" Tunggu Mas , sebelum pergi ijinkan aku mencium tanganmu dan ibu . Seperti yang biasa aku lakukan jika kalian akan pergi . Aku juga minta maaf pada kalian , maaf jika aku tidak belum menjadi istri yang sempurna untukmu . Jaga ibu dan Vina baik baik , mungkin besok aku sudah bisa pergi dari sini Mas "
Gista meraih tangan Gibran untuk di bawa ke keningnya , begitupun yang ia lakukan pada Sofi . Mungkin ini terakhir kalinya ia dalam takzim pada suami dan mertuanya .
Gibran tak berkata sepatah katapun , walau tekadnya sudah bulat untuk bercerai tapi hatinya nyeri ketika punggung tangannya menyentuh kening Gista . Gibran segera pergi dari tempat itu sebelum Gista bisa melihat air mata yang nyaris keluar dari sudut matanya . Pria itu tidak mau terlihat lemah .
Setelah kepergian mereka Gista duduk di sofa ruang tamunya , seakan masih tak percaya jika semua ini menimpa padanya . Baru tadi pagi ia masih menyiapkan sarapan untuk suaminya , tapi mulai detik ini dia sudah menyandang gelar janda . Semudah ini Gibran menceraikannya tanpa bertanya terlebih dulu apa yang sebenarnya terjadi .
" Aku harus kuat ya Allah .... "
Berulang ulang kata kata itu ia ucapkan , dia sedang meyakinkan dirinya sendiri jika harus bisa menjalani semua ini dengan ikhlas . Gista percaya Allah sudah mempunyai rencana terbaik untuknya .
Dilihatnya setiap sudut rumah yang selama ini menyimpan banyak kenangan untuknya . Besok mungkin dia sudah ada di tempat yang baru , entah dimana karena ia belum punya rencana sedikitpun .
" Mbak lnem kok berdiri saja disitu , sini Mbak ! Udah selesai gosoknya ? "
Wanita yang sudah menjadi asisten rumah tangga di keluarga Gibran selama sepuluh tahun itu mendekat dengan kepala tertunduk . lnem sudah mendengar semuanya , bagaimana nyonya rumah ini di fitnah oleh mertua dan adik iparnya dan bagaimana dengan mudahnya tuannya menceraikannya .
" Nyonya Gista ... yang sabar ya , maaf tapi saya tadi tidak sengaja mendengar semuanya . Maaf jika saya tidak bisa menolong Nyonya tadi "
" Tidak apa apa Mbak , semua sudah terjadi . Jangan nangis dong ... " ujar Gista tersenyum lebar ketika wanita yang lebih tua darinya itu menangis sesenggukan di depannya .
Lima tahun menjadikan hubungan mereka menjadi dekat . Gista sering mencurahkan semua uneg uneg hatinya hanya pada asisten rumah tangganya itu karena ia percaya lnem adalah orang yang bisa dia percaya .
Begitupun lnem yang sangat menghargai Gista . Walaupun kaya raya tapi Gista bukan Nyonya rumah yang sombong dan arogan , seperti yang dirasakannya ketika menghadapi Sofi dan Vina . Bahkan Gista mengerjakan semua pekerjaan rumah yang memang bisa di kerjakannya sendiri .
" Terus Nyonya mau tinggal di mana ?? Kan Nyonya tidak punya siapa siapa lagi "
" Aku bisa kembali ke panti untuk sementara waktu . Lagipula Embak kan tadi dengar sendiri jika aku boleh memilih salah satu properti yang di miliki Mas Gibran . Jadi tidak perlu pusing mencari rumah "
Gista bicara seperti itu agar setidaknya bisa menjaga nama Gibran .
" lnem kok nggak yakin Nyonya bakal ambil itu .... "
Gista tertawa , ternyata lnem tahu jika ia memang tidak akan mengambil satupun properti yang ditawarkan oleh Gibran . Dia merasa itu bukanlah haknya .
" Saya ada rumah di pinggir kota jika Nyonya berkenan maka Nyonya bisa tinggal di sana . Itu rumah peninggalan orang tua saya , sejak saya ikut suami rumah itu di kontrak saudara dari kampung . Tapi sebulan yang lalu mereka sudah pindah karena sudah bisa beli rumah sendiri "
" Alhamdulilah , biasanya mereka bayar perbulan atau pertahun Mbak !? " tanya Gista , ia lega akhirnya bisa menemukan tempat tinggal untuk sementara waktu .
" Nggak usah mikir bayaran dulu Nyonya ! Yang penting betah dulu , maklum kan rumahnya sederhana panas lagi ! Nggak kaya disini adem ... di mana mana ada AC "
" Dulu di panti satu kamar malah berempat atau berenam Mbak , kalau pengen adem jendelanya di buka " kenang Gista .
" Ya sudah jika begitu nanti saya bilang suami biar rumahnya di bersihin dulu . Besok saya bantu angkat angkatin barang . "
" Makasih Mbak , aku tidak tahu apa jadinya kalau tidak ada Mbak lnem "
" Sama sama Nyonya "
" Tapi ..... "
" Tenang saja , saya akan titip mulut soal ini . Saya juga tidak ingin mereka mengganggu Nyonya lagi "
Gista memeluk asisten rumah tangganya itu , dia bersyukur Allah memberikan pertolongan padanya lewat Mbak lnem . Sesuatu yang sama sekali tidak ia duga .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Indri Ani
klw cerita sreg dihati aku ikut comment
2025-01-06
0
Bundanya Aulia
mulai ngikuti min👍
2024-06-10
1
nobita
suami laknat... nanti kamu akan menyesal menceraikan Gista istri mu..! mungkin yg mandul itu adalah Gibran...
2024-05-03
0