulai sekarang gak usah kerjain pekerjaan rumah lagi, biarkan saja ntar aku yang bereskan oke.Soalnya terlalu beresiko buat kamu dan babynya." ucap Niar membawa Arvitha duduk di sofa.
" Mbak, Arvitha cuma hamil bukan sakit parah, gak papalah...," ucap Arvitha seraya berdiri ia meraih sapunya kembali tapi segera dilarang oleh Niar.
" Aku suka parnoan, kalau menyangkut ini Ar, soalnya...keingat dulu waktu aku keguguran," ucap Niar dengan wajah yang seketika sendu.
" Ya allah Mbak, maaf ya...Ar gak tahu...,"
" Gak papa," ucap Niar kemudian memeluk Arvitha. Kemudian ia pun merangkul Arvitha kekamarnya.
" Ish nih Mas Arham kebo bangat setelah nikah sama kamu Ar," kesal Niar saat melihat Arham yang masih tertidur pulas.
Arvitha hanya bisa menggeleng tersenyum menanggapinya.
" Mas....jam 8 itu, gak ke kantor apa?," tanya Niar menggoyang goyangkan lengan Arham. Tentu daja Arham terjaga dibuatnya.
" Jam berapa?," tanya Arham perlahan membuka matanya.
Niar tak menjawab pertanyaan itu, ia hanya memperlihatkan jam tangan Arham yang masih terpasang.
Arham segera bangkit melihat jam yang sudah menunjukkan jam 8.02, ia juga mencium pipi Niar kemudian tersenyum, sedang Niar nampak manyun kesal dengan tingkah Arham.Sebelum keluar dari kamar itu, Arham juga menyempatkan mengusek pucuk kepala Arvitha yang membuat Arvitha tersipu malu.
***
Seperginya Arham, Niar menjaga Arvitha dengan sangat hati hati.
" Dulu waktu aku hamil, tidak ada seorangpun yang peduli sama aku, Mas Arham lebih percaya sama mamanya dibanding aku, dia gak percaya aku bilang aku hamil bahkan Mas Arham ikut menyudutkan aku dikeluarganya sampai tiba saat aku keguguran barulah Mas Arham menyesali tapi alhamdulillah sekarang Mas Arham lebih baik, dia udah lebih peka dibanding dulu." ucap Niar menceritakan kisahnya baru baru menikah dengan Arham.
" Jadi...sebenarnya Mbak itu gak mandul?," tanya Arvitha yang segera diiyakan oleh Niar.
" Karena keguguran itu memaksa aku untuk menutup rahim hem terpaksa demi nyawaku waktu itu, Mas Arham yang membuat keputusan itu." ucap Niar menghela napasnya.
" Tapi gak tahunya, ternyata drama keluarga kejam Mas Arham belum selesai, sudah jelas mereka tahu rahimku ditutup tapi mereka malah memaksaku untuk melahirkan keturunan Mas Arham."
" Kasihan Mbak, apa segitu kejamnya keluarga Mas Arham?," tanya Arvitha segera mendapatkan anggukan dari Niar.
" Kamu tahu, papanya Mas Arham itu geng mafia," ucap Niar berbisik pelan sontak hal itu membuat Arvitha shok.
" Heem, makanya,kita dibuat kayak boneka di keluarga mereka, hem kalau tahu dari awal mungkin aku juga menolak pinangan Mas Arham, tapi udah terlanjur mau gimana lagi." lanjut Niar menggendikkan bahunya.
Seperti sebuah bagi ancaman bagi Arvitha mendengar curhatan majikannya itu.
****
Arham memeluk mesra Arvitha yanpa sadar sepasang mata tengah menatap nanar pada mereka.Cemburu Niar cemburu melihat Arham bermanja manja dengan Arvitha. Ia tak sanggup lagi melihatnya ia pun membalikkan badannya dan kembali kekamarnya.
Arham membaringkan tubuhnya di sofa itu dan menjadikan pa ha Arvitha sebagai bantal.
" Mmas..." cicit Arvitha, takut bila Niar melihatnya dan akan sakit hati.
" Gak papa Arvitha, aku cuma mau baringan sebentar saja," ucap Arham segera menutup matanya.
Tak bisa dipungkiri menatap wajah Arham sedekat ini membuat Arvitha dag dig dug, bahkan anggota tubuhnya tidak mampu menutupi rasa gugupnya.
Arham tertawa kecil melihat wajah Arvitha yang merah padam bak udang rebus.Pada saat yang sama Niar menghampiri keduanya menggabungkan diri.
" Cih manja bangat dah mas,udah mau punya anak juga," sindir Niar yang membuat Arham segera duduk.
Disaat yang seharusnya tak canggung malah membuat ketiganya merasa canggung, suasana pun jadi hening seketika sampai ....
" Mungkin memang ku cinta mungkin memang kusesali...,"
" Hp Arvitha, mohon maaf Ar kekamar dulu," ucap Arvitha segera pamit undur diri.
" Aku sadar aku siapa mas, tapi apakah kamu harus begitu didepan ku?," tanya Niar menatap nanar penuh keseriusan pada Arham.
Arham dibuat bingung harus dengan jawaban apa dia menjawab, takut bila Niar semakin sakit.
" Sebenarnya kita ini suami istri apa bukan mas?, untuk apa sebenarnya kita tetap memperjuangkan hubungan ini bila nyatanya kamu sendiri sudah tidak mampu menjaga hati, Arvitha hanyalah rahim sewaan mas bukan istrimu!," ucap Niar kemudian bergegas dari sana.
Arvitha yang mendengar hal itu mengelus dada, " Ya allah ...kenapa jadi seperti ini?,"
Bersambung
Jangan lupa like dan komen nya juga votenya ya gys.
Masukkan ke faforit biar gak ketinggalan cerita nya. Makasih banyak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments