Aloysius mengemasi pakaiannya ke dalam koper. Dia sudah mengambil keputusan untuk tidak tinggal bersama dengan orang yang telah membuat kebahagiaannya sirna. Semakin lama memijakkan kaki di tempat yang sama dengan Lindsay, maka hanya ada luka yang dirasakan.
“Wanita tidak bisa memahami perasaanku,” gumam Aloysius seraya mengunci koper setelah semua barang yang akan dibawa sudah masuk semua.
“Sama halnya denganmu yang tidak memahami perasaan wanita.” Tiba-tiba ada suara yang menyahut dari arah pintu.
Aloysius otomatis menengok ke arah orang itu. Dia menatap malas. Lindsay sudah berdiri di sana. Entah sejak kapan. “Aku malas berkomunikasi denganmu.”
Menurunkan koper, Aloysius menggeret keluar kamar dan tidak memperdulikan Lindsay lagi. Dia terus bergerak menuju tangga dan turun ke lantai satu.
“Mau kabur dari masalah?” tanya Lindsay. Dia menarik tangan pria itu supaya berhenti bergerak.
“Ck!” Aloysius berdecak kesal. “Aku tidak ada urusan lagi denganmu. Kabur maupun tidak, kau tak perlu ikut campur!” Dia kibaskan tangan hingga cekalan wanita itu terlepas.
“Pergi ke mana? Setidaknya aku tahu tujuanmu. Jadi, jika semua orang bertanya dan mencarimu, tidak kesusahan.”
Aloysius menggeleng, untuk apa memberi tahu? Dia ingin pergi tanpa pamit supaya semua merasakan kehilangan. Itu pun kalau ada yang peduli. “Untuk apa kau pulang? Menyusul anak tirimu? Atau mau menggodaku karena sekarang suamimu sedang babak belur dan tidak tampan lagi?” Bibirnya amat sulit mengeluarkan kata-kata yang lembut, akibat hati yang diselimuti oleh kebencian walau masih ada setitik rasa yang berusaha dorong pergi.
“Daddymu yang meminta aku supaya pulang saja. Dia khawatir denganmu, meski kondisinya juga sedang tidak baik-baik saja.”
“Cih! Sampaikan pada suamimu itu. Tidak perlu memperdulikan anak pertamanya, karena dia yang sudah menghancurkan segala kebahagiaanku!” Berhadapan dengan Lindsay selalu membuat Aloysius bergejolak. Dia tak bisa terus menerus begitu, maka lebih baik menjauh saja.
Melanjutkan niatnya untuk pergi, Aloysius tak lagi mendengarkan perkataan wanita yang memintanya untuk tetap tinggal. Dia masuk ke dalam mobil, lalu membelah jalanan Kota Helsinki menuju bandara. Negara itu tidak ramah untuk hati dan perasaannya.
...........
“What the fuckk!” umpat Aloysius. Dia kesal bukan main saat mengurus kepergian ke bagian imigrasi bandara, tapi ditolak. Katanya masuk ke dalam daftar orang yang dilarang keluar dari negara Finlandia.
Aloysius keluar lagi dari bandara dengan wajah kesal. “Hanya ingin hidup damai sendiri saja dipersulit.”
Dia tahu siapa yang membuat ulah seperti itu. Tentu kakeknya. Untuk saat ini dugaan terarah ke sana. Maka, sekarang mobil pun melesat cepat ke arah mansion si paling tua di keluarga besarnya.
Menutup pintu kendaraan dengan kasar setelah sampai. Aloysius masuk begitu saja tanpa hambatan. “Grandpa?!” Ia berteriak hingga suara menggema di seluruh ruangan.
“Kenapa?” Orang yang dicari muncul dari lantai dua.
“Kau memasukkan aku ke dalam daftar orang yang dilarang keluar dari negara ini?”
“Ya,” jawab Davis santai seraya turun untuk melihat kemarahan sang cucu.
“Kenapa lakukan itu? Bukankah aku sudah mengatakan ingin pergi? Untuk apa dihalangi?”
“Kau pergi dalam keadaan marah, pikiran kacau. Bagaimana bisa aku melepaskan cucu ke luar negeri sendirian seperti itu? Memangnya bisa menjamin kalau kau tidak akan bunuh diri atau membuat onar di negara lain?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ney Maniez
🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-12-01
0
Nasriati Bakri
alo itu wlop tdk bisa komitmen dg pernikahan tp setidaknya menikahlah dg lindsay biar daddy dal tdk menikah lg.
2023-06-06
1
qian maulana
kakek davis aq suka gayamu
2023-06-02
1