Suasana mansion telah sepi kala Aloysius melangkah keluar dari kamar dan menuju lantai satu. Dia tidak perlu mengendap-endap bagaikan seorang maling karena tidak akan ada yang dengar dan mampu menghentikan aksinya juga. Pelayan? Mana berani mereka ikut campur urusannya. Brennus dan Clemmons? Kembarannya pasti setuju dengan apa yang ia rencanakan karena sama-sama menginginkan supaya pernikahan batal.
Lagi-lagi kaki Aloysius berhenti tepat di depan kamar Lindsay. Kalau setelah kejadian ia meniduri wanita itu selalu hanya sekadar lewat atau cukup menatap dari kejauhan, sekarang dia ingin masuk. Namun, saat hendak mendorong kayu dengan cat warna putih itu ... ternyata susah, tidak semudah yang dibayangkan.
“Shitt! Sekarang dia mengunci dari dalam,” gerutu Aloysius.
Pria itu berpikir untuk mencari cara lain supaya bisa ke dalam. Jika tak dari pintu, maka jendela pun jadi. Aloysius pun menuju keluar bangunan, lalu berhenti di depan kaca dengan bingkai indah berwarna keemasan.
Dari luar, Aloysius bisa mengintip Lindsay yang masih tidur. Tidak ada gorden di sana untuk menghalangi pandangan matanya.
“Dia sedang tidur pun tetap cantik, sayang sekali kalau jadi istri kedua daddyku.” Aloysius berusaha menggoyang-goyangkan jendela supaya terbuka. Tapi, sayangnya tidak semudah itu. Seluruh bangunan dibuat sangat kokoh.
“Perlu ku congkel paksa sepertinya.” Aloysius kesal sendiri karena tidak berhasil menerobos masuk ke dalam. Nampaknya Lindsay sudah mulai berhati-hati agar tak ada kejadian seperti terakhir kali.
“Argh ....” Tangan pria itu mengacak-acak rambut sendiri sampai hancur berantakan. Sudah keriting, makin tak beraturan pula, wajahnya jadi terlihat amat kacau. “Masalahnya mau dicongkel pakai apa?” Melihat celah antar sudut jendela dengan bingkainya amat rapat, tentulah sulit untuk ia beraksi seperti seorang maling.
“Sialan memang yang buat rumah ini, tidak mengizinkan orang untuk berbuat jahat.” Entah sudah gerutuan yang keberapa. Aloysius bahkan setiap hari tidak pernah lagi terlihat bahagia.
Buntu sekali pikiran Aloysius. Dia pun menggedor jendela kamar itu. “Bangun ...! Lindsay, aku mau bicara denganmu!” Berteriak di waktu yang masih sangat nikmat digunakan untuk tidur.
Tidak ada pergerakan. Aloysius kini mengeluarkan ancaman. “Bangun dan buka jendela maupun pintunya! Atau ku pecahkan kaca ini!”
“Woy!” Aloysius menggedor jendela lebih keras lagi. Pastilah yang ada di dalam kamar itu akan terganggu oleh suara berisik.
Di dalam sana, Lindsay menghela napas kasar. “Mau tidur nyenyak saja tidak bisa.”
“Aku tahu kau sudah bangun,” ucap Aloysius. Tiga tahun dekat dengan Lindsay, kurang lebih ia paham kalau wanita itu mudah terbangun ketika mendengar suara dan merasa terganggu.
Mau tak mau, Lindsay pun menurunkan kaki. Mendekati jendela. Dia tidak membiarkan Aloysius masuk lagi seperti beberapa hari lalu.
“Ada apa?” tanya Lindsay. Tidak ada ekspresi senang sedikit pun yang ia tunjukkan. Justru nampak malas.
“Besok hari pernikahanmu?” tanya Aloysius memastikan sekali lagi.
“Ya.” Lindsay menunjuk sebuah gaun yang ada di stand hanger dan terlihat sangat indah meski sederhana.
Aloysius tidak memperdulikan pakaian berwarna putih itu. Tujuannya adalah untuk menghentikan supaya semua tidak terjadi.
“Untuk terakhir kalinya, aku mohon padamu.” Perlahan tubuh Aloysius merendah, dia menyatukan lutut dengan rumput. “Jangan menikah dengan daddyku, hiduplah bersamaku,” pintanya.
Lindsay menaikkan sebelah alis. “Maksudmu, kau akan menikah denganku, begitu?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Rina Widiyanti
apa sbnrnya akal2an daddynya biar si bujang akhirnya mau nikahi lili
2024-04-22
0
Ney Maniez
, 💪💪💪💪
2023-12-01
0
Reina (ira anggraeni)
jangN Lindsay,,, aloyyy gilaaa klo diajak main sama dia bisa² gk bisa jalan lohhh🤣🤣
2023-07-25
1