Part 4

Lindsay Novak, wanita berusia dua puluh enam tahun. Sosok yang sulit Aloysius sebutkan pernah berperan sebagai apa dalam hidupnya. Kekasih? Bukan. Teman? Tapi hubungan mereka di masa lalu tak sekadar teman biasa. Istri? Belum dinikahi. Rumit.

Hubungan mereka tidak pernah diketahui oleh siapa pun karena dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Aloysius pernah dekat dengan Lindsay. Itu dahulu, dimulai sekitar empat tahun lalu mereka kenal, saat acara wisuda dan kebetulan party di club malam yang sama. Karena kala itu tingkat keingintahuan akan hubungan intim dengan lain jenis amat kuat, keduanya pun sempat menjadi pemuas satu sama lain. Bisa dikatakan sudah tahu bagaimana rasa tubuh Lindsay, begitu juga sebaliknya, mereka berdua sama-sama baru pertama kali itu.

Mulai dari kejadian tersebut, Aloysius menjadi dekat dengan Lindsay. Kalau ingin keluar dan tidak mau sendiri, dia hubungi wanita itu untuk menemani. Sedang sendirian tapi butuh teman, Lindsay juga yang akan ia datangi. Apa pun masalahnya, selalu orang sama yang akan dicari.

Hubungan mereka di masa lalu bisa dikatakan sangat dekat. Aloysius bahkan ketergantungan dengan Lindsay. Tapi, tidak jelas, hanya hubungan tanpa status. Pria itu tak pernah memberi kepastian apa pun karena merasa bahwa jalinan seperti itu sudah cukup puas.

Selama dekat bertahun-tahun, mereka tidak pernah bertengkar, bahkan konflik pun tak ada. Mungkin menyadari bahwa hubungan yang tak jelas itu tidak bisa mengatur atau memiliki hak untuk marah seandainya ada sesuatu yang kurang pas dirasakan.

Lindsay juga tidak menuntut untuk diberikan kejelasan. Jadi, Aloysius terus menjalani kehidupan sehari-hari seperti biasa.

Aloysius sangat senang hubungan tanpa status karena menurutnya lebih bebas dan tidak terikat pada satu orang saja. Walau kenyataannya selama itu hanya ada Lindsay yang selalu menjadi nine one one—kontak darurat.

Mau bercinta, dimasakkan sesuatu, minta pijit, tidur ada yang memeluk, menemani saat bekerja keluar, segala apa pun Aloysius bisa menghubungi Lindsay dan wanita itu selalu ada untuknya. Jadi, hubungan jelas buat apa kalau dia bisa mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan tanpa perjuangan.

Namun, semua itu tidak terjadi seterusnya. Satu tahun lalu, Lindsay tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Bahkan sudah coba dicari pun Aloysius tidak menemukan. Dan sekarang sosok yang dia nanti selama ini muncul lagi ke permukaan, tapi dengan status yang amat tidak disukai. Calon istri baru daddynya?

Mengingat hal itu, Aloysius membawa Lindsay ke kamarnya supaya tidak ada satu orang pun bisa mendengar pembicaraannya. Dia tendang pintu hingga tertutup rapat dan mengunci, lalu mendorong tubuh wanita itu hingga terduduk di ranjang.

“Apa maksudmu menghilang selama ini dan sekarang mau menikah dengan daddyku?” tanya Aloysius. Dia mencengkeram rahang Lindsay dan mendongakkan kepala wanita itu. “Kenapa tidak sekalian kau menghilang selamanya? Mati saja kalau perlu!” Belum juga pertanyaan pertama dijawab, sudah berdialog lagi saja pria itu.

“Ini hidupku, segala apa pun keputusan yang dibuat adalah terserah aku. Memangnya apa hakmu mengatur dengan siapa aku harus menikah?” Lindsay memukul tangan Aloysius supaya melepaskan rahangnya. Pria itu benar-benar nampak mengerikan, seperti orang kesetanan dan ingin memakannya hidup-hidup.

“Jelas aku ada hak karena kau berani masuk ke dalam kehidupan rumah tangga orang tuaku!” Aloysius melepas cengkeramannya karena melihat Lindsay mulai berdesis. “Batalkan rencana pernikahan itu!” titahnya kemudian.