Lindsay menghela napas sembari memejamkan mata. Dia tidak bisa menghadapi orang yang tengah emosi dengan amarah juga. Bisa-bisa seisi kamar itu pecah semua kalau ia ikut membentak dengan suara tinggi. Jadi, wanita itu menegakkan posisi duduk, melipat dua tangan di dada, dan kaki kanan menyilang di paha kiri. Dia juga bisa marah, tapi setidaknya lebih elegan daripada Aloysius.
“Beri aku alasan kenapa harus membatalkan pernikahan dengan daddymu?” tanya Lindsay tanpa ada sorot mata takut sedikit pun. Ini adalah kali pertamanya tahu dan melihat betapa mengerikan Aloysius, pria yang entah dikategorikan sebagai mantan apa karena terlalu tak jelas hubungan mereka di masa lalu.
“Alasan?!” teriak Aloysius. Telunjuknya menyentuh pelipis wanita itu dan mengetuk beberapa kali dengan sedikit ditekan. “Sudah jelas dia adalah suami orang, apa lagi itu adalah orang tuaku. Apa kau tidak bisa berpikir dengan otakmu, ha?!” Gemas sekali rasanya, dia toyor kening Lindsay hingga wanita itu terlentang di ranjang.
“Tahu, sangat paham kalau dia adalah orang tuamu. Lantas, kenapa kau sangat marah?” Lindsay kembali menegakkan duduk, dia tidak mau menunjukkan sisi takut walau Aloysius sejak tadi menggunakan amarah. “Mommymu saja diam dan tidak protes,” imbuhnya.
“Dia sedang kritis di rumah sakit, Bangs—” Aloysius tak menyelesaikan kalimat terakhir dengan sempurna. Mengepalkan tangan, mengangkat ke udara dan sudah ingin meninju wajah Lindsay. Tapi, saat melihat wanita itu memejamkan mata, niat itu diurungkan, dia berjalan ke arah dinding, lalu memukulkan kepalan tangan ke tembok yang keras itu. “Setan ...! Kenapa harus daddyku yang kau nikahi, sialan!” Meluapkan rasa kesal, kecewa, frustasi, dan segala perasaan campur aduk ke dinding yang tak memiliki kesalahan apa pun.
“Lalu, siapa lagi yang harus ku nikahi? Kau? Memangnya mau?” Lindsay menarik sebelah sudut bibir sinis saat Aloysius menatap ke arahnya.
Lindsay tahu betul kalau pria itu tidak menyukai hubungan serius dan mengikat. Lebih senang jika semua berjalan tanpa ada kejelasan, yang penting sama-sama nyaman.
Alasan kenapa Lindsay memilih untuk pergi dari kehidupan Aloysius juga karena itu. Dia lelah hanya dijadikan wanita yang dihubungi saat butuh saja. Komunikasi mereka selama dekat pun tidak ada yang romantis, berkabar juga jarang. Ia merasa kalau kehidupannya terlalu dianggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh pria itu.
Memang Lindsay akui kalau salah juga. Dia terlalu murahan karena mau melakukan apa pun yang Aloysius minta saat itu. Naif, berpikirkan suatu hari nanti akan dinikahi. Tapi, setelah ia tahu jika pria itu bukan sosok yang suka menjalin hubungan serius, lebih baik mundur sebelum hatinya kian runtuh.
Kesalahan Lindsay adalah tidak pernah membuat batasan dalam berhubungan bersama Aloysius. Seharusnya seorang wanita menetapkan hal-hal apa saja yang boleh diberikan dan lakukan pada lawan jenis. Teman, kekasih, dan suami, harus ada perbedaannya dalam memperlakukan.
“Untuk apa menikah? Jika kau mau memutuskan pernikahan dengan daddyku, kau bisa menjalin hubungan lagi bersamaku. Kita nikmati masa-masa seperti saat itu.” Sesuai dugaan, Aloysius memang agak keparat kalau menyangkut hubungan serius.
Lindsay tersenyum miris. “Bersama daddymu ku rasa lebih menarik daripada hidup denganmu.” Dia berdiri dan menatap sinis pria yang masih memandangnya dengan tatapan mengerikan. “No negotiations, empat minggu lagi kami menikah. Berkas sudah didaftarkan.”
Kaki Lindsay bergerak menuju pintu. Lebih baik keluar daripada menghadapi seseorang yang tengah marah. “Sampai bertemu lagi, calon anak tiriku.” Tangannya melambai. Tapi, di mata Aloysius terkesan mengejek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
HNF G
hahaha.... bego banget si alo, gak nyadar kl lg kena prank bokapnya sm linsay
2023-12-29
2
Ney Maniez
😲😲
2023-11-30
0
Reina (ira anggraeni)
yaelahhh di halalin,,, sama di haramin yaa pilih di halalin donkkk bangggg,,, ko abang oneng yaa,,, neng Lindsay pinter lahhh😅😅😅
2023-07-24
1