Paginya Gista pergi ke pangkalan ojek untuk mencari Bram sekaligus untuk minta tolong mengantarkannya kembali ke kota . Dia bermaksud melamar pekerjaan di kantor Lena Wijaya , wanita yang kemarin menolong dan menawarinya pekerjaan .
Dari jauh Gista bisa melihat pria muda itu sedang duduk di atas motornya . Sepertinya sedang berbincang dengan teman teman tukang ojek yang lain .
" Bram .... "
Suara lembut itu sontak menjadi pusat perhatian pria pria yang ada di tempat itu . Bram berdehem keras ketika melihat semua mata adam menatap kagum wanita yang baru saja memanggilnya . Entah kenapa tapi ia tidak rela jika wajah itu menjadi objek fantasi liar teman temannya .
" Selamat pagi Mbak Gista ... " kompak para tukang ojek menyapa bidadari yang lewat di depan mereka .
" Selamat pagi semua ... " jawab Gista mencoba ramah . Dia akan bersikap baik jika pria pria itu juga bisa menjaga sikapnya .
Gista tetap berjalan ke arah motor Bram karena pria itu terlihat terlalu cuek dengannya . Dia punya hutang yang belum di bayar hingga mau tidak mau ia memang harus bicara dengan pria muda itu tentang ongkos yang harus di bayarkan ketika kemarin mengantarnya ke kota .
" Kenapa kemarin langsung pergi ?? Aku kan belum kasih kamu ongkos . Yang kemarin berapa ?? Ehmmm kalau pagi ini aku minta tolong lagi di antar ke kota bisa !? "
" Aku tidak minta bayaran "
" Jangan begitu , malah aku yang jadi tidak enak ! Kalau yang kemarin bayar kan aku jadi enak mau minta tolong lagi . Hari ini aku mau intervew , insyaallah dapat pekerjaan "
" Bukan urusanku ... "
Gista menghela nafasnya , ternyata pria muda itu memang bukan pria yang ramah . Sepertinya hari ini ia harus memakai jasa ojek yang lain walau sebenarnya ia lebih nyaman dengan Bram karena laki laki muda itu sangat dekat dengan Jarwo . Suami dari mantan asisten rumah tangga yang bersikap sangat ramah padanya .
" Kalau dia nggak mau nganter bisa sama saya kok Mbak ... " salah satu tukang ojek menyeletuk dengan mengacungkan jari tangannya .
Gista memandang ke arah tukang ojek yang tadi menawarkan jasanya , sepertinya mau tidak mau hari ini ia harus memakai tukang ojek yang lain . Dia harus secepatnya mendapat pekerjaan agar bisa bertahan hidup .
" Ya sudah , saya minta tolong antarkan saya ke alamat ini .... " Gista mengambil sesuatu dari tasnya dan akan di berikan pada tukang ojek yang tadi ingin mengantarkannya .
Tapi ia kaget ketika sebuah tangan kekar menyambar kartu nama yang dipegangnya . Bram sudah menstater motor maticnya dan berhenti tepat disampingnya .
" Naik !!! "
" Tapi kan ..... "
" Naik saja !! Jangan membantah !! Nanti sekalian aku hitung hutangmu "
Gista segera naik ke atas motor Bram , tak peduli bunyi suitan suitan dari para tukang ojek yang lain . Bram segera melajukan motornya menuju alamat yang tertera di kartu nama itu . Sebuah alamat yang sepertinya tidak asing lagi untuknya
Gista lega ketika Bram menghentikan motornya di area parkir sebuah gedung . Wanita itu berpikir mungkin inilah gedung perkantoran milik Lena Wijaya .
" Kau lihat gedung tingkat tiga yang terlihat lebih megah dari gedung lainnnya itu ?? ltu gedung Wijaya " tunjuk Bram pada gedung yang terletak tak jauh dari area parkir tempat mereka berhenti sekarang .
" Lhohh kok berhentinya disini sih !! Kok nggak disana sekalian " protes Gista yang merasa akan memakan waktu jika harus berjalan lagi .
" Kau sendiri yang bilang jika kita akan hitung hitungan ongkos kemarin ..Jika kita parkir di depan gedung itu bisa bisa kita berdua diseret satpam . Area perkantoran itu adalah area sibuk ! "
" Ooooo .... iya ya " kata Gista manggut manggut .
Bram memalingkan wajahnya , pria itu tak mau lebih lama menatap wajah menggemaskan itu . Dia tak mau jatuh pada pesona wanita cantik seperti Gista karena menurutnya semua wanita cantik hanya mengincar harta pria yang mengejar mereka . Para wanita seperti itu hanya akan bisa mencintai para pria kaya untuk diperas hartanya .
Apalagi dia mendengar Gista adalah seorang janda yang baru saja di cerai oleh suaminya . Bram berpikir jika Gista pasti seperti.Rachel , mungkin suaminya sudah membongkar kedoknya yang hanya berpura pura menjadi istri yang baik agar bisa menikmati lebih lama lagi kekayaannya .
Dan sekarang Gista berusaha keras mencari pekerjaan hanya untuk menjerat atasannya . Tapi sepertinya wanita itu akan salah sasaran karena ia tahu benar jika Wijaya dipimpin oleh seorang wanita yang sangat di kenalnya .
" Jadi ongkosnya berapa ?? "
" Sepuluh ribu " jawab Bram singkat ketika wanita itu bertanya padanya .
" Berapa !!? Masa hanya sepuluh ribu ?? Mana bisa begitu , kamu bisa rugi jika begitu !! "
" Ini motorku jadi terserah aku berapa aku meminta ongkos pelangganku !! " kukuh Bram tak mau mengalah .
" Tapi .... "
" Jangan membuang buang waktuku ! Aku tidak akan memaksa jika kau masih tidak mau membayar ongkosnya " kata Bram mulai menstater motornya , pertanda ia ingin segera pergi dari tempat itu .
" Ehh tunggu ... ini sepuluh ribunya !! "
Gista cepat cepat mengambil dompet untuk mengambil uangnya dan ia serahkan pada pria muda yang keras kepala itu .
Berkali kali ia menghela nafas ketika melihat punggung pemuda yang mulai menjauh darinya . Kemudian dilihatnya Gedung megah diseberang jalan yang bertuliskan Wijaya Group , dia berdoa dalam hati semoga di tempat itu dia bisa memulai pekerjaan barunya .
Mulai hari ini ia akan menata hidup dan masa depannya lagi . Dan jauh di lubuk hatinya ia juga berdoa semoga Gibran dan seluruh keluarganya juga bisa meneruskan hidup mereka dengan baik .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Nur Bahagia
orang kalo punya rasa, suka nutupin dgn kegalakannya 🤭
2024-08-16
1
Nur Bahagia
kocak banget sih mereka 😅
2024-08-16
1
Diana
sabar mbak gista, sepertinya bram remaja tanggung yg sedikit labil. tunggu sebentar lg jd pria dewasa yg cool tp romantis kok. ehm!! jd ngarep gista jadian sm berondong😂🤭
2024-06-02
1