Aloysius mengurungkan niat untuk menerobos masuk ke dalam ruang ICU. Dia melihat ada Lindsay dan daddynya tengah berdiri di depan kaca. Mereka memang bisa menjenguk, tapi hanya sebatas di situ saja, tidak diperkenankan masuk lagi dan mendekati pasien.
Tangan Aloysius mengepal kuat ketika mendengar orang tuanya mengatakan sesuatu. Lebih tepatnya tertuju pada mommynya.
“Maafkan aku yang tidak bisa menepati janji kita.” Begitulah kira-kira kalimat yang masuk ke dalam telinga.
Tak hanya hati yang merasakan hancur karena Lindsay telah dimiliki orang lain, apa lagi orang tuanya sendiri. Kini mata pun dibuat memanas menyaksikan bagaimana tangan wanita itu menepuk punggung daddynya seolah memberikan kekuatan.
Tidak kuat, demi apa pun ini terlalu berat untuk Aloysius. Jika boleh melambaikan tangan dan menyerah, maka akan ia lakukan.
“Dia pasti mengerti posisimu, tentu tak akan marah.” Sekarang Lindsay yang berbicara.
Awalnya Aloysius ingin berpikir bahwa mereka hanya sandiwara. Tapi, melihat bagaimana interaksi dan kominikasi dua orang berpakaian rapi, satu memakai gaun, satu lagi setelan jas, tentulah membuatnya lebih percaya kalau pernikahan memang benar terjadi. Kalimat yang dikatakan, mimik wajah penuh kesedihan dan penyeselan juga membuat semua sangat nyata, bukan settingan belaka.
“Kenapa kau diam saja di situ? Suruh daddymu keluar!” titah Davis dengan suara penuh tekanan pertanda bahaya, dia sedang marah kalau seperti itu.
Mendengar suara melengking, Delavar dan Lindsay yang ada di dalam pun otomatis menengok bersamaan. Dua pasang mata mendapati Aloysius hanya berdiri tegak di depan pintu.
Tidak ada kalimat apa pun yang Delavar dan Lindsay katakan. Seolah mereka memang tidak perlu klarifikasi apa pun tentang apa yang telah terjadi.
“Heh, bocah tengik! Berani-beraninya kau menikah lagi!” Davis menunjuk penuh ancaman pada putranya. Delavar baru saja keluar bersama seorang wanita berjalan di belakang.
“Aku tahu suasana akan memanas. Tapi, bisakah kalian ribut dan baku hantamnya jangan di sini? Ini rumah sakit, apa lagi mommyku sedang dirawat di dalam. Dia sedang membutuhkan proses penyembuhan, dilarang membuat onar di sini.” Clemmons mengusir kakek, saudara, dan daddynya.
“Kau, ikut aku!” Davis memberikan isyarat menggunakan kepala supaya Delavar jalan.
Lindsay tentulah bergerak mau menyusul. Tapi, tangan merasakan dicekal. Menengok ke belakang, siapa lagi kalau bukan Aloysius pelakunya.
“Kenapa?” tanya Lindsay seraya menarik tangannya.
“Haruskah mulai sekarang aku memanggilmu ... Mommy?” Aloysius tersenyum getir. Geli sekali rasanya saat mengucapkan itu.
“Terserah, tidak memanggilku juga tak masalah.” Dingin sekali sikap Lindsay, dia lekas berlari mengejar Delavar yang dibawa pergi oleh seorang kakek-kakek.
Aloysius hanya berdiri di tempat, menyaksikan tiga orang yang kian menjauh. Entahlah, jiwanya seperti sedang tidak mengikuti raga.
“Kejar, takutnya daddy babak belur lebih parah. Kalau Grandpa pasti menggunakan anak buahnya untuk menghajar.” Brennus menyenggol lengan Aloysius supaya tidak membatu terus tanpa manfaat.
Namun, orang yang disuruh justru menggelengkan kepala. Aloysius memilih untuk duduk di lantai, menyandarkan kepala pada tembok, lalu memejamkan mata. “Untuk apa ku kejar? Tidak akan ada yang berubah juga.”
“Ck! Sudahlah, aku saja yang pergi kalau begitu.” Brennus melangkahkan kaki menjauh. Baru juga terayun sebanyak tiga kali, sosok Lindsay sudah berlari ke arah mereka dengan wajah panik.
“Tolong ... Daddy kalian dikeroyok banyak orang dan dia tidak boleh melawan,” pinta Lindsay dengan napas terengah-engah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Lina ciello
pling malah iki sek akon ibune dewe kok ben alo sadarr
2024-06-05
0
Ney Maniez
🙄🙄🙄🙄
2023-12-01
0
Nasriati Bakri
davis masih terbaik di hatiku.biarkan saja di keroyok klo dia masuk icu tak sadarkan diri bertahun2 klo perlu tk usah sadar lg.istri sakit dia enak2 nikah wanitanya anakx lg pdh tau ini tmn ranjang anaknya
2023-06-06
1