“Menikah?” Aloysius kembali berdiri, mendekatkan tubuh pada tembok supaya jaraknya dengan Lindsay lebih dekat. “Kenapa sekarang isi pikiranmu jadi pernikahan terus? Sebelumnya kau tidak pernah membahas tentang itu, dan hubungan kita baik-baik saja, kan?”
“Lantas, apa yang akan kau janjikan padaku jika aku membatalkan pernikahan?” Lindsay melipat kedua tangan di dada. Dia tidak mau terkesan lemah, mudah dihasut, dan tak berpendirian. “Harus ada harga yang ku dapatkan dari semua itu.”
Udara dingin rasanya membuat Aloysius sulit menghirup banyak. Ditambah sikap Lindsay yang sekarang terkesan membatasi diri. Dia mendekat, tubuh sampai mendempel pada batas tembok supaya bisa lebih dekat lagi dengan wanita itu.
Kedua tangan Aloysius terangkat, berhasil meraih pipi Lindsay. Ia belai wanita yang selalu menghantui pikirannya. “Kita hidup seperti dulu lagi. Cukup selalu bermesraan setiap saat. Tidak perlu menikah, itu terlalu mengikat dan banyak janji di dalamnya. Aku ... tidak senang ada ikatan yang membelenggu kebebasan. Juga terlalu rumit kalau sudah suami istri, akan banyak pertengkaran, adu mulut, dan permasalahan lain.” Matanya sangat memancarkan aura penuh permohonan. “Kembali ke masa-masa tiga tahun lalu, ya? Hidup bersamaku tanpa ada konflik. Begitu saja sudah cukup nyaman, bukan?”
Lindsay mendengar seluruh ocehan pria itu dengan alis terangkat sebelah. Luar biasa memang pemikirkan sosok yang pernah sangat dia harapkan akan menjadi pendamping masa depannya. “Menjalani hubungan tanpa status lagi, begitu maksudmu?”
“Ya. Cukup kita merasa saling memiliki.” Aloysius menarik kepala Lindsay supaya lebih dekat, dia satukan kening agar wanita itu merasakan bagaimana frustasinya saat sebentar lagi kehilangan seseorang. “Aku tidak rela jika kau dimiliki orang lain, apa lagi daddyku. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik, dan itu adalah aku.”
Lindsay tertawa terbahak-bahak. Lucu sekali Aloysius. Pria dengan segala keinginan untuk bersama dengannya, tapi enggan terikat. Tangannya mendorong dada bidang supaya menjauhkan diri. Walau ada sekat tembok, tapi tak membuat Aloysius gentar mendekat.
“Kenapa kau sangat ingin memiliki hubungan seperti itu?” tanya Lindsay.
“Karena hubungan tanpa status itu seru.”
Kepala Lindsay hanya mampu bergeleng. Entahlah, ia tidak melihat masa depan dalam diri Aloysius. “Sorry, Alo.” Tangannya memegang jendela, kemudian dia tutup lagi itu supaya tidak ada akses untuk masuk. “Tapi aku tidak ingin terus menerus hidup tanpa ada kejelasan,” teriaknya kemudian.
...........
Semalaman Aloysius terjaga, hingga pada akhirnya ia tak sadar ketiduran ketika pukul lima pagi. Jadi, sekarang bangun kesiangan.
Cahaya silau telah menembus masuk dari kaca jendela. Aloysius langsung membuka mata lebar ketika teringat bahwa hari ini adalah pernikahan Lindsay.
“Shitt! Sudah pukul sepuluh,” umpat Aloysius. Dia segera turun dari ranjang. Mengambil kunci mobil. Tidak mandi, tak cuci muka atau gosok gigi, apa lagi ganti baju.
Aloysius ingin membuat onar di hari pernikahan itu. Tidak ada waktu untuk bersiap. Dia tak peduli kalau penampilan benar-benar kacau. Masa bodoh.
Menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Tapi, kaki mendadak berhenti ketika melihat kembarannya baru mau keluar juga. Namun, dengan penampilan santai.
“Kalian tidak ke pernikahan Daddy?” tanya Aloysius.
“Untuk apa? Melihat orang tua mengkhianati wanita yang sudah melahirkan kita? Yang ada aku ingin meninju wajahnya,” ucap Brennus.
“Lebih baik kami ke rumah sakit, menemani Mommy,” imbuh Clemmons.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Lina ciello
koe mahhh oon
2024-06-05
0
decendants of the stars
alo... napa sih jadi cwo gak peka'an banget.. udah di kasih kode aja tetep ngeyel😔
2024-05-20
0
HNF G
gubraakk.... ngaca lo al, baik dr hongkong 😒
2023-12-29
0